Kamis, 07 April 2016

Ini Alasan Kenapa Cewek Mau Melakukan Hubungan Seks Pra-Nikah

KENAPA WANITA MAU MELEPASKAN KEPERAWANANNYA
Salah satu perbedaan mendasar perempuan masa kini dengan masa lalu adalah soal menjaga keperawanan. Kaum perempuan masa lalu akan sangat kuat menjaga keluhuran harkat kewanitaannya yang terletak pada keperawanan. Bagi kaum perempuan dahulu, keperawanan merupakan persembahan spesial kepada pria yang sudah menjadi suaminya pada malam pertama. Karena itu, perempuan masa dulu tidak mudah melepaskan keperawanannya kepada pacarnya di masa pacaran.
Berbeda dengan perempuan masa kini. Ada banyak kaum perempuan sudah kehilangan keperawanannya sebelum mereka resmi menikah. Artinya, ketika masih pacaran, perempuan sudah melakukan hubungan seks sehingga hilanglah keperawanannya. Dan mirisnya, banyak di antara mereka menikah bukan dengan pria yang telah mengambil keperawanannya. Dengan kata lain, keperawanannya diserahkan kepada pria A, tapi ia menikah dengan pria B.
Ada perempuan begitu mudah melepaskan keperawanannya dengan pria yang baru dikenalnya beberapa bulan, padahal status si pria lebih rendah dari si perempuan. Artinya, mereka baru menjalani masa pacaran beberapa minggu, namun sang gadis mau menyerahkan keperawanannya. Parahnya lagi, si gadis selalu memberi kebutuhan si pria, seperti kontrakan rumah, pakaian, dan kebutuhan lainnya.
Menjadi pertanyaan, kenapa ada perempuan mau berhubungan seks? Apakah lantaran ketertarikan fisik dengan lawan jenisnya? Karena cinta? Atau mungkin karena beberapa masalah seperti kesendirian, kebosanan, dan mengurangi rasa sakit?
Cindy Meston dan David Buss, dua professor psikologi dari Universitas Texas, AS, mencoba menemukan jawaban di balik alasan perempuan melakukan hal tersebut. Dalam penelitian yang telah dibukukan dengan judul Why Women Have Sex, kedua peneliti menemukan sejumlah alasan, mulai dari alasan cinta, sekedar mencari kenikmatan, bagian dari tugas hingga uang. “Perempuan banyak yang melakukan hubungan seks sekedar untuk mencari pengalaman dan petualangan. Bahkan ada pula yang hanya ingin melepas keperawanan,” ujar Meston.
Keperawanan merupakan hal yang paling penting yang dimiliki oleh setiap perempuan. Keperawanan sering dianggap sebagai kesucian oleh kaum perempuan. Saking pentingnya keperawanan bagi perempuan, mereka akan sangat sulit untuk melepaskannya, jika hubungan yang mereka jalani tidak resmi atau tidak ada ikatan.
Namun ternyata di zaman yang terbilang modern ini, membuat perempuan sangat mudah untuk melepaskan keperawanannya tersebut. Padahal keperawanan merupakan hal yang sangat penting baginya. Tetapi kenapa perempuan saat ini sangat mudah untuk melepaskannya meski belum memiliki hubungan yang resmi ataupun ikatan yang serius, yaitu pernikahan. Cindy Meston dan David Buss mengemukakan lima alasan.
(1) Karena cinta. Cinta sering dianggap sebagai alasan kenapa perempuan mau dengan mudah melepaskan keperawanannya. Menurut peneliti ini, perempuan yang tidak mau melepaskan keperawanannya untuk sang kekasih, dianggap tidak cinta dengan kekasihnya itu. Oleh karena itu, anggapan itu membuat banyak perempuan mau dengan mudah melepaskan keperawanannya. Dengan kata lain, mau dikatakan bahwa hubungan seks merupakan bukti cinta.
Alasan pertama, melakukan seks karena cinta, biasanya datang dari kaum pria. Merekalah yang meminta pasangannya untuk mau melakukan hubungan intim sebagai ungkapan dan bukti cinta. Hal ini didasarkan pada orientasi seks kaum pria pada umumnya. Jika kaum perempuan lebih berorientasi pada romantisme, kaum pria tertuju pada hubungan seks.
Oleh karena itu, kaum perempuan hendaknya menyadari hal ini. Permintaan sang kekasih untuk melakukan hubungan seks sebagai ungkapan atau bukti cinta, sebenarnya hanyalah sebagai wujud pelampiasan kebutuhan seksual kaum pria. Bukti cinta hanya sebagai topeng bagi keinginannya yang tersembunyi. Kaum perempuan harus mempertanyakan juga bukti cinta kaum pria pada dirinya. Jika kaum pria sungguh mencintai pasangannya, ia justru akan menjaga keperawanan pasangannya. Dengan kata lain, ia tidak akan meminta pasangannya untuk melepaskan keperawanannya.
(2) Jaga perasaan. Selain cinta, ada beberapa perasaan yang timbul dalam hati kaum perempuan untuk menyerahkan keperawanannya. Ada perempuan takut kekasihnya marah jika ia menolak permintaan sang kekasih untuk melakukan hubungan seks. Ada perempuan tak tega melihat kekasihnya merayu-rayu, dan tak tega melihat kekasihnya kecewa jika ia menolak melakukan hubungan intim. Semua ini membuat perempuan merasa tak enak dengan pasangannya sehingga ia rela melepaskan keperawanannya.
Alasan kedua ini tak jauh berbeda dengan alasan pertama di atas. Di sini terlihat bahwa kaum perempuan mendapat tekanan dari pasangannya. Jika diperhatikan, ada kesan bahwa kaum pria menggunakan salah satu kelemahan kaum perempuan, yaitu perasaan. Perempuan merupakan makhluk yang lebih dominan dalam perasaan ketimbang ratio. Karena itu, kaum pria menyentuh titik ini, karena sadar kaum perempuan tidak akan berpikir.
Padahal jika dipikir baik-baik, andai kaum perempuan menggunakan ratio atau akal sehat, ketakutan dan kecemasannya terkait tekanan dari pasangan untuk melakukan hubungan seks dapat diatasi. Keperawanan adalah hak mutlak kaum perempuan, bukan pada kaum pria, apalagi yang bukan pasangan hidupnya. Jadi, sangat aneh jika ada pria, yang masih berstatus pacar, marah atau kecewa bila tidak mendapatkan keperawanan pasangannya. Kaum perempuan musti mempertanyakan keanehan ini: kenapa mereka harus marah atau kecewa jika permintaan hubungan seks ditolak. Pria tak punya hak marah pada perempuan jika permintaannya untuk berhubungan seks ditolak; pria tak punya hak untuk kecewa atas penolakan kekasihnya yang tak mau menyerahkan keperawanannya.
Oleh karena itu, hendaknya kaum perempuan jangan hanya dikendalikan oleh perasaan. Gunakanlah akal sehat atau ratiomu. Jangan sampai karena menjaga perasaan, kamu merelakan keperawanan, yang adalah harkat dan martabatmu.
(3) Untuk mengikat hubungan. Takut kehilangan sering membuat banyak perempuan dengan mudah untuk melepaskan keperawanannya. Hal ini dikarenakan agar ia dapat mengikat hubungan semakin kuat, dengan maksud agar kekasihnya tidak meninggalkan dirinya. Padahal, perempuan yang mudah disentuh itulah merupakan perempuan yang sangat mudah untuk ditinggalkan kekasih.
Alasan ketiga ini merupakan kelanjutan dari alasan kedua di atas. Di sini terlihat bahwa kaum perempuan mendapat tekanan dari pasangannya: “jika kamu tidak mau melakukannya, aku akan meninggalkanmu.” Tekanan ini akan semakin kuat jika kaum pria menambahkan alasan pertama, yaitu sebagai bukti cinta. Perempuan yang hanya mengandalkan perasaan, akan dengan sangat mudah menyerahkan keperawanannya kepada kekasihnya.
Padahal jika dipikir baik-baik, andai kaum perempuan menggunakan ratio atau akal sehat, ketakutan dan kecemasannya terkait tekanan dari pasangan untuk melakukan hubungan seks dapat diatasi. Kaum perempuan dapat berkata, “Dunia tidak selebar daun kelor. Laki-laki di dunia ini bukan hanya kamu. Patah tumbuh, hilang berganti. Kamu pergi, aku cari lagi.” Kaum perempuan jangan mau dikalahkan oleh ketakutan-ketakutan fiktif yang tak beralasan. Perempuan harus mempertanyakan cinta kekasihnya jika karena penolakan itu ia rela meninggalkan dirinya. Selain itu, kaum perempuan harus menanamkan dalam hati dan budinya bahwa perempuan yang mudah diajak berhubungan seks adalah perempuan yang sangat mudah untuk ditinggalkan kekasih.
(4) Gaya hidup. Gaya hidup atau trend sering menjadikan perempuan tak sadarkan diri sehingga mereka terlalu berlebihan untuk mengikutinya. Salah satunya adalah berhubungan seks dengan pasangan, yang dianggap sebagai tren masa kini yang jika tidak dilakukan maka akan dianggap tidak gaul atau ketinggalan zaman. Oleh karena itu, banyak perempuan yang dengan mudah melepaskan keperawanannya untuk pasangannya.
Seperti yang sudah dikatakan di atas, anak-anak perempuan masa kini jauh berbeda dengan genarasinya di masa lalu. Terkait dengan persoalan hubungan seks, anak-anak masa kini terlihat lebih permisif. Anak perempuan begitu mudah memberikan keperawanannya kepada pasangannya, sekalipun mereka belum terikat perkawinan. Hal ini disebabkan karena perkembangan jaman. Kemajuan teknologi komunikasi, khususnya televisi dan internet, membuat anak jaman sekarang mudah terbawa arus globalisasi. Apa yang menjadi gaya hidup “di luar” dengan sangat mudah menjadi bagian hidupnya. Inilah yang dikenal dengan istilah westernisasi. Banyak perempuan merasa minder dikatakan ketinggalan jaman atau kurang gaul jika tidak mau menyerahkan keperawanannya.
Padahal perlu diketahui, khususnya oleh kaum perempuan, bahwa hubungan seks sebelum nikah berdampak buruk bagi perkawinan kemudian. Sebuah penelitian, yang dilakukan oleh Monty P. Setiadarma dan Henny E. Wirawan, mencoba melihat kehidupan pernikahan perempuan yang pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah. Penelitian ini menyatakan bahwa hubungan seks pra-nikah berpotensi untuk menciptakan konflik dalam keluarga. Mereka melihat bahwa hubungan seks pada masa pacaran menjadi faktor pencetus akan kecemburuan, salah pengertian antar pasangan, konflik karena permasalahan anak dan masalah lainnya.
(5) Karena uang. Banyak kali perempuan menjual dirinya demi mendapatkan beberapa uang untuk menyambung hidup, padahal banyak pekerjaan lain yang lebih baik dibandingkan menjual diri. Mereka tidak berpikir akibat ke depannya dan pikiran pasangannya nanti, karena banyak pria yang tidak menginginkan perempuan yang tidak perawan lagi untuk dinikahi. Keperawanan merupakan hal yang sangat penting dalam diri perempuan. Oleh karena itu, disarankan agar kaum perempuan menjaganya dengan baik-baik supaya derajat perempuan tidak selalu direndahkan oleh kaum pria.
Fenomena seks karena uang sebenarnya bukanlah hal yang baru. Fenomena ini tak jauh bedanya dengan prostitusi atau pelacuran. Namun, sangat sulit menemukan seorang pelacur yang menyerahkan keperawanannya untuk uang. Ada banyak perempuan menjadi pelacur karena hilangnya keperawanannya yang disertai dengan pengkhianatan sang kekasih. Artinya, setelah menyerahkan keperawanannya kepada pasangannya, terjadilah pengkhianatan, dimana pasangannya meninggalkan dirinya. Kekecewaan ini membuat perempuan terjun ke dunia pelacuran.
Akan tetapi, maraknya anak perempuan menyerahkan keperawanannya demi uang dewasa ini ditengarai oleh faktor kemajuan teknologi. Keinginan untuk memiliki benda-benda teknologi canggih, sementara orangtua tak mampu memenuhinya, membuat perempuan mudah menyerahkan keperawanannya. Faktor ini juga yang kemudian memicu perempuan untuk meneruskan “profesi” pelacur.
Akan tetapi, menjadi sangat aneh dan membingungkan bila fenomena seks karena uang ini dikaitkan dengan contoh di atas. Di atas diceritakan ada perempuan begitu mudah menyerahkan keperawanannya dengan pasangan yang baru dikenalnya beberapa bulan. Bukan cuma keperawanannya saja yang diberikan, melainkan uangnya. Padahal, dari segi status, perempuan ini sedikit lebih tinggi dari pasangannya.
Demikianlah kelima faktor yang menjadi penyebab kenapa perempuan begitu mudah menyerahkan keperawanannya. Memang masih ada beberapa hal yang membingungkan berkaitan dengan kepastiannya. Jawaban pasti masalah ini ada pada kaum perempuan yang telah melakukannya.
Dabo-Singkep, 8 Maret 2016
sumber lain: Seks Pra-Nikah dan Dampaknya
Baca juga tulisan lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar