SANTO DAMASUS, PAUS & PENGAKU IMAN
Sebelum Yesus kembali
kepada Bapa-Nya, Ia bersabda, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman.” (Mat 28: 20). Betullah, janji Yesus ini dialami Paus Damasus
ketika ia dipilih menjadi paus pada tanggal 1 Oktober 366, menggantikan Paus
Liberius (352 – 366). Pada masa ini bidaah Arianisme dan bidaah-bidaah lainnya
berkembang pesat di mana-mana dan berhasil mempengaruhi sejumlah besar uskup,
imam dan umat kristen. Terpilihnya Damasus sebagai pemimpin tertinggi Gereja
Kristus sungguh tepat dengan situasi dan gejolak zaman saat itu. Damasus
terkenal cakap dan suci. Ia adalah anak seorang imam Spanyol di Roma.
Kemungkinan besar pada waktu itu Damasus berkarya sebagai diakon di wilayah
gereja ayahnya sebelum ia diangkat menjadi paus. Ia menyuruh Santo Hieronimus,
sekretarisnya, untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin. Ia dengan
gigih membela primat paus dalam masalah-masalah gerejawi. Selama pontifikatnya,
katakombe-katakombe dibuka kembali dan para peziarah di sana dibesarkan
hatinya.
Damasus menentang
habis-habisan tuntutan-tuntutan Ursinus, pendukung ulung Arianisme. Situasi
pertikaian semakin menjadi runyam oleh kenyataan bahwa Damasus didukung oleh
Feliks II – paus tandingan pada masa kepemimpinan Paus Liberius – dan Kaisar
Valentianus mengasingkan Ursinus dan para pengikutnya. Usaha-usaha dari Ursinus
dan pengikut-pengikutinya untuk menjelek-jelekkan ketenaran dan nama baik
Damasus dibantah habis-habisan ketika suatu sinode yang diselenggarakan di Aquileia
pada tahun 381 menemukan bahwa tuduhan-tuduhan kebejatan moral terhadap Paus
Damasus sama sekali tidak beralasan.
Damasus menghukum
doktrin-doktrin berikut: Arianisme yang menyangkal keilahian Kristus;
Apollinarianisme yang menyangkal tidak hanya keilahian Kristus tetapi juga
kemanusiaan-Nya; dan Macedonianisme yang menyatakan bahwa Roh Kudus lebih
rendah derajad-Nya daripada Putera. Dalam menghukum ajaran-ajaran ini, Paus
Damasus bertindak dengan bijaksana sesuai dengan keputusan-keputusan yang dihasilkan
oleh Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Priscilian, seorang heretik asal
Spanyol yang menganut paham Manicheisme juga dihukum oleh Paus Damasus.
Dalam semua pertikaian
ini, Damasus menunut suatu pengakuan akan primat Uskup Roma dalam masalah-masalah
Gerejawi. Sebagai salah satu hasilnya, beberapa sejarawan menjuluki Damasus
sebagai pengasal klaim/tuntutan paus akan supremasi di dalam Gereja. Ia secara
konsekuen bertindak sebagai pemimpin Gereja sesuai apa yang dikatakannya.
Kesaksian hidup itu sungguh memperkokoh posisi paus sebagai pemimpin tertinggi
Gereja Kristus di dunia.
Damasus tidak
tanggung-tanggung di dalam usahanya untuk mempertinggi wibawa dan memperluas
pengaruh Gereja. Ia tidak ingin kalau pelayan-pelayan umat bertindak tidak
sesuai dengan martabatnya. Ia tidak ingin kalau mereka idak memperhatikan kaum
miskin. Oleh karena itu, ia bekerja sama secara erat dengan Kaisar
Valentinianus untuk melarang rohaniwan-rohaniwan mengorbankan para janda dan
anak yatim piatu.
Damasus dianggap sebagai
paus pertama yang mempekerjakan seorang delegatus apostolik di suatu wilayah
yang berada di dalam kancah pertkaian. Ia menunjuk Aschollius, Uskup
Tesalonika, untuk tetap memangku yurisdiksi religius Roma di Ilyricum ketika
wilayah itu berada di bawah pengaruh politik konstantinopel. Kaisar
Valentinianus menerbitkan satu edikta yang menyetujui yurisdiksi Uskup Roma
atas semua kasus menyangkut Gereja.
Paus Damasus adalah
seorang ahli Ilmu Ketuhanan dan Kitab suci, serta mahir ula dalam kesusastraan
Latin dan kebudayaan. Dalam amsa pontifikalnya ada juga bapa-bapa Gereja yang
terkenal seperti Santo Atanasius, Ambrosius, Gregorius dari Nyssa, Basillius,
Hieronimus dan Gregorius dari Nazianz. Damasus bersama Santo Hieronimus,
sekretarisnya, mengusahakan suatu kanon Kita Suci yang mendaftarkan buku-buku
Kitab Suci. Kanon Kitab Suci itu diterima dalam Konsili Roma pada tahun 382.
Kemungkinan kanon Kitab Suci itulah warisannya yang terbesar untuk generasi
kemudian.
Sebelum kematiannya
pada tahun 384, ia meminta agar jenazahnya tidak dimakamkan bersama paus-paus
lain di pekuburan Santo Kallistus, tetapi bersama ibu dan saudarinya di sebuah
gereja kecil di Via Ardeatina. Permintaan itu benar-benar dihargai. Sekarang –
demikian kata cerita – relikuinya disemayamkan di sebuah gereja kecil yang ia
dirikan, yaitu Gereja Santo Lorenzo di Damaso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar