Santo yohanes berchmans, pengaku iman
Yohanes Berchmans lahir
di kota Diest, Belgia Tengah, pada 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu
bercita-cita agar Yohanes Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi
dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Yohanes
Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-setingginya. Ia mendapat
pelajaran bahasa Latin dari Peter
Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah
yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari, yaitu menjadi seorang imam. Tetapi
karena perusahaan ayahnya mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia
dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan
ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan
ayahnya ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudia hari. Ia lalu
memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji
untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya
mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai
pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta
kemauannya yang keras ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia
bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang
padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi
pelakon dalam setiap drama yang dipertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun
terakhir studinya, yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines
pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan
kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan
ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia
dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat
kepada orang tuanya, “Dengan rendah hati aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan
segenap kasih sayangku dan cintaku... saya ucapkan ‘selamat datang dan selamat
tinggal’ kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku, puteramu,
kepada Tuhan, Dia yang telah memberikan aku kepada kalian.”
Sebagai novis, Yohanes
Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya
sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat, “Menabung banyak
harta dalam bejana yang kecil.” Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo
Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius adalah: “Jika saya tidak jadi
orang suci di masa mudaku, maka tak pernah aku akan menjadi demikian.” Tuhan
memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum
pesta Santa Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam
usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal
dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan ‘kudus’ oleh Gereja karena ia
menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat
baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun
melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab,
riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Yohanes Berchmans menjadi contoh
teladan dan pelindung para pelajar.
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar