Renungan Hari Selasa
Biasa XXVI, Thn A/II
Bac I Ayb 3: 1 – 3, 11 – 17, 20 – 23; Injil Luk 9: 51 – 56;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Ayub. Dalam kitabnya,
Ayub mengungkapkan kekecewaan yang dialaminya. Kekecewaan itu sangat berat
sehingga Ayub terpaksa mengutuk hari kelahirannya. Bagi Ayub, adalah lebih baik
tidak dilahirkan daripada hidup dalam penderitaan. Atau jika dilahirkan
hendaknya langsung mati. Apa yang diungkapkan Ayub ini merupakan gambaran
kehidupan banyak orang. Kebanyakan orang hanya ingin hidup senang dan bahagia. Ketika
penderitaan melanda, ia merasa hidup itu tidak ada artinya dan berpikir lebih
baik tidak hidup.
Sikap seperti yang digambarkan Ayub dalam kitabnya itu tampak
dalam diri dua murid Yesus, yaitu Yakobus dan Yohanes. Injil menceritakan bahwa
Yesus dan para murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem. Mereka melewati
kota Samaria. Sebagaimana yang sudah diketahui, orang Samaria tidak pernah akur
dengan orang Yerusalem. Dan itulah yang dialami oleh rombongan Yesus. Karena
orang Samaria tahu bahwa Yesus dan rombongan-Nya hendak menuju Yerusalem, mereka
menolak Dia. Para murid tidak senang ditolak. Mereka merasa dirinya hebat,
apalagi Tuhan Yesus bersama mereka. Karena itu, melalui mulut Yohanes dan
Yakobus, mereka mengutarakan keinginan untuk membinasakan orang Samaria.
Hidup manusia itu ada susah ada senang. Susah dan senang
selalu silih berganti menghampiri hidup setiap manusia. Memang ada perbedaan
dalam soal durasi waktu. Yang jelas kedua hal tersebut dapat melekat dalam
hidup kita. Sekalipun susah dan senang akan silih berganti, namun ada banyak
orang hanya mau menikmati pengalaman senang saja. Dan ketika hidup susah melanda,
tak sedikit orang malah merah kepada diri sendiri, bahkan kepada Tuhan. Melalui
sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk siap selalu menerima kedua hal
tersebut: susah dan senang. Kita tak perlu bereaksi berlebihan bila mengalami
sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar