ANIMAL RATIONALE
Bagi yang pernah nonton National
Geographic atau Planet Animal di televisi,
tentu sudah tak asing lagi dengan binatang yang bernama Wildebeest, hewan herbivora
yang hidup di benua Afrika. Pada bulan Juni-Juli, sudah menjadi kebiasaan bagi
kawanan wildebeest ini untuk melakukan migrasi. Pada musim migrasi ini kawanan
wildebeest harus melewati sungai yang arusnya lumayan deras, yang dapat
menyeret wildebeest. Tantangan bukan hanya itu saja. Di sungai itu sudah
menanti ratusan buaya yang siap berpesta. Mereka sepertinya sudah tahu kalau
musim migrasi (Juni-Juli) para wildebeest akan melewati sungai ini.
Peristiwa ini bukan cuma sekali dua kali dialami oleh seekor
wildebeest. Setiap tahun mereka melakukan migrasi. Lokasi dan bahaya tetap
sama, karena sudah biasa. Jadi, peristiwa itu terjadi berkali-kali. Sekalipun berbahaya
tetap dilakukan. Walaupun nyawa taruhannya tetap diulangi. Ini terjadi karena
wildebeest tidak menggunakan otak, tetapi insting.
Terkadang hidup manusia tak jauh berbeda dengan kawanan
wildebeest tersebut. Punya otak tapi tak dipakai untuk berpikir. Sehingga ketika
menghadapi masalah, tak ada usaha untuk mencari solusi mengatasi masalah
melainkan hanya menerima masalah sebagai sebuah kenyataan hidup.
Kadang juga manusia terpaku pada kebiasaan yang sudah ada,
sekalipun kebiasaan itu sudah out of date,
bahkan sudah tak baik dan tak benar lagi. Manusia lebih memilih setia kepada
kebiasaan daripada kebaikan dan kebenaran. Secara tidak langsung manusia hanya
mengikuti dorongan instingnya saja. Tak bedanya dengan wildebeest.
by:
adrian
Baca
juga refleksi lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar