Renungan Hari Minggu Biasa XXIII, Thn C/I
Bac I : Keb 9: 13 – 18; Flm 9b – 10,
12 - 17
Injil : Luk 14: 25 – 33
Dalam Injil hari ini, Yesus
menegaskan tentang syarat kemuridan-Nya, yaitu “memikul salibnya dan mengikuti
Aku.” (ay. 27). Ini mengisyaratkan bahwa menjadi murid Yesus bukanlah perkara
yang mudah. Kita dituntut untuk mau dan berani meninggalkan apa yang kita
senangi dan kita sukai dalam hidup ini. Menjadi murid Yesus berarti kita mau
menjadikan Yesus yang paling utama dalam hidup ini.
Paulus sudah mewujudkannya. Dalam suratnya
kepada Filemon, Paulus mengatakan bahwa penderitaan yang dialaminya, yaitu
penjara, semata-mata demi Injil Kristus. Paulus, yang demi mewartakan Injil
Kristus sebagai wujud tugasnya sebagai murid Yesus, rela meninggalkan
kesenangan pribadinya. Semua itu ditanggung dengan sukarela.
Sabda Tuhan hari ini kembali mau
menyadarkan kita akan status kita sebagai orang kristen, murid Yesus. Sabda Tuhan
mengingatkan kita bahwa menjadi murid Yesus berarti kita harus memikul salib
kita dalam kehidupan ini dan mengikuti Dia. Yesus menjadi yang utama. Inilah kehendak
Tuhan bagi kita.
Mungkin sangat sulit kita memahami
kehendak Tuhan ini untuk kehidupan kita. Tak jarang kita mengakui bahwa kita
memang mau dan sudah menjadi murid Yesus, tapi lemah dalam pelaksanaannya
karena kita tak berani memikul salib kita. Untuk itulah, seperti nasehat Kitab
Kebijaksanaan, dalam bacaan pertama hari ini, hendaknya kita selalu memohon Roh
Kudus untuk menerangi budi dan hati kita agar kita benar-benar dapat mengenal
kehendak-Nya (ay. 17). Dengan Roh Kudus itu juga kita dimampukan untuk berani
dan mau memikul salib kita dan mengikuti Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar