Maria Magdalena
oleh: Romo William P. Saunders
Berkaitan dengan hari
ini merupakan peringatan St. Maria Magdalena, maka pada hari ini akan
diturunkan beberapa tulisan seputar dirinya untuk diketahui umat. Bukan maksud
kami untuk mempengaruhi umat, melainkan agar umat juga tahu siapa itu
sebenarnya Maria Magdalena. Ada banyak profil Maria dalam Injil. Dan
sering orang menyama-ratakan saja. Dalam tulisan ini, kita akan melihat sosok
Maria Magdalena itu sendiri. Seandainya mengalami kebingungan, umat dapat
bertanya kepada orang yang berkompeten atau kepada pastornya.
Perdebatan mengenai
identitas St. Maria Magdalena telah berlangsung sejak masa Gereja Perdana. Dalam
Injil ada 3 tokoh yang diperbincangkan: Maria Magdalena, seorang pengikut
Kristus (Yoh 20: 11 – 18); wanita berdosa yang tak disebutkan namanya (Luk 7:
36 – 50); dan Maria dari Betania, saudari Marta dan Lazarus (Luk 10: 38 – 42). Di
Gereja Barat, terutama sejak masa Paus Gregorius Agung, ketiga tokoh tersebut
selalu diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena. Namun di Gereja Timur ketiga
tokoh itu tetap merupakan tokoh yang berbeda, dengan pesta terpisah untuk St. Maria
Magdalena dan St. Maria Betania. Bapa-bapa Gereja lainnya, seperti St. Ambrosius, St. Hieronimus, St. Agustinus, St. Albertus Agung dan St. Thomas Aquinas, tidak menetapkan keputusan akhir.
Jadi, mengapa Paus
Gregorius Agung menyatukan ketiga tokoh tersebut? Pertama, kita perlu memeriksa keterangan-keterangan khusus
sehubungan dengan perempuan bernama Maria Magdalena seperti yang dicatat dalam
Injil. Ia adalah salah seorang dari perempuan-perempuan yang menyertai Yesus
dan para rasul: “Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga
beberapa perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau beberapa
penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh
roh jahat, Yohana, isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan
lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”
(Luk 8: 1 – 3). Injil Markus menegaskan bahwa Kristus telah mengusir tujuh
setan dari Maria Magdalena (Mrk 16: 9).
Maria Magdalena juga
berdiri di kaki salib pada saat penyaliban (Mrk 15: 40, Mat 27: 56 dan Yoh 19:
25). Ia juga menjadi saksi pada pemakaman Kristus, dan pada hari Minggu Paskah
ia menjadi orang pertama yang mendapati makam kosong dan kemudian orang pertama
yang melihat Kristus yang bangkit (Yoh 20: 1 – 18).
Setelah mendapatkan
keterangan-keterangan spesifik mengenai Maria Magdalena, langkah kedua adalah
meneliti apakah Maria Magdalena mungkin juga adalah perempuan berdosa yang
diceritakan dalam Injil Lukas (7: 36 – 50). Ingat bagaimana perempuan berdosa
itu masuk ke rumah Simon orang Farisi. Ia menangis dan air matanya membasahi
kaki Yesus. Ia mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi serta mengeringkannya
dengan rambutnya. Simon berkata dalam hati, “Jika Ia ini nabi, tentulah Ia tahu
siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu bahwa
perempuan itu adalah seorang berdosa.” Ini merupakan suatu keterangan yang
jelas bahwa perempuan itu adalah orang tersingkir karena dosa yang amat serius
seperti zinah atau hubungan di luar pernikahan. Pada akhir kisah, Yesus mengampuni perempuan berdosa itu.
Peristiwa ini merupakan
bagian dari perwartaan Yesus di daerah danau Galilea. Juga, segera sesudah
pernyataan pengampunannya dalam Lukas 7: 50, Maria Magdalena disebut dengan
namanya sebagai pengikut Yesus dan diidentifikasikan sebagai “yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat”
(Luk 8: 1 – 3). Perlu diingat bahwa Magdalena berasal dari kata “Magdala”.
Magdala, terletak di pesisir danau Galilea dekat Tiberias, merupakan kota
makmur yang terkenal akan hasil perikanannya yang melimpah. Bangsa Romawi
menghancurkan kota ini karena kebejatan moral masyarakatnya dan karena peran
sertanya dalam pemberontakan bangsa Yahudi.
Yang menarik, dalam
Talmud (=ikhtisar undang-undang dan ajaran Yahudi), dari kata Magdalena
terbentuklah istilah “rambut keriting wanita”, yang berarti seorang pezinah. Meskipun
perempuan berdosa dalam Lukas 7 tidak secara khusus diidentifikasikan sebagai Maria
Magdalena “yang darinya diusir tujuh
setan” seperti dinyatakan dalam Lukas 8, orang dapat dengan mudah menarik
kesimpulan demikian, seperti Paus Gregorius Agung. Lagi pula tradisi Gereja
Perdana menguatkan hubungan ini.
Langkah ketiga dan yang lebih sulit dalam
penelitian ini adalah menyelidiki apakah Maria Magdalena mungkin adalah Maria Betania.
Menyusul Lukas bab *, bab 9 dan 10 menceritakan kisah-kisah seperti mukjizat
penggandaan roti, transfigurasi, pengusiran roh jahat dari seorang anak yang
kerasukan setan, dan pengajaran tentang pemuridan. Kristus kemudian melanjutkan
perjalanan ke “sebuah kampong” (yaitu
Betania, meskipun tidak disebutkan oleh Lukas) ke rumah Marta, yang “mempunyai seorang saudara bernama Maria” (bdk.
Luk 10: 38 – 42). Di sana Marta mempersiapkan jamuan bagi Yesus.
Injil Lukas tidak secara
istimewa mengidentifikasikan Maria Magdalena sebagai Maria dari Betania. Injil
Yohanes membantu kita mengatasi masalah ini. Dalam Yohanes 12: 1 – 11, Yesus
tiba di Betania “tempat tinggal Lazarus
yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.” Marta melayani dalam
perjamuan. Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi dan menyeka kaki-Nya
dengan rambutnya. Harap ingat bahwa peristiwa ini berbeda dengan peristiwa
perempuan berdosa yang mengurapi kaki Yesus d rumah Simon orang Farisi dalam
Lukas 7; namun demikian, tindakan yang sama dalam kedua peristiwa tersebut
mendorong kita untuk menarik kesimpulan akan pelaku yang sama, yaitu Maria
Magdalena.
Lagi pula dalam Yohanes
11, dalam peristiwa sebelumnya dimana Yesus membangkitkan Lazarus dari antara
orang mati, Injil mencatat, “Ada seorang
yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampong Maria dan
adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan
minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.” (Yoj 11: 1 – 2). Di sini Maria
diidentifikasikan sebagai ia yang meminyaki kaki Kristus. Sementara sebagian
orang berpendapat bahwa pengidentifikasian dalam Yohanes 11 merujuk kepada
pengurapan berikutnya seperti dicatat dalam Yohanes 12, mengapakah Yohanes
merasa perlu memberikan keterangan demikian jika kisah dalam Yohanes 11 langsung
bersambung dengan kisah dalam bab 12? Kelihatannya pengidentifikasian tersebut menunjuk
kepada tindakan sebelumnya, yaitu kisah di rumah Simon orang Farisi.
Jika argumentasi ini
benar, maka Maria Magdalena, perempuan berdosa yang bertobat, dan Maria dari Betania
adalah orang yang sama. Tentu saja, kita masih ditinggalkan dengan sedikit
kabut misteri. Namun demikian, saya pribadi sependapat dengan Paus Gregorius
Agung, yang menyimpulkan bahwa perempuan yang disebut Lukas sebagai perempuan berdosa,
yang disebut Yohanes sebagai Maria (dari Betania), adalah yang kita yakini
sebagai Maria Magdalena, perempuan berdosa yang telah bertobat, yang memperoleh
pengampunan sekaligus persahabatan dengan Kristus, yang berdiri dengan setia di
bawah kaki salib, dan yang melihat Kristus bangkit, adalah teladan yang
mengagumkan bagi setiap orang beriman.
Gereja menghormati Maria
Magdalena sebagai seorang kudus dan menjadikannya teladan bagi setiap orang Kristen
yang dengan tulus hati berjuang mengejar kekudusan. Paus Gregorius Agung memaklumkan
keteladanan Maria Magdalena: seorang wanita yang menemukan hidup baru dalam
Kristus.
“Ketika Maria Magdalena dating
ke makam dan tidak menemukan jenasah Kristus, ia berpikir bahwa jenasahnya
telah diambil orang, maka ia pun memberitahukannya kepada para murid. Setelah para
murid dating dan melihat makam, mereka juga percaya akan apa yang dikatakan Maria
Magdalena. Kemudian ayat selanjutnya mengatakan, “Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah…” dan selanjutnya “tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.”
Patutlah kita
merenungkan sikap Maria dan cinta kasihnya yang begitu besar kepada Kristus,
karena meskipun para murid telah pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia
tetap mencari Yesus yang tidak ia jumpai, dan sementara mencari ia menangis;
terbakar oleh rasa kasih yang hebat kepada Tuhannya, ia merindukan Dia yang
dikiranya telah diambil orang. Dan demikianlah terjadi bahwa perempuan yang
tinggal untuk mencari Kristus adalah satu-satunya yang pertama melihat Dia. Karena
ketekunan diperlukan dalam setiap perbuatan baik, seperti sang kebenaran
mengatakan kepada kita: “orang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat.” (dari homily Paus Gregorius Agung).
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin
The Arlington Catholic Herald.”
Sumber: http://yesaya.indocell.net/id534.htm
(dikutip 22 Juli 2012, jam 05:45).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar