SANTO YOHANES DE BRITTO, MARTIR
Yohanes de Britto
adalah anak seorang perira tinggi. Ketika masih kanak-kanak, ia bersahabat baik
dengan Don Pedro, yang kemudian menjadi Raja Portugal. Ketika menanjak remaja,
ia tidak suka bergaul dengan kawan-kawannya yang lebih tertarik pada gaya hidup
istana yang serba gemerlap.
Suatu ketika ia jatuh
sakit, tetapi segera sembuh lagi berkat doa ibunya dengan perantaraan Santo
Fransiskus Xaverius. Mulai sejak itu ibunya mempersembahkan dia kepada Santo
Fransiskus Xaverius dengan devosi yang tetap. Devosi ini menumbuhkan dalam
dirinya minat untuk mengikuti jejak Fransiskus Xaverius. Ia bercita-cita
menjadi seorang misionaris seperti halnya Fransiskus Xaverius.
Pada hari raya Natal
tahun 1662, ia masuk novisiat Serikat Yesus di Lisbon. Di hadapan Kanak-kanak
Yesus yang terbaring di kandang natal biaranya, ia berdoa dan memohon kiranya
ia diutus ke Jepang sebagai misionaris. Pada waktu itu Jepang sudah menjadi
sebuah wilayah misi di Asia. Tetapi Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas
dirinya. Oleh pimpinannya, ia ditempatkan sebagai misionaris di India, sebuah
wilayah misi yang sangat sulit. Ketika mendengar berita itu ibunya segera
menghubungi Duta Paus dan pembesar lainnya untuk membatalkan kembali keputusan
atas diri anaknya. Bagi dia, penempatan itu sangat berbahaya bagi anaknya.
Tetapi Yohanes dengan
tenang menjelaskan segala sesuatu kepada ibunya. “Tuhanlah yang memanggil aku.
Aku tak mampu berbuat sesuatu selain menerima keputusan itu dengan iman sambil
menyerahkan diri pada kebaikan Allah. Tidak mendengarkan panggilan Allah sama
saja dengan membangkitkan amarah Tuhan atas kita. Dengan nama Tuhan aku
bersedia berangkat ke India untuk mewartakan Injil Kristus,” demikian katanya
kepada ibunya. Karena keteguhan imannya akan rencana Allah, ia sanggup
mengatasi segala rintangan yang menghadang. Ibunya sendiri akhirnya merelakan
dia pergi ke India demi Injil Yesus Kristus.
Wilayah misi India masa
itu masih sangat rawan. Yohanes dengan penuh semangat berkarya demi penyebaran
Injil Kristus selama 20 tahun di tengah-tengah aneka rintangan dan hadangan,
penderitaan dan kekurangan. Keberhasilannya mempertobatkan orang-orang India
membawa dia kepada kematian yang mengerikan. Ia ditangkap, dianiaya dan
dipenjarakan, kemudian mati dipenggal kepalanya pada tanggal 4 Februari 1693
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar