Renungan Hari Selasa
Biasa XIV, Thn A/II
Bac I Hos 8: 4 – 7, 11 – 13; Injil Mat 9: 32 – 38;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Hosea. Kitab ini
menggambarkan situasi umat Israel yang jatuh ke dalam dosa dan Allah merancang
hukuman kepada mereka. Dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel adalah tidak
setia kepada Tuhan Allah dengan menyembah allah-allah lain. Dengan kata lain,
umat melakukan perselingkuhan. Hosea menggambarkan bahwa Allah akan menyerahkan
bangsa itu ke dalam perbudakan, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa
perbudakan di Mesir. Hal ini karena umat benar-benar tidak lagi mengindahkan
Tuhan Allahnya. Di mata Allah, umat Israel sudah dibutakan mata imannya.
“Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku, itu akan dianggap mereka sebagai
sesuatu yang asing.” (ay. 12), demikian sabda Tuhan.
Sabda Tuhan Allah mengenai umat Israel dalam bacaan pertama
tadi terulang lagi pada zaman Tuhan Yesus. Kali ini dilakukan oleh kaum Farisi.
Mereka tidak dapat melihat sesuatu yang baik dan berguna itu berasal dari
Allah. Mereka melihat sebagai sesuatu yang asing atau berasal dari hal lain
yang bukan dari Tuhan. Itulah yang dialami Tuhan Yesus sebagaimana digambarkan
dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus melakukan penyembuhan
terhadap seorang bisu yang kerasukan setan. Akan tetapi orang Farisi menilai
bahwa hal itu bukan karena kekuatan Allah yang hadir, melainkan kekuatan
penghulu setan. “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” (ay. 34). Kaum
Farisi tidak mau mengakui kuasa Allah yang ada pada Yesus, tetapi melihatnya
sebagai kuasa yang lain, yang justru bertentangan dengan kuasa Allah. Sikap
kaum Farisi ini mirip dengan sikap orang Israel yang digambarkan Allah dalam
bacaan pertama.
Sabda Tuhan hari ini mau menyatakan kepada kita bahwa di saat
kita menjauhkan diri kita dari Tuhan, kita bisa saja sama sekali melupakan Dia
sehingga kebaikan-Nya tidak lagi kita kenal. Malahan kita menganggapnya sebagai
sesuatu yang asing. Melalui sabda-Nya, Tuhan hendak menyadarkan kita bahwa pada-Nya
ada kebaikan dan kebenaran. Dia-lah sumber kebaikan itu. Kebaikan selalu
berasal dari kebaikan, bukan dari kejahatan. Karena itu, apabila ada kebaikan,
di sana Tuhan ada. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia kepada-Nya serta
senantiasa menghadirkan kebaikan bagi sesama.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar