KERUDUNG DALAM KITAB KORINTUS
Seorang
siswi SMA pernah bertanya kenapa perempuan Kristen tidak memakai
kerudung (jilbab), padahal ada tertulis dalam Kitab Suci. Pertanyaan ini diajukan
teman sekolahnya yang beragama islam. Temannya itu menyebut ayat Kitab Suci, yang
dijadikan dasar bahwa perempuan kristiani harus berkerudung (namun ia sendiri sudah lupa nama kitabnya). Selain itu, dia juga mengatakan bahwa Bunda Maria selalu
digambarkan memakai kerudung.
Pertama-tama
perlu diketahui bahwa sebenarnya tradisi penggunaan kerudung ada dalam Gereja
Katolik. Setiap perempuan wajib mengenakan kerudung saat mengikuti ekaristi,
berdoa atau upacara liturgi lainnya. Namun, sejak Konsili Vatikan II,
penggunaan kerudung tidak diwajibkan, tapi tidak juga melarang umat yang
memakainya. Namun, kerudung ini hanya sebatas untuk kegiatan keagamaan saja, bukan harian sebagaimana jilbab pada diri muslimah.
Dasar
kerudung yang dimaksud di atas ada dalam Surat Paulus kepada jemaat di Korintus
(1Kor 11: 5 – 6, 13 – 15). Lebih jelasnya akan ditampilkan kutipan teks
tersebut:
Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat
dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan
perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi
kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi
perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah
ia menudungi kepalanya (ay. 5 & 6).
Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa
kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? Bukankah alam sendiri
menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut
panjang, tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang?
Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung (ay. 13 – 15).
Dalam teks di atas tertulis penudung atau
bertudung, namun dapat pula dipahami dengan kerudung atau berkerudung, yang
dalam dunia islam dikenal dengan istilah jilbab atau hijab. Sering teks ini
dijadikan dasar “pewajiban” bagi perempuan kristiani yang mengenakan kerudung.
Namun kenapa perempuan Kristen zaman sekarang tidak mengenakannya?
Sekalipun kerudung tidak menentukan
keselamatan, banyak orang suka mempermasalahkannya, karena seolah-olah
peniadaan kerudung berarti bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Sebelum
bertanya mengapa perempuan Kristen sekarang tidak berkerudung, terlebih dahulu
kita harus bertanya kenapa perempuan dulu (dalam Kitab Suci) berkerudung. Perlu
diketahui bahwa penulisan Kitab Suci tak lepas dari konteks budaya dan tradisi
setempat. Surat Paulus kepada jemaat di Korintus ini dilatar-belakangi
pertikaian umat di sana tentang pakaian umat, khususnya perempuan, saat upacara
liturgi. Paulus mengkritik pertengkaran itu dengan nasehat yang mendasarkan
pada budaya setempat.
Pada zaman dahulu, ada pandangan bahwa
perempuan berambut panjang yang tidak berkerudung adalah pelacur. Sedangkan
perempuan berambut pendek dikenal sebagai lesbian. Jika perempuan tidak
berkerudung, maka “identitasnya” mudah dikenali: apakah dia sebagai pelacur
atau lesbian. Kalau pelacur, maka dia bisa dipakai oleh siapa saja yang
bersedia membayar. Tapi, jika dia mengenakan kerudung, maka laki-laki tidak
akan mengganggunya. Orang akan melihat dia sebagai perempuan "baik-baik".
Akan tetapi, jika kita perhatikan ayat 15b,
kita dapat menemukan pendapat Paulus, yang mungkin menjadi pijakan perempuan
kristiani sekarang. Bagi Paulus, rambut perempuan adalah kerudung/penudung.
Dalam ayat tersebut terlihat bahwa Paulus tidak terlalu mempersoalkan tradisi
atau budaya yang berlaku saat itu. Sikap Paulus ini mirip seperti dalam kasus
sunat (Lih. Kis 15: 1 – 2) atau soal Taurat (Lih. Kis 21: 20 – 21).
Sebagaimana yang sudah diketahui, tugas
perutusan Paulus adalah membawa Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Dalam
menjalankan tugasnya itu, Paulus merasa tidak pas mengenakan atau mewajibkan
tradisi/kebiasaan Yahudi kepada orang bukan Yahudi yang mau menerima
pewartaannya. Dengan kata lain, orang lain tidak dikenakan kewajiban yang
diterapkan kepada orang Yahudi (bandingkan dengan orang islam, yang membuat
orang lain menjadi Arab).
Oleh karena itu, jika sekarang ini sudah tak
ada lagi pandangan bahwa perempuan berambut panjang tidak berkerudung adalah
pelacur, atau perempuan berambut pendek adalah lesbian, kenapa kita harus
memaksakan tradisi tersebut? Saat ini, ada juga pelacur yang berkerudung, atau
lesbian yang berambut panjang. Sudah jamak kita menemukan perempuan berambut
pendek, dan dia adalah perempuan baik-baik. Intinya, baik buruknya seseorang
tidak lagi ditentukan oleh penampilan lahiriah, melainkan dari perbuatannya
(Mat 12: 33).
Akan tetapi, dewasa ini masih
dapat ditemui beberapa perempuan kristiani mengenakan kerudung saat mengikuti
perayaan ekaristi. Kerudung itu dikenal dengan istilah mantilla. Berbeda dengan jilbabnya wanita islam, yang menjadi
semacam pakaian harian, kerudung di sini hanya dipakai sebagai perlengkapan liturgi
pribadi (dipakai saat kegiatan liturgi). Mantilla dilihat sebagai ungkapan kerendahan
hati di hadapan Allah atau ketaatan dan penyerahan kepada Tuhan.
Batam, 23 Agustus 2016
Baca juga tulisan lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar