Senin, 07 Juli 2014

(Pencerahan) Dilema Kata "Iri Hati"

DILEMA KATA “IRI HATI”
Tentu kita sudah tak asing dengan kata “iri hati”. Kata ini sering disejajarkan dengan kata “cemburu”. Jadi, orang yang iri hati sama saja dengan orang yang cemburu. Tak jarang pula kata ini disamakan dengan kata “dengki”. Kata ini masuk kategori kata moral. Yang dimaksud dengan kata moral adalah kata yang mempunyai nilai-nilai moral. Penilaian moral itu menyangkut baik dan buruk; baik dan jahat. Karena itu, dalam kata-kata moral itu ada penilaian baik atau jahat. Beberapa kata moral lain adalah seperti: sederhana, dermawan, menolong, membunuh, korupsi, fitnah, dengki, dendam, murah hati, mengampuni, kasih, benci, iri hati, dll.

Selain terletak pada kata itu, nilai moral juga terletak pada sesuatu yang kepadanya diarahkan kata-kata itu. Misalnya, kata “pencuri”. Di dalam kata itu terkandung nilai jahat. Namun, jika kata itu ditujukan kepada seseorang, misalnya “Umar pencuri”, maka nilai jahat itu melekat juga pada diri si Umar. Contoh lain misalnya, kata “murah hati”, yang secara moral memiliki nilai baik, jika dikenakan pada “Si Amir”, maka itu berarti si Amir itu orang baik, atau memiliki nilai kebaikan.

Akan tetapi, kata “iri hati” sedikit bermasalah karena membingungkan. Kebingungan itu bukan terletak pada penilaiannya, karena soal nilainya sudah jelas. Kebingungan itu timbul dari efek penggunaannya, dan itu terfokus pada orang yang menyandang atau kepadanya kata itu dilekatkan. Kata ini mempunyai nilai buruk atau jahat. Orang yang menyandangnya, atau kepadanya dikenakan kata ini, berarti yang bersangkutan itu buruk secara moral. Agama juga mengajarkan agar umatnya tidak iri hati.

Kenapa kata “iri hati” membingungkan?

Kita ambil contoh cerita SMK Fatamorgana tentang tokoh yang bernama Atikus. Dalam cerita itu dikatakan bahwa guru-guru berpandangan negatif kepada sdr. Atikus yang sering pergi ke luar kota dengan boss. Para guru merasa aneh dengan kebiasaan itu. Keanehan itu dilihat dari keuangan, tugas dan urgensitasnya. Soal uang orang bertanya, biaya perjalanan itu dari mana? Satu masalah kecil, tak satu orang pun yang bisa mengetahui laporan keuangan kecuali boss dan Atikus. Soal tugas orang bertanya, apa hubungan kepergian itu dengan tugas sdr. Atikus? Satu masalah kecil, tugas sdr. Atikus sendiri memang kurang jelas. Soal urgensitas orang bertanya, apa kepentingannya sehingga sdr. Atikus pergi ke luar kota bersama boss? Bukankah kepergiannya itu mengganggu efektifitas kerjanya?

Terhadap keanehan-keanehan yang dilontarkan para guru itu, sdr. Atikus menanggapinya dengan sederhana. Ia mengatakan kalau pernyataan guru-guru itu lahir dari rasa iri hati. Mereka tidak senang melihatnya bahagia bisa bepergian dengan boss. Mereka cemburu karena mereka tidak mengalami nasib seperti dirinya atau tidak punya kesempatan seperti dirinya. Jadi, sebenarnya ada keinginan di hati para guru untuk bepergian ke luar kota bersama boss, namun tidak mendapat kesempatan.

Sdr. Atikus meletakkan kata moral “iri hati” dan “cemburu” kepada guru-guru yang menilai aneh kebiasaannya bepergian dengan boss ke luar kota. Pernyataan sdr. Atikus ini menempatkan para guru itu sebagai orang yang buruk secara moral. Mereka, dalam kacamata agama, masuk ke dalam golongan orang berdosa. Orang lain yang berada di luar pusaran ini, setelah mendengar penjelasan dari sdr. Atikus, juga menilai guru-guru tersebut sebagai jahat.

Namun, benarkah mereka itu jahat secara moral? Inilah yang membingungkan. Memang kedua kata itu (iri hati dan cemburu) memiliki nilai buruk; dan guru yang dikenakan kata itu, mau tidak mau, dinilai sebagai buruk. Akan tetapi, jika ditelaah dengan baik belumlah tentu demikian. Para guru itu sebenarnya mau bersikap kritis karena melihat adanya keanehan. Salahkah orang bersikap kritis?

Maksud hati baik (bersikap kritis) namun akhirnya dituding jahat. Tentu tidak ada orang yang dari awalnya ingin mendapat gelar jahat. Namun efek jahat yang akan dikenakan sebagai dampak dari niat baik itu membuat orang sering mengurung niatnya. Akhirnya kejahatan tetap terlestari.

Nah, tambah bingung kan?
Jakarta, 8 April 2014
by: adrian
Baca juga:

2.      SMK Fatamorgana
3.      Kebaikan Semu

2 komentar: