Jumat, 22 Juni 2012

Renungan Hari Jumat Biasa XI - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XI B/II
Bac I       : 2Raj 11: 1 – 4, 9 – 18, 20 ; Injil            : Mat 6: 19 – 23

Sabda Tuhan hari berbicara soal harta benda. Yesus membagikan harta itu menjadi dua jenis, yaitu, harta duniawi (harta di bumi) dan harta benda surgawi (harta di surga). Apa maksudnya?
Pertama sekali yang harus disadari adalah bahwa baik duniawi dan surgawi sama-sama disebut harta. Berkaitan dengan harta ini kesannya tak perlu dibedakan. Harta itu identik dengan uang, kekayaan dan materi. Jadi, kalau dikatakan memiliki harta sama artinya dengan memiliki uang, kekayaan atau materi yang berlimpah. Yang membedakannya adalah duniawi dan surgawi. Apa artinya?
Duniawi berarti sikap yang terarah kepada hal-hal duniawi. Karena dunia atau bumi ini langsung dipertentangkan dengan surga, maka kata "bumi/dunia" memiliki konotasi negatif. Jadi, kalau dikatakan harta duniawi berarti kita mempunyai harta (kekayaan dan materi) tapi hati dan sikap kita hanya terarah kepada hal-hal duniawi. Kekayaan dan materi yang kita miliki digunakan untuk kenikmatan duniawi.
Bisa juga harta dunia ini diartikan sebagai sikap kemelekatan kepada hal-hal duniawi. Karena itulah Yesus berkata, "di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Harta yang dimaksud Yesus adalah harta duniawi tadi. Di sini harus dimengerti bahwa harta itu menjadi tujuannya. Kemelekatan pada harta membuat seluruh diri manusia terarah kepada harta itu. Ada orang sibuk kerja sampai lupa doa dan keluarga hanya demi uang dan harta. Ada imam sibuk pelayanan agar dapat stipendium. Uang dan hartalah yang menggerakkan orang untuk kerja dan pelayanan.
Yesus mengingatkan bahwa yang duniawi itu tidaklah abadi. Ia bersifat sementara. Artinya gampang rusak, hancur dan hilang. Semuanya bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, baik binatang ngengat ataupun pencuri. Intinya harta duniawinya bersifat sementara.
Sebaliknya Yesus mengajak kita untuk mengejar harta surgawi. Surgawi berarti sikap yang terarah kepada hal-hal ilahi atau surgawi. Kata "surgawi" memiliki nilai positif. Kalau dikatakan harta surgawi berarti kita memiliki harta (kekayaan atau materi) tapi hati dan sikap kita terarah kepada hal-hal surgawi. Kekayaan dan materi yang dipunyai dipakai untuk tujuan surgawi. Mendapatkan pahala, misalnya.

Dari uraian ini tampak jelas bahwa memiliki harta surgawi bisa dimengerti sebagai sikap lepas bebas terhadap kekayaan. Orang boleh saja memiliki kekayaan asal tidak melekatkan dirinya kepada harta itu, melainkan memanfaatkannya demi kesejahteraan dan kebahagiaan bersama dan sesama. Lebih dari itu, harta dilihat bukan sebagai tujuan hidupnya.
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar