Senin, 24 November 2014

(Inspirasi Hidup) Teladan Iman Orang Kecil

RELA MENDERITA DEMI IMAN AKAN KRISTUS
Belum lama ini enam keluarga Kristen Hmong (Laos), yang terdiri dari 25 orang, diusir dari rumah mereka di Distrik Khamkeut, Provinsi Borikhamxay, karena mereka menolak meninggalkan imannya. Mereka adalah warga asli desa Ko Hai. Pada umumnya warga desa Ko Hai masih menganut kepercayaan animisme. Warga mendesak supaya keenam keluarga yang sudah menganut iman kristiani untuk kembali kepada kepercayaan lamanya. Akan tetapi permintaan itu ditolak. Penolakan ini berbuntut pada pengusiran paksa.

Untuk sementara keenam keluarga Kristen ini dimukimkan di desa Hoi Keo. Di tempat yang baru ini mereka banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Salah satunya adalah soal penghidupan. Mereka adalah keluarga miskin dan tidak mempunyai cukup uang. Padahal di tempat sebelumnya mereka sudah memiliki rumah, tanah dan sebuah peternakan. Seorang kakek berusia 62 tahun meninggal karena mengalami stress.

Menderita demi iman akan Kristus juga pernah dialami oleh seorang petugas kebersihan di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. Haroon adalah seorang pria Kristen berusia 22 tahun. Nasib Haroon lebih tragis lagi. Ia mati ditembak oleh rekan kerjanya, yang bertugas sebagai satpam, Umar Farooq, karena menolak meninggalkan imannya dan masuk islam. Sekalipun Farooq menjanjikan sebuah kehidupan mewah jika ia masuk islam, Haroon tetap menolak. Karena terus menerus mendapatkan penolakan, akhirnya Farooq marah. Ia lantas menembak kepala Haroon hingga tewas di tempat.

Dua peristiwa di atas seakan membenarkan sabda Tuhan Yesus, “Karena Aku, kamu akan dibenci, disiksa dan dianiya bahkan dibunuh.” Mengikuti Yesus sebagai orang kristen, sudah diramalkan penuh penderitaan. Orang harus menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari.

Apa yang dialami enam keluarga Kristen Hmong dan Haroon sepertinya bertolak belakang dengan beberapa peristiwa penyangkalan iman. Masih ada saja orang Kristen yang akhirnya meninggalkan iman akan Kristus. Mereka yang meninggalkan iman itu umumnya bukan karena alasan yang mendasar, seperti kebenaran iman, melainkan karena alasan sederhana.

Ada orang meninggalkan Kristus karena perkawinan, baik karena suka sama suka ataupun karena terpaksa. Padahal Gereja Katolik sudah menyediakan fasilitas pernikahan campur supaya yang katolik tetap pada imannya. Entah karena tidak tahu atau karena malu, banyak orang akhirnya memilih meninggalkan Gereja dan akhirnya Kristus juga.

Ada orang meninggalkan Kristus oleh sebab ekonomi. Masuk dalam kategori ekonomi ini adalah juga soal kerja. Salah satu sifat manusia adalah ingin kaya. Orang tak mau hidup dalam kemiskinan. Ada banyak tawaran untuk menjadi kaya. Salah satunya adalah dengan meninggalkan iman. Pengalaman Haroon di atas bisa menjadi contohnya. Ia ditawarkan kehidupan mewah. Tapi ia tetap menolaknya. Sementara masih banyak orang yang karena ingin menjadi kaya, rela meninggalkan Kristus.

Sebuah ironisme terjadi ketika ada orang meninggalkan Kristus karena sakit hati dengan Gereja atau para imamnya. Perasaan sakit hati kepada salah seorang imam atau pengurus Gereja, tapi sasarannya adalah Kristus. Ini dapat ditemui dalam kehidupan kita. Mungkin sebelumnya ia suka menyumbang kepada Gereja, namun ketika keinginannya ditolak, ia mulai membenci Gereja dan akhirnya meninggalkan iman akan Kristus.

Ada sebuah keluarga, karena sakit hati dengan salah seorang imam di parokinya, mulai meninggalkan Gereja dan akhirnya meninggalkan Kristus. Dikatakan ironis karena sakit hatinya kepada oknum imam, tapi sasarannya Kristus. Bukan berarti mau membela oknum imamnya. Jika memang ada yang salah pada diri imamnya, salahkanlah pribadi imam itu. Tuhan Yesus sendiri sudah berkata, tentang mereka ini “baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Mat 18: 6).

Oleh karena itu, apa yang dialami keluarga Kristen Hmong dan juga Haroon dapat menjadi teladan iman bagi kaum kristiani dewasa ini. Keluarga Kristen Hmong adalah sekumpulan orang-orang sederhana, demikian pula Haroon. Mereka tidak memikirkan kenyamanan diri mereka di dunia ini saja. Jika itu yang mereka pikirkan, tentulah dengan sangat mudah mereka meninggalkan imannya. Haroon pasti saat ini akan hidup mewah sebagai orang islam, dan keenam keluarga Hmong itu akan tetap hidup nyaman di desa lamanya sebagai orang anismis. Namun mereka tetap setia pada imannya, meski untuk itu mereka harus menderita.
Pangkalpinang, HR Kristus Raja Semesta Alam, 23 November 2014
by: adrian
Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar