SANTO HUBERTUS, PENGAKU IMAN
Dalam buku-buku para kudus terdapat sebuah lukisan yang
mengisahkan pengalaman rohani Santo Hubertus. Tergambar seorang pemburu
berlutut di hadapan seekor kijang jantan besar yang di antara tanduknya
terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar. Di bawah lukisan itu tertulis: santo Hubertus.
Putera bangsawan ini lahir di Belgia. Ayahnya bernama
Bertrandus, Pangeran Aquitaino, sedangkan ibunya bernama Hugberna. Sejak kecil Hubertus
dididik secara kristiani oleh orang tuanya. Namun ia sendiri kurang
memperhatikan perkembangan hidup rohaninya. Ia lebih sibuk dengan kegemarannya:
berburu kijang di hutan. Banyak waktunya dihabiskan untuk berburu. Bila tiba
hari minggu, ia sibuk dengan anjing-anjingnya, menyandang panah dan busur untuk
pergi berburu, meskipun kawan-kawannya mengajaknya ke gereja.
Pertobatannya berawal di hutan rimba, tempat ia menguber
binatang-binatang buruannya. Hari itu, Hari Jumat Suci. Sepanjang hari itu umat
merenungkan sengsara Kristus. Tetapi Hubertus tak tergugah sedikit pun dengan
hari raya besar itu. Ia malah menyiapkan anjing-anjingnya, menyandang panah dan
busur lalu pergi ke hutan untuk berburu. Tetapi apa yang terjadi? Hari itu hari
sial: ia sendirian di hutan yang lebat dan sunyi; seekor kijang pun tak tampak.
Sedang menyesali kesialan itu, tiba-tiba tampak seekor kijang jantan besar
sedang berdiri menantangnya di antara semak-semak. Tubuh kijang itu kekar dan
tanduknya besar. Dengan gesit Hubertus segera mengejar mangsanya, kijang itu
berlari hingga letih lalu sekonyong-konyong berdiri menantangnya. Hubertus pun
berdiri terpaku sambil melihat kijang itu dengan takut. Ia takut karena pada
tanduk kijang itu terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar.
Pengalaman ini aneh dan ajaib, mengherankan sekaligus
menakutkan Hubertus. Ia semakin takut ketika mendengar kijang itu berkata
kepadanya, “Mengapa engkau mengejar Aku?
Tidakkah engkau merayakan Hari Jumat Suci? Hidupmu kausia-siakan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai.” Mendengar itu Hubertus gemetar
ketakutan. Ia lalu berlutut dan berdoa menyesali dosa-dosanya. Semenjak itu ia
berjanji membaharui hidupnya dan berniat untuk mengabdi Kristus. Kejadian ini
barulah tersiar di kemudian hari setelah ia meninggal dunia.
Sesudah kejadian istimewa itu Hubertus menjadi orang yang
baik-baik. Ia memusatkan perhatiannya kepada kehidupan rohaninya dengan lebih
banyak berdoa dan bermatiraga. Kemudian ia menjadi rohaniwan yang melayani
Uskup Lambertus di Maastricht, Nederland. Melihat cara hidupnya yang saleh,
Uskup Lambertus menahbiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya menjadi pembantu
uskup. Tak lama kemudian Uskup Lambertus, yang lantang menentang tindakan
asusila para pejabat istana, dibunuh secara keji. Hubertus-lah yang dipilih
menggantikan dia.
Sebagai uskup, Hubertus sangat aktif dalam karyanya. Ia berhasil
mempertobatkan banyak orang kafir yang masih menyembah berhala di Pegunungan
Ardenne. Ia wafat pada tanggal 30 Mei 727 sementara dalam perjalanan pastoral
ke berbagai desa di keuskupannya. Ia diangkat menjadi pelindung para peburu. Mantol
yang biasa dikenakannya masih tersimpan di Paris hingga sekarang. Konon, orang
yang digigit anjing gila dapat sembuh kalau menyentuh mantol itu.
sumber: Orang
Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar