PERSELINGKUHAN DARI SUDUT PANDANG PRIA
Selingkuh adalah sebuah
kata yang sangat ditakuti saat orang hendak membangun sebuah relasi. Bukan
hanya relasi cinta suami-istri atau relasi pacaran saja, melainkan relasi
koalisi dalam dunia politik. Dalam dunia politik sering kali terdengar istilah
pecah kongsi, di mana awalnya berkoalisi namun akhirnya berpisah karena adanya
salah satu partai yang berselingkuh atau tidak setia pada komitmen. Karena itu,
dalam dunia politik dikenal adagium ini: tak ada teman yang abadi; yang abadi
hanyalah kepentingan. Namun apakah dengan demikian berarti juga dalam relasi
suami – isteri?
Minggu lalu kita sudah
melihat ulasan umum tentang selingkuh. Kali ini kami akan menurunkan tulisan
soal selingkuh dari aspek kaum laki-laki. Mengapa laki-laki selalu diidentikkan
sebagai tukang selingkuh? Apa konsep selingkuh bagi laki-laki? Bagaimana sikap
pria jika pasangannya yang selingkuh? Tak lupa bagian akhir tulisan ini kami
menawarkan solusi yang sedikit berguna.
1. Pria Suka Selingkuh
Selingkuh kini sudah
bersifat universal. Tak hanya kaum eksekutif yang memiliki banyak uang yang
bisa melakukan selingkuh. Profesi apa pun, bahkan tukang becak sekalipun, bisa
melakukan selingkuh. Namun, karena kaum eksekutif kadang merupakan public
figure, perselingkuhan yang dilakukannya pun menjadi perbincangan yang
hangat di masyarakat.
Seperti survei
dilakukan oleh majalah Eksekutif terhadap 500 pria eksekutif di
Jakarta untuk mengamati masalah perselingkuhan. Hasil survei yang
dipublikasikan melalui Facebook
rupanya mendapat respons dari ribuan orang. Banyaknya pro dan kontra ini
menunjukkan antusiasme masyarakat memperbincangkan masalah perselingkuhan.
Banyak pula yang mempertanyakan keakuratan data karena contoh yang diambil
belum tentu mewakili kaum eksekutif. Namun, survei ini terbukti menarik
perhatian masyarakat untuk berkomentar.
Dari perbincangan
santai bertema "3 dari 2 Eksekutif Selingkuh" yang dihadiri beberapa
pria eksekutif di Brewhouse Resto, Senayan City, Rabu (27/7/2011), Kompas
Female menemukan fakta-fakta baru tentang hal ini. Perselingkuhan ternyata
sudah dianggap sebagai hal yang biasa, yang menurut para tokoh ini tak perlu
terlalu diperdebatkan.
2. Meski Selingkuh Pria Tetap
Cinta Pasangannya
“Tiga dari dua
pria selingkuh!” begitu kesimpulan sebuah survei yang dilakukan oleh majalah Eksekutif terhadap 500 pria eksekutif di Jakarta
beberapa waktu lalu. Judul tersebut menjadi semacam sarkasme, yang ingin
menunjukkan bahwa pada dasarnya hampir semua laki-laki gemar selingkuh.
Benarkah demikian?
Yang pasti, sebuah
survei yang dilakukan sosiolog Amerika, Eric Anderson ini, menunjukkan bahwa
meskipun mencintai pasangan dan tidak berniat meninggalkannya, pria tetap
selingkuh karena menginginkan seks lebih sering. Sedangkan pria yang tidak
selingkuh sebenarnya tengah mengatur dirinya sendiri untuk "pemenjaraan
seksual akibat desakan sosial".
Pengajar dari
University of Winchester di Inggris ini mengatakan, monogami telah mengucilkan
pria dari kegiatan yang paling mereka inginkan. Dalam bukunya, The Monogamy
Gap: Men, Love, and the Reality of Cheating, Anderson menyebut bahwa
selingkuh adalah norma, dan orang mulai menerima relasi yang terbuka secara
seksual, yang hidup berdampingan tanpa hierarki atau hegemoni.
Untuk mendapatkan
kesimpulannya ini, Anderson mensurvei 120 pria pra sarjana, baik yang normal
maupun gay. Ia mendapati bahwa 78 persen pria yang memiliki pasangan ternyata
selingkuh, "Meskipun mereka mengatakan mencintai (pasangannya) dan berniat
tetap bersama pasangannya," kata Anderson. Kalau begitu, mengapa harus
selingkuh? Jawabannya sederhana: karena pria menyukai seks.
Mungkin otak pria seperti ini
Secara emosional,
pria sebenarnya ingin tetap bersama satu pasangan. Sayangnya, tubuh mereka
rupanya mendambakan seks bersama orang lain. Berkaitan dengan keinginan
membentuk keluarga, misalnya, sisi emosional lah yang berperan. "Hasrat
fisik kita tidak mati; hanya berubah dari pasangan kita ke orang lain. Ketika
hasrat seks itu padam, hubungan baru mulai," lanjutnya.
Pria lebih memilih
untuk selingkuh dan menyesalinya, karena tak mungkin bagi mereka untuk mengakui
hal tersebut pada pasangannya. Bila dilakukan, relasi yang dibangun bersama
pasangan pasti buyar. Ketika pria selingkuh dan melakukan seks rekreasi, mereka
tak mengaitkan perasaan karena mereka masih mencintai pasangan. Jika tidak,
mereka pasti sudah mengakhiri hubungan tersebut. Buat kaum pria, seks di luar
relasi dengan pasangan sah-sah saja. Lucunya, mereka tidak ingin pasangannya
melakukan hal yang sama.
Hal ini memang
tidak fair, namun monogami hanya akan mendorong pria untuk mengejar
seks dengan orang lain dalam kesempatan lain. Menyedihkan, tetapi demikianlah
hasil penelitian Eric Anderson. Media Research Centre Network sendiri meragukan
ukuran sampel dan kelompok yang menjadi sasaran survei, karena pria-pria yang
belum lulus kuliah umumnya masih mengeksplorasi diri mereka, dan mendorong
batas-batas yang ada.
3. Selingkuh Tak Berarti Cinta
Kalau Anda terbuai
dalam perselingkuhan, jangan pernah berharap perselingkuhan tersebut berubah
menjadi cinta sejati. Pasalnya, umumnya pria tak akan mengubah kisah
selingkuhnya menjadi catatan cinta yang berarti bagi dirinya.
Psikolog Dr Sam J
Buser, yang juga penulis The Guys-Only Guide, mengatakan, umumnya perempuan mulai menanyakan
pasangan selingkuhnya mengenai arah hubungan. Padahal, kebanyakan pria jelas
hanya ingin berselingkuh dan tak ingin membawa hubungan ke tahapan yang lebih
serius. Ada sejumlah alasan yang menguatkan pria memiliki pendirian semacam
itu:
Relasi
perselingkuhan tak pernah lama
Sejumlah riset
menunjukkan, perselingkuhan nyaris tak pernah berubah menjadi hubungan jangka
panjang. Hanya satu dari 10 perselingkuhan yang kemudian berubah menjadi
komitmen serius. Kalaupun hubungan beralih menjadi kisah cinta, pada akhirnya
komitmen ini berakhir pada perceraian. Mengapa? Ini karena pasangan kehilangan
rasa percaya. Pasangan yang berkomitmen setelah menjalani perselingkuhan tak
akan saling percaya karena didasari pada pengalaman sebelumnya bahwa mereka pun
pernah berselingkuh.
Perselingkuhan
adalah hubungan yang maya, bukan nyata
Banyak pria yang
meninggalkan karier, anak, dan keluarga demi mengejar perempuan seksi yang
menjadi pasangan selingkuhnya. Namun pada akhirnya, pria melakukan konseling
dengan profesional untuk memperbaiki hidupnya yang berantakan. Pria menyadari
bahwa berselingkuh hanya membawa hidupnya semakin tak terarah. Perselingkuhan
menjadi pelarian dari kondisi pernikahan yang kacau.
Dr Buser
mengatakan, saat pria melakukan konseling, hal yang kemudian direkomendasikan
pakar adalah mencari solusi atas masalah pernikahannya. Jika tak ada titik temu
untuk menyelamatkan pernikahan, perceraian memang menjadi jawaban, tetapi
melanjutkan hubungan dengan teman selingkuh tak lantas jadi solusi berikutnya.
"Pernikahan
dan perselingkuhan ibarat apel dan jeruk. Dalam perselingkuhan, Anda tak
berkomunikasi dengan orang tuanya, tidak membayar tagihan bersama, dan tidak
membesarkan anak bersama. Anda tidak akan tahu rasanya menikah dengan seseorang
hingga Anda menikahinya," ujar Dr Buser.
Anak-anak
tak akan menyetujui pasangan selingkuh
Pria cenderung tak
melanjutkan perselingkuhan menjadi hubungan berkomitmen karena meyakini
anak-anaknya tak akan menerima pasangan selingkuhnya. Dr Buser mengatakan, Anda
tak akan pernah bisa menyembunyikan perselingkuhan selamanya dari anak-anak.
Saat anak beranjak dewasa, mereka akan membaca terjadinya perubahan dengan
kehidupan orang tuanya. Jarang melihat orang tua bermesraan menjadi pertanda
yang bisa dipahami anak. Anak yang semakin dewasa juga bisa mengenali gelagat
orang tua yang tak lagi berhubungan seks. Anak perempuan juga cenderung sulit
memaafkan ayah yang berselingkuh.
"Anak
perempuan akan merasa dikhianati jika mengetahui ayahnya berselingkuh,"
kata Dr Buser.
Jika pria bisa
tegas untuk tidak melanjutkan perselingkuhan menjadi hubungan jangka panjang,
Anda, sebagai perempuan, tentu juga punya kekuatan yang sama.
4. Pria Sulit Memaafkan Istri
yang Selingkuh
Saat ditemui
wartawan di kediamannya, Johannes Subrata alias Joesoef, suami Cut Tari, tampak
sangat tenang menanggapi beredarnya video porno dengan bintang mirip sang
istri. Ia mengaku percaya dengan apa pun yang dikerjakan istrinya.
Apakah bintang
video tersebut memang Cut Tari atau bukan, memang belum dapat dibuktikan.
Terlepas dari hal tersebut, sikap pria ini terkesan sangat bijak dan di luar
dugaan. Maklum saja, umumnya pria sangat responsif dengan aksi perselingkuhan
yang dilakukan pasangannya, terutama istri. Pria juga cenderung lebih sulit
memaafkan perselingkuhan pasangannya. Hal ini kebalikan dengan apa yang terjadi
bila istrilah yang menemukan affair suaminya.
Sejak dulu,
perempuan selalu dikondisikan untuk memaafkan ketidaksetiaan suaminya, tetapi
pria tampaknya cenderung tidak melakukan hal yang sama untuk istrinya.
"Pria bisa
memaafkan diri mereka karena kecerobohan mereka, tapi sulit memaafkan pasangan
mereka karena hal yang sama," ujar terapis Phillip Hodson, partner di
British Association for Counselling and Psychotherapy.
Bagi perempuan
yang dikhianati, affair pasangan bisa sangat menyinggung harga dirinya.
Sedangkan bagi pria yang dikhianati, perselingkuhan istri akan sangat menghina
kelaki-lakiannya. Hal itu akan langsung menusuk pusat identitasnya. Terlihat
jelas suatu ketidakadilan dan sikap pengecut di sini.
5. Lima Langkah Pemulihan Diri
Paska Perselingkuhan
Perselingkuhan
merusak kepercayaan yang sudah dibangun bersama pasangan, bahkan rasa percaya
diri bisa terkoyak. Menurut Asosiasi Terapi Pernikahan dan Keluarga Amerika
(American Association for Marriage and Family Therapy), seseorang yang menjadi
korban perselingkuhan mengalami gangguan psikis yang sama dengan gejala
traumatik akibat stres. Seperti mudah gelisah, berilusi, dan selalu melihat
masa lalu.
Sebaiknya pulihkan
diri Anda dari perasaan menyakitkan paska perselingkuhan melalui cara ini:
Ini bukan
salah Anda
Jangan pernah
menyalahkan diri sendiri atas perselingkuhan yang terjadi dalam hubungan Anda.
Meskipun Anda menyadari tak sepenuhnya sempurna dalam menjalani hubungan, namun
bukan berarti Anda berhak dipersalahkan atau mempersalahkan diri karena
pasangan berselingkuh. Ingatkan diri Anda bahwa pasangan yang berselingkuh
telah berlaku tidak adil terhadap komitmen dan perasaan Anda.
"Pasangan
berselingkuh karena telah mengabaikan Anda dan komitmen serta perasaan yang
dibangun, jadi jangan salahkan diri Anda karenanya," kata Janis Abrahms
Spring, psikolog dan pengarang buku After
the Affair.
Luangkan
waktu untuk lebih mengenal diri
Cobalah kenali
kembali diri Anda, dengan belajar dari pengkhianatan dan pupusnya hubungan.
Michele Weiner-Davis, Direktur Pusat Penyelesaian Perceraian Colorado,
mengatakan rasa sakit karena perselingkuhan memberikan pengalaman lain. Dari
perasaan inilah, Anda bisa belajar mendorong kembali sensitivitas diri, empati,
rasa menyayangi, dan membekali diri agar tak terjebak dalam hubungan serupa di
kemudian hari.
Menjalin
hubungan baru setelah diri Anda pulih
Tak perlu
terburu-buru menjalin hubungan baru usai mengalami perselingkuhan. Jika Anda
terbawa emosi, lalu mulai berkomitmen dengan seseorang padahal perasaan sakit
dari pengalaman lalu belum teratasi, ini akan mengganggu hubungan yang baru
dibangun tersebut.
"Lebih baik
pulihkan diri Anda lebih dahulu sampai siap untuk memulai kembali membangun
hubungan baru," kata Rich Nicastro, psikolog spesialisasi pernikahan dan
hubungan berpasangan.
Eksplorasi
pengalaman baru dalam hubungan
Cobalah keluar
dari zona nyaman dalam memilih pasangan. Anda tak perlu mematok tipe pasangan
yang sama seperti sebelumnya. Sebaiknya eksplorasi berbagai tipe orang dalam
menjalani hubungan. Anda bisa memulainya dengan mengenal berbagai karakter
pasangan sebelum memutuskan membangun komitmen bersamanya. Carilah juga
kualitas diri dari pasangan yang tidak Anda temukan pada pasangan yang mengkhianati
sebelumnya.
"Tanda
hubungan yang sehat di antaranya lebih spontan dan lebih terbuka satu sama
lain," kata terapis hubungan berpasangan, Jef Gazley. Anda bisa menggali
karakter pasangan dari kriteria yang diberikan Gazley ini.
Belajar
membangun kembali rasa percaya
Pengkhianatan dari
orang yang Anda cintai memang menyakitkan, namun Anda perlu mengatasi perasaan
ini dengan tidak mencurigai setiap lawan jenis yang mulai mendekati Anda. Jika
Anda tak bisa membangun kembali rasa percaya terhadap orang lain, Anda
cenderung akan berperilaku tanpa alasan yang jelas. Gazley menambahkan,
hubungan baru yang akan dibangun juga terganggu tanpa adanya rasa percaya.
Berikan kesempatan kepada pasangan baru untuk menunjukkan bahwa dia bisa
dipercaya. Caranya, bangun rasa percaya dalam diri Anda lebih dulu, dan jangan
pernah bandingkan dengan mantan yang mengkhianati Anda.
6. Menata Hubungan Setelah
Selingkuh
Tertarik kepada
orang lain mungkin sulit dihindari, tetapi seyogianya tidak dilanjutkan sebagai
permainan, atau menjadi hubungan lebih dalam. Perselingkuhan sering
menghancurkan kepercayaan pasangan dan dapat mengacaukan hidup keluarga.
N seorang ibu
berusia 32 tahun menulis:
”Dua tahun lalu
suami saya berselingkuh dengan pembantu. Begitu terguncang saya karena tidak
pernah berpikir suami akan melakukan hal itu. Perbuatan suami sangat
meluluhlantakkan setiap sendi kehidupan saya.
Saya terpojok
karena gosip ini menyebar ke seluruh kompleks perumahan. Belum lagi ibu-ibu
usil membicarakan, menyalahkan, bahkan sampai ada yang memusuhi saya. Tekanan
masyarakat sekitar tertuju kepada saya karena saya dianggap tidak becus
mengurus suami sampai harus pergi ke pelukan pembantu.
Saya tertekan
karena selama ini saya korbankan semua hidup saya, kesempatan untuk berkarier,
sampai kesempatan bersekolah ke luar negeri demi keutuhan rumah tangga dan
keberhasilan suami dan anak-anak. Saya merasa ditikam dari belakang.
Suami minta maaf
dan memohon saya untuk tidak meninggalkan dia karena pertimbangan anak.
Akhirnya saya mau bertahan walaupun hari-hari dipenuhi dengan ke-bete-an yang
entah kapan berakhir. Bayang-bayang perselingkuhan itu selalu tergambar dalam
benak saya.
Dua tahun ini saya
berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan lagi. Tetapi, apa yang terjadi, minggu
lalu saya menemukan SMS di HP suami dengan mantan teman tapi mesranya. Saya
marah dan merasa dikhianati karena seharusnya sudah tidak ada kebohongan di
antara kami. Saya berpikir hubungan ini harus diakhiri dengan perceraian karena
saya sudah tidak percaya kepada suami dan saya tidak melihat dia berniat untuk
berubah. Tetapi, bagaimana dengan anak-anak kami? Saya tidak ingin anak-anak
bernasib seperti ayahnya (anak korban perceraian).”
Meneliti
kehidupan perkawinan
Perasaan N mungkin
dialami oleh orang lain yang pasangannya berselingkuh. Marah dan terkejut,
belum sembuh dari luka yang lama, dan mendapati pasangan ternyata masih
menjalin hubungan dengan orang lain.
Untuk dapat
mengambil keputusan yang terbaik di antara berbagai pilihan yang tidak ideal,
kita perlu meneliti kehidupan perkawinan dan relasi dengan pasangan. Sisi apa
dari pasangan yang dulu menarik atau membuat jatuh hati? Apakah sisi-sisi itu
merefleksikan tanggung jawab dan kematangan ataukah justru kekurangmampuan
bertanggung jawab? Misal: genit, tebar pesona; menarik tetapi sangat tergantung
dan rapuh; atau sebaliknya, memaksakan kepentingan sendiri dan egois?
Bagaimana N
melihat tanggung jawab suami saat ini sebagai suami dan ayah, selain
perselingkuhannya? Apakah ia bertanggung jawab dan jujur soal nafkah, bersedia
berbagi peran mendidik anak? Bagaimana karakteristik pribadi N dan suami, dan
bagaimana gambaran relasi yang ada? Apakah N selalu berkorban dan mengalah,
sementara suami justru mempersepsi N mendominasi dan kurang menghargai? Apakah
suami sungguh menyesal atau hanya di mulut saja?
Terlepas dari
karakteristik pribadi pembantu, kita perlu menyadari posisi pembantu yang tidak
memiliki posisi tawar dan sangat rentan: mudah mengalami eksploitasi seksual
(mungkin dari majikan pria) dan jadi kambing hitam. Sudah jadi korban masih
dipersalahkan (mungkin oleh majikan perempuan ataupun majikan laki-laki).
Mengapa suami
sampai berhubungan dengan pembantu? Apakah merefleksikan karakteristik pribadi
suami yang sangat lemah (misal: merasa diri kecil dan tak berharga karena
mempersepsi istri sangat dominan), atau ketidakmampuan mengendalikan dorongan
seksual dan egoisme sebagai laki-laki? (memang terobsesi mencari kesenangan
seksual, mengobyekkan dan tidak menghormati perempuan, tidak peduli norma serta
tanggung jawab).
Menata
masa depan
Memprihatinkan
bahwa kegagalan rumah tangga cukup sering dipersalahkan kepada pihak perempuan
atau istri, termasuk ketika suami melakukan tindakan tidak pantas terhadap
(dengan) pembantu. Tetapi kita juga perlu merefleksi, apakah memang benar
orang-orang lain menyalahkan dan memusuhi ataukah itu perasaan kita sendiri
yang sangat malu dengan kejadian yang dianggap aib sehingga jadi sensitif dan
mudah curiga?
Mungkin teman dan
tetangga mendengar kasus itu, sangat terkejut dan bingung harus bereaksi
bagaimana karena takut menambah persoalan. Sementara itu kita sendiri minder
dan bingung sehingga hubungan yang sebelumnya akrab berubah kaku bahkan tak
berlanjut.
Setelah meneliti
diri sendiri, pasangan, relasi dengan pasangan, serta semua pihak terkait
(kepentingan anak dan lainnya), kita lebih mengerti dan dapat mengambil
keputusan. Seyogianya kita melanjutkan hubungan karena menganggap ada cukup
banyak hal baik yang masih dapat dipertahankan dan terus dikembangkan. Terlalu
cepat memutuskan berpisah belum tentu merupakan solusi yang baik, tetapi
mempertahankan perkawinan yang terlalu buruk juga belum tentu positif bagi
kepentingan anak.
Bagaimana anak
dapat belajar dengan tenang, mengembangkan rasa bangga dan aman dalam keluarga,
jika relasi ayah-ibu tidak memberikan contoh pembelajaran yang baik? Keputusan
harus diambil dengan kepala dingin setelah mempertimbangkan berbagai hal
penting terkait, jika perlu dengan melibatkan pihak yang dianggap bijaksana dan
dapat memfasilitasi kita menemukan solusi yang tepat.
Perselingkuhan
menghancurkan berbagai hal indah yang pernah dibangun bersama. Semua pihak
perlu bersabar dan memberi waktu bagi diri dan pasangannya untuk dapat
menyatukan kembali keping-keping yang pecah. Suatu hal sulit, tetapi masih
mungkin dilakukan apabila ada ketulusan dan niat baik dari semua.
7.
Penutup
Kita sudah melihat
soal selingkuh dari aspek laki-laki. Ada beberapa hal yang mendorong kaum pria
untuk berselingkuh. Dorongan terbesar adalah soal seks. Hal ini dapat dipahami
karena memang pria lebih berorientasi pada seks. Namun perlu juga disadari
bahwa selingkuhnya kaum pria hanya sebatas seks, tidak melangkah lebih dalam.
Tidak ada cinta dalam perselingkuhan yang dibangun oleh pria.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua pria ternyata menyukai selingkuh. Ada
yang menginginkan kesetiaan. Selingkuh menunjukkan adanya sikap egois dalam
hidup. Karena itu, untuk menghindari terjadinya perselingkuhan, langkah awal
yang harus dilakukan adalah menghilangkan sikap egois tersebut.
Perselingkuhan
dapat membawa kehancuran bagi kepercayaan pasangan dan keluarga serta
kehancuran bagi keluarga itu sendiri. Karena perselingkuhan selalu berujung
pada perceraian. Keindahan dan kebahagian yang pernah dibangun seakan musnah
tak berguna.
Sikap
yang harus dibentuk dalam diri kita bila mengetahui pasangan kita selingkuh
adalah memaafkan atau mengampuni. Sikap ini dengan sangat baik dicontohi oleh
nabi Hosea. Sekalipun istrinya sering berselingkuh, Hosea tetap kembali
merangkul istrinya dan memaafkannya. Memang untuk membangun sikap memaafkan
membutuhkan kekuatan yang sangat luar biasa besar. Memaafkan itu merupakan ciri
ilahi, bukan manusiawi. Karena itulah, agar bisa memaafkan, kita perlu minta
bantuan kekuatan dari Tuhan.
Minggu depan kita
akan membahas masalah selingkuh ini dari sisi kaum wanita.
Editor: adrian
Sumber bacaan:
1.
Tenni Purwanti, “Tiga dari Dua Pria Eksekutif
Selingkuh!” dalam http://female.kompas.com/read/2011/07/28/13274447
2.
Felicitas Harmandini, “Mengapa Pria
Selingkuh Meski Cinta Pasangannya?” dalam http://female.kompas.com/read/2012/01/10/08525883
3.
Wardah Fazriyati, “Buat Pria, Selingkuh
Tak Berarti Cinta.” dalam http://female.kompas.com/read/2011/02/22/13280021/Buat.Pria.Selingkuh.Tak.Berarti.Cinta
4.
Felicitas Harmandini , “Pria Sulit
Memaafkan Istri yang Selingkuh”, dalam http://female.kompas.com/read/2010/06/08/18440856/Pria.Sulit.Memaafkan.Istri.yang.Selingkuh
5.
Wardah Fazriyati, “Lima Langkah Pemulihan
Diri Paska Perselingkuhan”, dalam http://female.kompas.com/read/2010/08/06/16231354/5.Langkah.Pemulihan.Diri.Paska.Perselingkuhan
6.
Kristi Poerwandari, “Menata Hubungan
Setelah Selingkuh“, dalam http://female.kompas.com/read/2010/02/28/02561750/Menata.Hubungan.Setelah.Selingkuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar