Minggu, 10 Maret 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (10)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

BAB EMPAT
PARA AWAM
30.(Prakata)
Seusai menguraikan tugas hirarki, Konsili suci dengan rela mengarahkan perhatiannya kepada status kaum beriman kristiani yang disebut awam. Segala sesuatu, yang telah dikatakan tentang Umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagi kaum awam, pria maupun wanita, mengingat kedudukan dan perutusan mereka. Karena situasi khas seperti zaman kita sekarang hal-hal itu perlu diselidiki azas-azasnya secara lebih mendalam. Sebab para Gembala Gereja betul-betul memahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia. Melainkan tugas mereka yang mulia yakni: menggembalakan umat beriman dan mengakui pelayanan-pelayanan serta kurnia-kurnia (karisma) mereka sedemikian rupa sehingga semua saja dengan cara mereka sendiri sehati-sejiwa bekerja sama untuk mendukung karya bersama. Sebab mereka semua wajib “menjalankan kebenaran dalam cinta kasih, dan dalam segalanya bertumbuh dalam Kristus, yakni Kepala kita: dari pada-Nya bertumbuhlah seluruh tubuh, guna membangun diri dalam cinta kasih, dipersatukan dan dihubungkan dengan segala macam sendi-sendi yang harus melayani keseluruhannya sekedar pekerjaan yang sesuai dengan tenaga masing-masing anggota” (Ef 4:15-16).

31.(Apa yang dimaksud dengan istilah “awam”)
Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia.

Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya. Sebab mereka yang termasuk golongan imam, meskipun kadang-kadang memang dapat berkecimpung dalam urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalkan profesi keduniaan berdasarkan panggilan khusus dan tugas mereka terutama diperuntukkan bagi pelayanan suci. Sedangkan para religius dengan status hidup mereka memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah tanpa semangat Sabda bahagia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi dan berada di tengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Hidup mereka kurang lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup mereka serta menampakkan Kristus kepada sesama. Jadi tugas mereka yang istimewa yakni: menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus demi kemiliaan Sang Pencipta dan Penebus.

32.(Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah)
Atas penetapan ilahi Gereja kudus diatur dan dipimpin dengan keanekaragaman yang mengagumkan. “Sebab seperti kita dalam satu tubuh mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota mempunyai tugas yang sama: begitu pula kita yang banyak ini merupakan satu tubuh dalam Kristus sedangkan kita masing-masing merupakan anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rom 12:4-5).

Jadi satulah Umat Allah yang terpilih: satu Tuhan, “satu iman, satu Baptis” (Ef 4:5). Samalah martabat para anggota karena kelahiran mereka kembali dalam Kristus; sama rahmat para putera; sama pula panggilan kepada kesempurnaan; satu keselamatan, satu harapan dan tak terbagilah cinta kasih. Jadi dalam Kristus dan dalam Gereja tidak ada perbedaan karena suku atau bangsa karena kondisi sosial atau jenis kelamin. Sebab “tidak ada Yahudi atau Yunani: tidak ada budak atau orang merdeka: tidak ada pria atau wanita. Sebab kamu semua itu ‘satu’ dalam Kristus Yesus” (Gal 3:28 yun; lih. Kol 3:11).

Maka kendati dalam Gereja tidak semua menempuh jalan yang semua jalan sama namun semua dipanggil dalam kesucian dan menerima iman yang sama dalam kebenaran Allah (lih 2Ptr 1:1). Meskipun ada yang atas kehendak Kristus diangkat menjadi guru, pembagi misteri-misteri dan gembala bagi sesama, namun semua toh sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan yang umum bagi semua orang beriman dalam membangun Tubuh Kristus. Sebab pembedaan yang diadakan Tuhan antara lain para pelayan yang ditahbiskan dan para anggota Umat Allah yang lain, membawa serta suatu hubungan sebab para gembala dan orang-orang beriman lainnya saling terikat karena kebutuhan mereka bersama. Dengan menganut teladan Tuhan, para Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani umat beriman lainnya. Sedangkan kaum beriman dengan suka hati bekerja sama dengan para Gembala dan guru mereka. Begitulah dengan aneka cara semua memberi kesaksian tentang kesatuan yang mengagumkan dalam Tubuh Kristus: sebab keanekaan rahmat, pelayanan dan kegiatan manghimpun para anak Allah menjadi satu, sebab “semua itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama” (1Kor 12:11).

Berkat kerahiman Allah para awam bersaudarakan Kristus, yang sungguhpun Ia Tuhan segala sesuatu – telah datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani (lih Mat 20:28). Begitu pula kaum awam bersaudarakan mereka, yang diangkat ke dalam pelayanan suci dan dengan mengajar, menguduskan serta membimbing dengan kewibawaan Kristus menggembalakan keluarga Allah sedemikian rupa sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan oleh semua. Perihal itu bagus sekali dikatakan oleh S. Agustinus : “Bila saya merasa takut karena saya ini untuk kamu, saya merasa terhibur karena saya bersama kamu. Sebab bagi kamu saya ini uskup, bersama kamu saya orang kristiani. Uskup itu nama jabatan, kristiani nama rahmat; yang pertama merupakan resiko, yang lain keselamatan”.[113]


[113] S. AGUSTINUS, Kotbah 340,1: PL 38, 1483.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar