Jumat, 13 Juli 2018

INILAH SOSOK PENDAMPING JOKOWI DALAM PILPRES 2019


Tahun 2019 Indonesia akan menjalani pesta demokrasi. Ada dua peristiwa penting dalam pesta tersebut, yaitu Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Aroma pilpres sudah tercium saat ini. Jokowi, yang saat ini sebagai presiden periode 2014 – 2019, akan maju sebagai petahana, sementara lawannya belum jelas terlihat batang hidungnya.
Memang aroma persaingan sudah muncul. Beberapa bulan lalu hingga kini jagat maya dan nyata dipenuhi aksi #2019:gantipresiden. Bahkan musisi Ahmad Dhani menciptakan lagu untuk hal tersebut. Namun, ketika orang bertanya siapa yang akan menggantikannya, tak ada muncul kejelasan. Hingga saat ini, Prabowo yang digadang-gadang sebagai calon pemimpin tegas, tidak bisa bersikap tegas untuk menyatakan dirinya maju sebagai presiden dalam pilpres 2019. Bahkan sikap tegas itu pun tak muncul ketika memilih wakilnya. Sepertinya pihak lawan lagi mencari-cari celah untuk menjatuhkan Jokowi, sehingga berani maju.
Karena itu, sampai saat ini baru nama Jokowi yang muncul untuk ikut perhelatan akbar pilpres 2019. Menjadi pertanyaannya adalah siapa yang akan mendampingi Jokowi dalam pilpres 2019 sebagai wakil presiden?
Untuk menjawab pertanyaan itu, pertama-tama kita perlu memetakan pertarungan pilpres 2019. Kalau dulu peta pertarungan selalu dilihat soal daerah, sehingga pasangan presiden dan wakilnya haruslah kombinasi Jawa – Luar Jawa. Bagaimana peta pertarungan pilpres 2019 ini?
Patut diakui bahwa pilpres 2019 merupakan pertarungan antara kubu nasionalis dan islamis. Jokowi adalah sosok yang mewakili nasionalis, sementara lawannya, yang hingga kini masih sibuk dengan aksi #2019:gantipresiden, berasal dari kubu islamis radikal. Hal ini terlihat dari banyak tokoh-tokoh islam di balik aksi tersebut. Selain itu, Prabowo dan Amien Rais, tak puas dengan koalisi permanen, membentuk koalisi baru, yakni koalisi keumatan. Koalisi ini dideklarasikan bersama Imam Besar Front Pembela Islam, yang melarikan diri dari jerat hukum dan kini bermukim di Arab Saudi, Muhammad Habib Rizieq, di Arab Saudi.
Jika lawan Jokowi di pilpres 2019 nanti benar dari kubu islamis, maka Jokowi harus mengambil tokoh islam sebagai wakil presidennya. Memang selama ini Jokowi sudah berusaha juga merebut simpati umat islam, tapi tanpa tokoh wakil islam masih akan terasa sia-sia. Karena basis massa islam akan mudah dipengaruhi. Sebagai contoh, kasus pilkada DKI Jakarta. Sebenarnya banyak umat islam akan memilih Ahok, namun karena pengaruh kelompok islam mereka akhirnya memilih Anies.
Jadi, perpaduannya adalah antara nasionalis dan islamis. Keberadaan tokoh islam bertujuan untuk menarik suara islam, sehingga kemenangan mudah diraih. Bila sama-sama tokoh nasionalis, maka akan menjadi bulan-bulanan bagi kelompok islam. Contoh nyata kasus pilkada DKI Jakarta. Ahok dan Djarot adalah sama-sama tokoh nasionalis, sehingga menjadi sasaran empuk kelompok islam.
Karena harus tokoh islam, maka tertutup peluang bagi tokoh nasionalis seperti Tito Karnavian, Muldoko, Surya Paloh, Tri Rismaharini, Sri Mulyani, bahkan Susi Pujiastuti. Biarlah mereka tetap dalam posisinya. Jokowi dan tim pemenangannya harus fokus mencari tokoh islam untuk menjadi wakil presiden 2019 – 2024 bersama Jokowi. Siapakah mereka?
Hingga kini sudah banyak muncul nama tokoh-tokoh islam. Relawan Nasional 212 Jokowi Presiden Republik Indonesia mengajukan 11 nama tokoh islam, yakni Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, Mahfud Md, Muhaimin Iskandar, Said Aqil Siroj, Jimly Asshiddiqie, Yusril Ihza Mahendra, Zulkifli Hassan, Budi Gunawan, TGB Zainul Majdl, Ahmad Heryawan, Habib Rizieq Syihab dan Anies Matta.
Dari kesebelas nama di atas, ada beberapa nama yang benar-benar susah untuk masuk nominasi. Mereka adalah Habib Rizieq Syihab, Budi Gunawan, Anies Matta, Zulkifli Hassan, Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, Ahmad Heryawan, dan Yusril Ihza Mahendra. Nama-nama ini sulit masuk menjadi pendamping Jokowi karena beberapa alasan seperti track record yang kurang baik (Habib Rizieq, Din Syamsuddin, Yusril dan Aher) ketokohannya masih kurang (Anies Matta, Zulkifli Hassan, Budi Gunawan, Aher dan Yusril), bisa menjadi sasaran serang lawan (Anies Matta, Zulkifli Hassan, Budi Gunawan, Aher dan Yusril), dll.
Dari 11 nama yang diajukan Renas 212 tinggal 5 nama, yaitu Mahfud Md, Muhaimin Iskandar, Said Aqil Siroj, Jimly Asshiddiqie, dan TGB Zainul Majdl. Nama terakhir masih menyisahkan persoalan dengan Partai Demokrat, karena SBY mengajukan AHY sebagai wakil. Jika Zainul Majdl dipilih sebagai wakil presiden mendampingi Jokowi, tentulah ini akan mencoreng wajah SBY.
Siapa yang akan dipilih Jokowi? Saya yakin Jokowi memiliki indra keenam untuk menemukan calon pendampingnya nanti. Sudah terbukti banyak keputusan Jokowi sungguh diluar prediksi banyak orang, namun keputusan tersebut sangat tepat dan hebat. Sebagai contoh, semua orang tak akan menyangka Jokowi memilih Susi Pujiastuti sebagai menteri kelautan, dan ternyata pilihannya sungguh luar biasa. Karena itu, serahkan saja kepada Jokowi dalam menentukan pilihannya.
Akan tetapi, persoalan ini sebenarnya masih menyisahkan satu persoalan kecil, terkait dengan keislaman. Namun hal ini tergantung pada kemampuan refleksi dan keterbukaan hati dan budi. Persoalan ini ada pada islam. Di satu sisi permasalahan ini akan menimbulkan rasa bangga. Bangga bahwa agama islam (dengan tokohnya) punya pengaruh pada bangsa ini (ini pun perlu dipertanyakan dan dibutuhkan jawaban jujur: apakah pengaruh itu baik atau buruk). Di sisi lain persoalan ini sebenarnya menimbulkan rasa malu. Malu bahwa agama dipakai untuk kepentingan politik kekuasaan; dan parahnya lagi agama juga dipakai sebagai alat untuk saling serang.

Toboali, 19 Juni 2018
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar