Di negeri ini, banyak orang
punya kecenderungan untuk merangkap jabatan. Mungkin orang-orang ini merasa
cukup sakti untuk mampu menangani urusan yang berbeda-beda dengan 24 jam per
hari yang ia punyai. Bisa pula, mereka keliru dalam menimbang bobot pekerjaan,
sehingga berani merangkap posisi. Namun bisa pula karena alasan lain, misalnya ketidakpercayaan
kepada orang lain sehingga enggan untuk berbagi wewenang, kekuasaan, atau pun
berbagi peran sebagai pemimpin.
Isu berbagi peran sebagai
pemimpin (leadership sharing) kini
semakin memperoleh perhatian para ahli manajemen dan manajer terkemuka. Dunia bertambah
kompleks, kepentingan-kepentingan ekonomi, politik, sosial, militer saling
bertautan. Mengurus sebuah negara membutuhkan konsentrasi dan fokus yang luar
biasa. Mengelola sebuah departemen untuk mengurus jutaan penduduk merupakan
tanggung jawab yang kompleks, toh
masih juga ada yang merangkap jabatan sebagai petinggi organisasi lain.
Begitu pula di tingkat
perusahaan. Para manajer hebat mengekang diri untuk tidak merangkap jabatan,
mengingat isu-isu kapital, kepemilikan, pemasaran, produksi, teknologi semakin
rumit. Mereka merasa tidak mungkin menambah satu jabatan saja di luar yang
sudah mereka pegang. Seorang direktur utama akan menahan diri untuk memegang
pula posisi direktur keuangan atau produksi, atau menjadi ketua pengurus cabang
olahraga.
Para manajer hebat ini
menyadari bahwa rangkap jabatan bukan memperkuat organisasi, melainkan malah
sebaliknya, sebab peran kepemimpinan tidak dibagi kepada sebanyak mungkin orang
yang memiliki potensi kepemimpinan. Sumber daya yang memiliki bakat tidak
memperoleh kesempatan sedini mungkin untuk mengasah kemampuan kepemimpinannya. Gerak
mereka menjadi serba terbatas karena otoritas terpusat pada orang tertentu.
Berbagi kepemimpinan, dalam
pandangan para ahli manajemen, sangat bermanfaat untuk memaksimumkan seluruh
sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Menurut Bergman (2012), berbagi
kepemimpinan dapat terwujud manakala dua atau lebih anggota terlibat dalam
kepemimpinan tim dalam mengarahkan dan memengaruhi anggota organisasi. Berbagi kepemimpinan
juga dapat dilakukan dengan menahan diri untuk tidak merangkap jabatan.
Pemimpin yang hebat justru
akan menyemaikan iklim yang memungkinkan anggota organisasi/karyawan perusahaan
mengambil inisiatif, memutuskan suatu masalah, dan menggunakan sumber daya
secara bertanggung jawab dalam lingkup jabatannya. Ia akan berbagi peran,
wewenang, dan sekaligus tanggung jawab dengan orang lain. Ia akan bangga bila
orang-orang di sekelilingnya tumbuh menjadi pemimpin yang tak kalah hebat dibanding
dirinya. Bahkan, seorang pemimpin yang hebat akan tetap kuat pengaruhnya
sekalipun ia tidak menempati suatu jabatan.
Dengan berbagi peran,
seorang pemimpin telah menunjukkan bahwa ia memercayai orang-orang di
sekelilingnya. Dengan berbagi peran kepemimpinan, orang-orang dalam organisasi
justru merasa terlibat dan interaksi di antara mereka akan berjalan lebih
dinamis. Hasil studi mengenai perusahaan yang kinerjanya sangat bagus (Pierce,
2009) menunjukkan bahwa para CEO perusahaan ini telah mempraktekkan
prinsip-prinsio berbagi kepemimpinan di dalam organisasinya. Dengan cara ini,
organisasi menjadi semakin matang karena peran-peran kepemimpinan tumbuh di
berbagai jenjang organisasi, bukan terpusat pada segelintir orang yang duduk di
puncak piramida organisasi.
sumber:
tempo dot co
Baca
juga tulisan terkait lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar