MUSLIMAH MASUK KRISTEN
Kesaksian Nur Laila
Nama
saya Nur laila. Saya dilahirkan dalam keluarga islam. Ibu dan bapak saya adalah
pengikut islam yang taat dan bertakwa. Datuk saya telah mengajar saya mengaji
Al-Quran sejak saya berusia 4 tahun. Sebagai seorang muslimah yang takwa, saya
menunaikan ibadat sholat lima kali sehari dan telaah pengajian dari jam 6
petang hingga 8 malam setiap hari Sabtu ke Kamis.
Sekalipun
sejak kecil sudah diajarkan tentang keislaman, hati dan jiwa saya masih kosong.
Saya berusaha mencari jawaban soal-soal kehidupan dari agama islam serta
ajaran-ajarannya. Namun tetap saja saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Sesudah
selesai sekolah menengah, saya melanjutkan pendidikan ke Institut Pengajian
Tinggi dimana saya telah belajar pendidikan umum dan juga pendidikan islam. Saya
telah mempelajari begitu banyak tentang agama islam, serta mendalami
ilmu-ilmunya dengan cukup mantap. Walaupun begitu, islam tidak mampu
menenangkan jiwa saya atau menghasilkan kehidupan yang bermakna atau pun
menjadi panduan hidup secara serius.keadaan dalam hati dan jiwa saya masih
kosong dan gelisah. Saya tidak pernah menikmati apa yang dipahami sebagai kasih
sayang Tuhan Allah agama islam itu.
Setelah
mendalami agama islam, saya mendapati bahwa seolah-olah kasih sayang Allah itu
bukanlah kasih sayang Tuhan yang sebenarnya. Lebih lagi, kasih sayang Allah
agama islam adalah amat terbatas dan bersyarat; saya terpaksa melakukan segala
macam hal dan peraturan supaya saya pantas mengalami kasih sayangnya, yaitu ‘irrahman dan arrahim-Nya. Saya tidak pernah mempertanyakan hal ini kepada
orangtua, karena mereka menganggap pertanyaan itu adalah dosa besar.
Pada
suatu hari, sesudah saya menunaikan sholat, saya menangis dan rasa haru
menyelubungi saya oleh karena saya tidak dapat mengenal atau merasakan kasih
sayang Allah itu. Tak lama kemudian, saya membuka radio, dan kebetulan sekali
saat itu ada siaran dari stasiun radio kristen. Seorang wanita kristen
membacakan Injil: “Marilah kepada-Ku,
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius
11: 28)
Wanita
dalam radio itu menyebut nama Isa Al-Masih. Saya berpikir pada diri saya, “Siapakah
orang yang berkata itu, yang mampu menganugerahkan kelegaan kepada umat
manusia? Saya ingat kalau saya pernah berkata dalam hati, “Jika Engkau sungguh
ilahi, dan telah menyatakan demikian, tolonglah dan biarkan saya mengenal
Engkau.”
Pada
tahun pertama di universitas, saya diajak teman-teman saya ke suatu pertemuan. Kebanyakan
mereka adalah kristen. Saya mendengar kisah tentang Isa Al-Masih dari mereka. Satu
ungkapan unik telah menarik perhatian saya: “Isa Al-Masih mengasihi Anda.” Saya
jadi teringat akan pencarian saya akan kebenaran kasih sayang Allah, yang
selama ini hampa belaka. Saat itu saya ingin berkenalan dengan Isa Al-Masih. Dalam
hati saya berkata, “Ya Isa Al-Masih, jika sesungguhnya Engkau ilahi, dan
mengasihi saya, izinkan saya mengenal Engkau.”
Dua malam
kemudian, sambil tidur saya bermimpi. Saya melihat satu cahaya yang sangat
indah di depan pintu rumah. Saya ingin menjamah cahaya itu, tetapi kaki saya
tersangkut pada lantai. Pada saat yang sama, terdengar suara ibu saya, “Jangan
mendekati sahaya itu.” Saya telah terjaga dengan tiba-tiba. Saya tidak paham
apa maksud cahaya indah itu. Kemudian saya ceritakan kepada teman kristen saya
tentang mimpi saya itu. Dia memberi jawaban dalam Injil Yohanes: “Selama Aku di
dalam dunia, Akulah terang dunia.” (Yoh 9: 5).
Saya
sadar bahwa Tuhan menginginkan saya mengakui bahwa Dia adalah satu-satunya
Terang Dunia. Saya harus mengikuti-Nya. Sejak mimpi itu, saya mencoba membaca
dan menelaah setiap hari Injil. Semakin saya mendalaminya, semakin jelas sekali
bahwa konsep Isa Al-Masih dalam islam dan Al-Quran sangatlah dangkal.
Saya
telah menyerahkan segala jiwa dan kehidupan saya ke dalam genggaman Isa Al
Masih. Saya khawatir dengan keluarga saya, karena mereka adalah muslim. Bukan tidak
mungkin mereka akan menganiaya saya. Namun Tuhan telah memberkati hikmat-Nya
kepada saya untuk bertahan dalam segala rintangan dan cobaan. Jika iman tidak tabah,
keluarga saya tidak akan dapat mengenali Tuhan Allah yang sebenarnya.
Kemudian
Tuhan menganugerahkan saya mimpi-mimpi yang kemudian menjadi nyata. Suatu kali
saya bermimpi tentang keluarga sahabat saya. Dalam mimpi itu saya melihat
mereka berada di atas sebuah bukit yang kering. Mereka kelihatan sangat letih. Tiba-tiba
putra bungsu mereka jatuh ke lembah. Saya terjaga dari tidur. Tuhan menyadarkan
saya untuk mendoakan keselamatan keluarga dalam mimpi itu. Dua hari kemudian,
seorang teman memberitahukan kepada saya bahwa keluarga ini sedang ada di
rumahsakit, dan anak bungsu mereka dirawat di sana.
Dua tahun
kemudian, saya akhirnya memeluk ajaran Injil serta menerima Isa Al Masih
sebagai penebus dan Tuhan. Saya menjelaskan kepada ibu saya alasan saya membuat
keputusan itu. Seperti biasa, dia menganggap saya melakukan sesuatu yang kurang
bijak, akan tetapi saya memberitahukan bahwa saya telah mengenal Tuhan Allah
yang sesungguhnya hakiki dan benar. Orangtua saya kurang senang dengan
keputusan saya. Inilah reaksi yang lazim.
sumber: Kisah Nyata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar