SANTO YOHANES, RASUL & PENGARANG INJIL
Santo Yohanes Rasul, anak Zebedeus (Mrk 1: 19 dst) berasal
dari Betsaida, sebuah dusun nelayan di pantai tasik Genesareth. Ia sendiri
seorang nelayan Galilea. Ayahnya, Zebedeus, seorang nelayan yang tergolong berkecukupan.
Ibunya Salome tergolong wanita pelayan dan pengiring setia Yesus, bahkan
sampai ke bukit Kalvari dan kubur Yesus.
Bersama dengan saudaranya, Yakobus dan Petrus, Yohanes termasuk kelompok rasul
inti dalam bilangan keduabelasan; ia bahkan disebut sebagai murid kesayangan
Yesus (Yoh 21: 20). Mereka bertiga (Yohanes, Yakobus dan Petrus) adalah saksi
peristiwa pembangkitan puteri Yairus (Mrk 5: 37 dst); saksi peristiwa perubahan
rupa Yesus di gunung Tabor (Mrk 9: 2 dst) dan saksi peristiwa sakratul maut dan
doa Yesus di taman Getsemani (Mrk 14: 33). Bersama Andreas, Yohanes adalah
murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1: 40). Yohanes pembaptis-lah yang menyruh mereka
berdua pergi kepada Yesus dan bertanya: “Rabbi, di manakah Engkau tinggal?”
(Yoh 1: 36 – 39).
Putera-putera Zebedeus itu terbilang kasar. Oleh karena itu,
mereka dijuluki ‘putera-putera guntur’. Bersama Yakobus, kakaknya, Yohanes
meminta kepada Yesus dengan perantaraan ibunya, agar mereka boleh duduk di sisi
kanan kiri Yesus di dalam kerajaan-Nya nanti. Keduanya pun berani berjanji akan
meminum piala sengasara untuk memperoleh hal yang dipintanya itu; tetapi Yesus
menjawab bahwa hal itu adalah urusan Bapa-Nya di surga (Mrk 10: 35 – 41).
Nama Yohanes tidak disebutkan di dalam Injil IV. Hanya di dalam
bab 21, yang secara umum dianggap sebagai tambahan dari waktu kemudian,
ditemukan ungkapan “para putera Zebedeus.” Demikian pula ungkapan yang
mengatakan “murid yang dicintai Yesus” (ay. 20) baru muncul pada bab 13. Di
dalam jemaat purba, Yohanes menempati satu kedudukan sebagai pemimpin (Kis 3 –
8). Paulus menjuluki dia sebagai “tiang agung/sokoguru Gereja” (Gal 2: 9). Di
dalam daftar keduabelasan rasul, kedudukannya langsung berada di belakang
Petrus. Di dalam tradisi yang lebih muda, ia dikenal sebagai penulis Kitab
Wahyu dan Surat-surat pertama sampai ketiga Yohanes. Menurut Wahyu 1: 9 ia
tinggal di pulau Patmos. Ireneus menulis bahwa Yohanes tinggal dan wafat di
Efesus.
Yohanes adalah murid Yesus yang paling setia, bahkan berani
mengikuti Yesus sampai ke gunung Kalvari dan mendampingi Bunda Maria sampai di
bawah kaki salib Yesus. di bawah kaki salib itulah ia diserahi tugas oleh Yesus
menjadi pengawal Bunda Maria (Yoh 19: 27). Sejak pentekosta ia bekerja bersama
dengan Petrus, baik di Yerusalem maupun di Samaria untuk mencurahkan Roh Kudus
kepada orang-orang yang baru dipermandikan.
Kira-kira pada tahun 60 ia pergi ke Asia Kecil dan menjadi
Maha Uskup di kota Efese. Dalam Kitab Wahyu diterangkannya bahwa ia dibuang ke
pulau Patmos karena agama dan ajarannya. Sepulangnya ke Efese ia mengarang
Injilnya. Dari buah karangannya kita dapat mengatakan bahwa Yohanes adalah
seorang teolog yang karangan-karangannya berisi refleksi dan ajaran teologis
yang mendalam tentang Yesus dan karya perutusan-Nya.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, kotbah Yohanes hanyalah
berupa wejangan-wejangan singkat yang sama saja: “Anak-anakku, cobalah kamu
saling mencintai.” Atas pertanyaan orang-orang serani, mengapa ajarannya selalu
yang sama saja, ia menjawab, “Sebab itulah perintah Tuhan yang utama dan
jikalau kamu melakukannya, sudah cukuplah yang kamu perbuat.” Santo Yohanes
adalah Rasul terakhir yang meninggal dunia, kira-kira pada tahun 100 pada masa
pemerintahan Kaisar Trayanus
sumber: Iman Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar