Minggu, 28 Oktober 2012

Bedah Buku untuk Penggalangan Dana


RENCANA KEGIATAN ANIMASI KBG DAN MALAM DANA UNTUK SEMINARI MARIO JHON BOEN DI BATAM
A.   KEGIATAN:
  1. Nama Kegiatan                : Bedah Buku dan Malam Dana untuk Seminari Mario Jhon Boen Keuskupan pangkalpinang.
  2. Penyelenggara                 : Sekolah Tinggi Yayasan Bentara Persada-Panitia Khusus
  3. Penanggung Jawab           : RD. Bernardus Somi Balun
  4. Tema Kegiatan                 :  «PERSEMBAHAN UNTUK SANG GEMBALA»
  5. Tempat Pelaksanaan         : Hotel Pasifik-Batam
  6. Waktu Pelaksanaan          : Minggu, 18 November 2012

B. URAIAN KEGIATAN
1. Latar Belakang Kegiatan.
Sejak menduduki jabatannya sebagai Uskup Pangkalpinang, 25 tahun yang lalu, ada dua hal  pokok yang menjadi focus kegembalaannya. Pertama: Gereja di Keuskupan Pangkalpinang membutuhkan imam. Ia memulai tugas kegembalaannya di Keuskupan Pangkalpinang pada tahun 1987 hanya dengan 1 imam diosesan, RD. Hendrawinata.  Bagaimana pelayanan ke seluruh wilayah 1000 pulau yang terbentang di kepulauan Bangka Belitung dan kepulauan Riau dapat dilakukan?  Bagaimana caranya? Ia mulai mengadakan kunjungan ke beberapa Seminari Menegah di Flores, juga di Palembang, untuk mencari calon imam yang mau berkarya di Keuskupan Pangkalpinang.
Setelah 25 tahun berjuang, kini Keuskupan ini memiliki 60an imam diosesan. Namun ia tidak hanya menerima anugerah imam bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk kebutuhan Gereja di Sumatera dan tempat lain yang membutuhkan. Kegigihan dan kepeduliannya kepada calon calon imam tidak hanya dirasakan oleh Keuskupan Pangkpinang tetapi juga di Indonesia.  Ia aktif mendorong pelbagai kegiatan untuk mengembangkan pelayanan terhadap seminari-seminari di Indonesia, melalui Gerakan Orang Tua Asuh Seminari, dan Bina Lanjut Imam melalui Badan Kerjasama Bina Lanjut Imam. Karenanya ia dijuluki “Bapa Seminari” (Bdk. DR. Gusti Bagus Kusumawanto, Sekretaris Eksekutif, Komisi Seminari KWI, Berkatnews, edisi Agustus 2012).
Kedua, Pengembangan Komunita Basis Gerejawi. Kurang lebih 3 tahun sesudah mencoba mengenal situasi umat di Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Hila melihat ada satu cara baru hidup menggereja yang perlu dikembangkan agar kabar gembira keselamatan Kristus, sampai ke seluruh umat di kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Cara baru itu dikenal dengan nama Komunitas Basis Gerejawi. Visinya tentang Gereja sebagai umat Allah yang dibangun melalui KBG tidak seluruhnya jelas kala itu. Kendati demikian ia dengan gigih berjuang dengan segala cara agar KBG ini dapat dimulai di keuskupan Pangkalpinang. Dan lambat laun pembangunan umat di basis mulai dirasakan dan diyakini sebagai cara pastoral yang tepat dalam menghadapi situasi zaman ini. Karena itu menjelang ulang tahunnya yang ke 25 sebagai uskup, Ia keluarkan suatu visinya yang jelas mengenai Gereja lolak yang dipercayakan: Keuskupan Pangkalpinang harus menjadi Gereja Partisipatif yang dijiwai oleh Tritunggal Mahakudus. Untuk mewujudkan Gereja Partisipatifnya, KBG dijadikannya instrument misinya.

2. Mengapa Bedah Buku dan  Penggalangan Dana Untuk Pembangunan Seminari?
Pasca Sinode II Keuskupan ini, telah ditetapkan bahwa seluruh umat Keuskupan Pangkalpinang dipanggil untuk mewujudkan visi Gerejanya melalui pembangunan KBG. Pertanyaan lanjut dari nya bagaimana visi  dan misi itu dapat dipahami dan diimpplementasikan di dalam komunitas Gereja lokal yang dinamakan Paroki? Itulah pertanyaan yang rasanya perlu diberikan jawaban.
Atas dasar itu, kami Sekolah Tinggi Bentara Persada bersama Penerbit ingin mempersembahkan Kado Istimewa buat Sang Gembala, dengan mengadakan acara Bedah Buku : KBG. Paroki, Gereja yang Hidup, yang ditulis oleh RD. Bernardus Somi Balun, Sekretaris Keuskupan dan Ketua Yayasan Bentara Persada.
Di samping Bedah Buku ini, Sekolah Tinggi Bentara Persada ingin menyelenggarakan acara malam dana untuk pembangunan Gedung Seminari Menengah Mario Jhon Boen Keuskupan Pangkalpinang. Kehadiran Seminari Mario Jhon Boen yang baru dimulia tahun ajaran ini (2012) untuk sementara menggunakan bangunan Sekolah Pendidikan Guru karena Seminari sendiri belum mempunyai Gedung sendiri. Selain karena belum mendapat izin membangun, Gedung juga tidak dapat dibangun karena masih kekurangan dana.
Mimpi Mgr Hila untuk membangun seminari ini dilandasi pada kenyataan bahwa calon-calon imam dari seminari-seminari yang selama ini menjadi andalan Uskup Hila & Keuskupan Pangkalpinang mulai berkurang. Apa yang harus dilakukan? Bagaimanapun Gereja tetap membutuhkan imam, yang menjadi bagian integral dari Gereja itu sendiri. Seringkali Mgr Hila mengatakan «selama ini kita memanen dari hasil kebuh orang, sekarang saatnya kita harus menanam dan memanen dari kebun sendiri».

3.   Diskusi Buku
3.1.      Latar Belakang
Apakah entitas sosial-pastoral bernama paroki masih diperlukan, relevan di tengah pelbagai gerakan globalisasi yang menggiring pelbagai perubahan yang menyertainya belakangan ini? Hal ini bisa mengerucut hingga pada masalah perlu tidaknya pelbagai perangkat pastoral yang berperan memotori roda perjalanan kehidupan menggereja mulai dari Vatikan, ke seluruh pelosok bumi, termasuk di Indonesia, terlebih khusus lagi di Keuskupan Pangkalpinang. Apakah kita masih butuh Komunitas Basis Gerejawi? Tegasnya Paroki?
Pertanyaan-pertanyaan itu bisa menjadi indikator kegundahan hati, atau lebih tepat kekhawatiran KITA SEMUA sebagai GEREJA, baik sebagai Gereja Universal maupun Gereja Indonesia, dan Gereja Keuskupan Pangkalpinang, secara lebih khusus.

Semenjak tahun 2000 ketika Gereja Indonesia mencanangkan Komunitas Basis sebagai GERAKAN NASIONAL Pastoral, hampir setiap keuskupan di Indonesia mengambil langkah taktis untuk segera merumuskan dan mencangkan gerakan itu di tingkat lokal. Memang di setiap keuskupan memiliki pola pastoralnya tersendiri. Jauh sebelum Gereja Indonesia mencanangkan gerakan Komunitas Basis, beberapa keuskupan sebenarnya dalam fokus pastoral mereka sudah dan sedang menjalankan apa yang kita sebut Komunitas Basis dimaksud, tentu dengan nama yang berbeda. Ada yang menyebutnya dengan Umat Basis, dsbnya. Di Keuskupan Larantuka, misalnya sejak 1975 sudah melaksanakan partoral Umat Basis.
Tiap keuskupan memiliki karakteristik pastoral masing-masing, sesuai warna sosial, antropologis dan politik kedaerahannya. Iklim sosial politik nasional tentu saja ikut memberikan kontribusi dalam realitas sosial politik di daerah atau keuskupan. Dalam upaya meneropong persoalan sosial (juga politik) kedaerahan di Keuskupan Pangkalpinang, kehadiran buku Komunitas Basis Gerejawi: PAROKI, GEREJA YANG HIDUP ingin memberi jawaban atas problematik yang terjadi selama ini. Kerangka teoritis dan tetapi sekaligus menjadi petunjuk praktis dalam membangun domain pastoral yang relevan dan kontekstual yakni paroki. Mengapa Paroki? Kehadiran para pakar untuk membedah buku ini memberikan inside bagi pembentukan dan pengembangan pastoral dan kepemimpinan di masa depan yang lebih relevan.

3.2.      Talk Show - Diskusi : Jam 16.30-18.00 WIB
a.   DR. Ignas Kleden (Filosof, Sosiolog dan Kritikus Sastra).
b.   DR. J. Kristiadi (Ahli Ilmu Politik, Peneliti Senior CSIS, Jakarta).
c.    RD. Lucius Poya Hobamatan Pr. (Mentor KBG Keuskupan Pangkalpinang)

3.3.      Sasaran Bedah Buku
a.   Dengan Bedah Buku ini kami ambil bagian dalam melaksanakan Program Keuskupan Pangkalpinang 2012-2013, yakni Sosialisasi Misi Keuskupan yaitu Pengembangan Komunitas Basis Gerejawi kepada para fasilitator, dewan pastoral paroki, para pastor Dekenat Kepulauan Riau, kaum muda Katolik se Batam.
b.   Dengan bedah buku ini, wawasan tentang Komunitas Basis Gerejawi disegarkan dan diperdalam:
-      khususnya KBG dalam hubungan dengan kehidupan sosial-politik.
-      khususnya peran KBG dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat yang plural.
c.    Dengan bedah buku ini, para peserta semakin mengenal dan memahami cara baru hidup menggereja yang pada gilirannya menentukan model serta gaya kepemimpinan yang relevan bagi perwujudan Gereja Partisipatif.

4.   Malam Dana Untuk  Pembangunan Seminari  Menengah Keuskupan Pangkalinang
4.1. Sasaran
·         Umat Mengetahui bahwa Keuskupan kita memiliki Seminari
·         Umat memahami mengapa Seminari dibutuhkan di Keuskupan Pangkalpinang
·         Dengan mengetahui dan memahami keberadaan Seminari Mario Jhon Boen, ke depan umat dapat terlibat dalam doa bagi para calon imam, munculnya calon-calon imam dari Kepri, mempersembahkan dana  bagi pembangunan dan penghidupan seminaris melalui GOTAUS. 

4.2. Rancangan Acara Malam Dana (Jam 19.00 WIB sd 22.00 WIB)
1)    Makan Malam bersama
2)    Pembukaan oleh: MC
3)    Music: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk)
4)    Sambutan: Ketua Panitia – Yayasan Bentara Persada-Presentasi Ttg Planning Tempat Ziarah «Mother Merry Perpetual Help».
5)    Music: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk)
6)    ORASI : KBG DAN SEMINARI Oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD
7)    Hiburan bersama: Ivan Nestorman, Trie Utami dan The Lamalera Band
8)    Profile Seminari Mario Jhon Boen oleh Panitia Pembanguna  Seminari Keuskupan Pangkalpinang.
9)    Acara Khusus Pencarian Dana (dipandu langsung oleh Trie Utami, Musik: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk
10) PENUTUP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar