Jumat, 01 Juni 2012

Renungan Hari Jumat Biasa VIII - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa VIII B/II
Bac I       : 1Ptr 4: 7 – 13 ; Injil       : Mrk 11: 11 – 26

Bacaan Injil hari ini memuat 3 kisah. Kisah pertama dan ketiga berkaitan, yaitu kisah Yesus dan pohon ara. Kisah kedua adalah peristiwa pembersihan Bait Allah. Ada ahli, misalnya Karen A Barta, yang melihat penempatan kisah pembersihan Bait Allah yang diapiti kisah Yesus dan pohon ara memiliki kesamaan pesan. Karena itulah, mungkin, Gereja menjadikannya satu kesatuan bacaan liturgi.
Namun yang menarik untuk direnungkan adalah pernyataan bahwa "Yesus merasa lapar." (ay 12b). Lapar menunjukkan sifat dan aktivitas setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap manusia pasti pernah merasa lapar. Jadi, lapar itu bisa dikatakan manusiawi. Manusia yang lapar akan didorong oleh nalurinya untuk segera menghilangkan rasa lapar itu.
Jadi, dengan mengatakan "Yesus merasa lapar", itu berarti Yesus mau menunjukkan aspek kemanusiaan-Nya. Pada bagian ini Yesus benar-benar tampil sebagai manusia 100%, berbeda dengan bagian lain di mana Dia memperlihatkan diri-Nya sebagai Tuhan. Nah, sebagaimana manusia lain yang lapar akan didorong untuk menghilangkan rasa laparnya, demikian juga dengan Yesus.
Di dunia ini, selain rasa lapar akan makanan, masih ada banyak rasa lapar melanda manusia, dan hanya terjadi pada manusia. Rasa lapar, baik yang positip maupun yang negatif ini melanda semua manusia tanpa pandang bulu; tanpa membedakan ras, jabatan, status sosial, jenis kelamin, dll.
Ada merasa lapar akan kekuasaan. Untuk menghilangkan rasa lapar ini orang terpaksa "sikut sana sikut sini", menjegal lawan agar tidak menghalangi atau merongrong kekuasaannya. Segala cara dihalalkan demi mendapatkan kepuasan kekuasaan, seperti yang diungkapkan oleh filsuf Prancis Niccolo Machiavelli dalam karyanya Il Principe.
Ada rasa lapar akan uang dan kekayaan. Untuk menghilangkan rasa lapar ini orang memakai juga prinsip Machiavelli, menghalalkan segala cara. Namun sayangnya, rasa lapar ini tidak akan bisa hilang selagi manusia diliputi nafsu serakah, tidak punya rasa syukur atas apa yang ada. Konon sifat serakah dan tak punya rasa syukur adalah penyakit bawaan manusia sejak diciptakan. Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa juga karena hal ini.
Ada rasa lapar akan pengetahuan. Orang yang dilanda rasa lapar ini akan senantiasa belajar terus untuk meredakan rasa laparnya itu. Rasa lapar ini tidak bisa dihilangkan hanya dengan gelar akademis. Sekalipun sudah mendapat gelar tertinggi, orang akan tetap merasa lapar dan terus menggali ilmu. Orang kudus yang hari ini diperingati, St. Yustinus Martir, adalah salah satu contohnya. Setelah belajar filsafat, ia belajar lagi Kitab Suci, lalu teologi.
Ada rasa lapar akan rohani. Hal-hal rohani ini tampak dalam doa, novena, ekaristi, devosi, sabda Tuhan yang ada di dalam Kitab Suci,dll.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa dua rasa lapar yang pertama bersifat negatif, sedangkan dua rasa lapar berikutnya bersifat positip. Baik yang negatif maupun yang positip, sama-sama memiliki kecenderungan untuk tidak pernah merasa puas. Akan tetapi dampaknya berbeda.
Apa pesan Tuhan berkaitan dengan hal ini? Rasa lapar yang negatif tertuju hanya pada dirinya. Pemuasan rasa laparnya hanya diperuntukkan pada dirinya sendiri. Ini terjadi karena dalam dirinya ada nafsu serakah dan tak ada rasa syukur. Untuk itulah Tuhan senantiasa mengajak umat manusia untuk menghilangkan rasa lapar ini dengan cara menumbuhkan sikap syukur dan melenyapkan sikap serakah itu. Tuhan juga mengajak manusia agar berorientasi pada sesama. Inilah yang diutarakan oleh Petrus dalam suratnya yang pertama. Dalam bacaan pertama tadi Rasul Petrus menulis, "...kuasailah dirimu..." (ay 7), "... kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain," (ay 8), " Layanilah seorang akan yang lain," (ay 10), "... bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat.." (ay 13).

Berbeda dengan rasa lapar negatif, pada rasa lapar positip manusia memiliki kecenderungan cepat puas sehingga merasa tak perlu lagi mencari dan memenuhi rasa laparnya itu. Justru dalam kesempatan inilah Tuhan mau mengajak kita untuk senantiasa menumbuhkan rasa lapar akan hal-hal rohani. Dan pemuas rasa lapar rohani ini ada pada Yesus. Dialah santapan jiwa dan rohani manusia.
by: adrian










Tidak ada komentar:

Posting Komentar