Kamis, 30 April 2015

ISIS Ancam Vatikan

VATIKAN JADI TARGET SERANGAN ISIS
Kaum Jihadis Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengancam akan menyerbu kota Roma dan menghancurkan Vatikan. Selain bertekad menaklukkan jantung kristianitas, mereka juga mengincar Paus Fransiskus lantaran pemimpin Gereja Katolik sedunia ini dianggap sebagai penentang cita-cita mereka meng-islam-kan dunia.
Ancaman dikobarkan melalui dua media: video dan majalah. Video diperlihatkan ketika anggota jihad membantai 21 umat katolik Koptik asal Mesir di Libya baru-baru ini.
Dalam video terlihat para korban dibunuh seusai mereka disuruh berlutut menghadap Laut Mediterania. Setelah melakukan eksekusi, anggota jihad mengangkat pisau dan menancapkannya ke air laut. Tindakan tersebut hendak memberi pesan ke pemerintah Italia dan Vatikan bahwa ISIS siap menaklukkan Roma dan menghancurkan Vatikan.
“Hai para tentara Salib, kami sekarang berada di Selatan Roma,” kata seorang anggota jihad. Libya memang relatif tidak jauh, sekitar 300 mil laut di Selatan Italia. Atau Cuma 100 mil laut dari Sardinia dan Sisilia, dua pulau di Italia Selatan. “Bersiaplah perang melawan kami. Kalian semua target kami berikutnya,” ungkap anggota jihad. “Kami bersumpah untuk mencampurkan darah kalian dengan darah dan jasad Sheikh Usama bin Laden, yang telah kalian kuburkan di laut,” tambah anggota jihad itu.
Ancaman lain ditebarkan lewat dabig, majalah online milik ISIS. Dalam satu edisinya beberapa waktu lalu, majalah itu meluncurkan isu perang melawan Gereja Katolik, menghancurkan Vatikan dan mematahkan semua salib yang ada di dalamnya.
Dabig adalah nama yang diambil dari salah satu kota di Utara Suriah. Kota itu pada tahun 1516 menjadi saksi kemenangan tentara Ottoman atas pasukan Makluks. Menyusul kesuksesan itu berdirilah kalifah islam terakhir yang mengobarkan perang habis-habisan melawan tentara Salib dan memerintahkan umat muslim membunuh warga Kristen.
Di dalam majalah yang sama, Bilal Bosnic, imam asal Bosnia yang dikenal sebagai perekrut utama anak-anak muda Eropa untuk bertobat, masuk islam dan bergabung dengan ISIS, mengemukakan bahwa pejuang militan ekstrem telah bertekad untuk mengislamkan jantung kristianitas, Vatikan. “Mungkin bukan sekarang. Yang pasti, tujuan kami membawa islam masuk ke Vatikan. Boleh jadi itu baru terwujud ketika saya sudah meninggal. Tapi itu telah menjadi tekad kami. Tekad ISIS. Yakni mengislamkan seluruh dunia,” kata Bilal Bosnic.
Pemerintah Italia menanggapi serius ancaman itu. Para pejabat negeri Spagetti mengkhawatirkan penyusupan para teroris di tengah gelombang kaum pengungsi dari Afrika Utara yang masuk dengan kapal dan perahu bermotor. Mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan terjadi, baru-baru ini angkatan bersenjata Italia mengerahkan sedikitnya 500 anggota pasukan keamanan tambahan untuk menjaga obyek-obyek vital dan memantau setiap situasi mencurigakan di kota Roma.
“Ancaman itu betul ada,” ungkap Sabrina Magris, presiden International University School of Rome dan Florence, satu-satunya institusi yang menyiapkan negosiator-negosiator handal melawan teror. “Ancaman bermakna ganda. Bisa berarti segera akan disusul dengan serangan actual, mungkin juga cuma bertujuan menebarkan suasana ketakutan semata. Tapi, tidak boleh dianggap remeh, sebab beresiko tinggi apabila terjadi,” ungkapnya.
Kepala keamanan Vatikan, Domenico Giani, mengakui adanya ancaman. Tapi, sejauh ini tak ada indikasi terkait rencana penyerangan. Walau begitu, pihak Gendarme (sebutan untuk kepolisian Vatikan), Garda Swiss dan kepolisian Italia semakin meningkatkan kewaspadaan berpatroli secara intens di sekeliling Vatikan dan kota Roma.
Giani, yang bekerja sebagai anggota intelijen Italia sebelum bergabung dengan kepolisian Vatikan, mengemukakan bahwa belakangan ini pihaknya sering berkontak dan berkomunikasi dengan badan intelijen Italia dan negara-negara lain, termasuk dengan badan intelijen dari beberapa negara muslim, terkait dengan ancaman ISIS. “Dalam pertemuan dan serangkaian diskusi, kami belum menemukan tanda-tanda serangan. Yang ada cuma sebatas ancaman,” Giani menegaskan.
Terkait penyerangan terhadap Paus, Giani punya pendapat sendiri. “Sesuatu yang sulit dipercaya. Pasalnya, Paus Fransiskus sangat dihormati di kalangan muslim. Sangat inklusif gaya kepemimpinannya. Ancaman itu tidak akan mengubah gaya kepemimpinan Bapa Suci. Ia tetap dekat dengan siapa pun, bertemu dan menyapa siapa saja, tidak cuma umat katolik,” kata Giani.
Dalam pada itu, komandan Garda Swiss menegaskan bahwa pasukan yang dipimpinnya siap “pasang badan” melawan siapa saja yang coba menganggu dan membunuh Paus. Terhadap ancaman ISIS, sebanyak 110 anggota pasukan elit Vatikan itu rela mengobrankan jiwa dan raga demi Bapa Suci.
“Kami siap melawan. Bukankah tugas utama kami menjaga keamanan dan menjamin keselamatan Bapa Suci dan Vatikan,” ungkap Kolonel Christoph Graf, komandan Garda Swiss. “Kami siap melakukan apa saja, jika ada yang menyerang,” tutur komandan berusia 54 tahun dan beranak dua orang tersebut.
Menyikapi ancaman ISIS, Graf tidak mau ambil resiko. “Saya sudah perintahkan anggota Garda Swiss agar meningkatkan kewaspadaan, mencermati gelagat dan tingkah setiap orang yang mencurigakan,” Graf mengemukakan.
Garda Swiss didirikan oleh Paus Julius II tahun 1506. Tes pertama terhadap kemampuan pasukan ini terjadi pada 6 Mei 1527, semasa kota Roma diserang oleh pasukan Kekaisaran Carlos V. Sebanyak 147 anggota Garda Swiss ketika itu tewas di medan perang, tetapi sebagian dari anggota yang masih hidup berhasil menyelamatkan Paus Klemens keluar dari Vatikan. Untuk mengenang peristiwa heroik itu, pelantikan dan pengucapan sumpah anggota Garda Swiss yang baru selalu dilangsungkan pada 6 Mei setiap tahun

diambil dari tabloid Chatolic Life

1 komentar:

  1. Tuhan, lindungilah Paus kami dan Gereja Katolik dari serangan biadab tentara islam. Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.

    BalasHapus