SANTO DIDAKUS, PENGAKU IMAN
Santo Didakus – yang disebut juga Diego/Santiago/Takobus –
lahir pada tahun 1400, dari sebuah keluarga Spanyol yang sederhana. Semasa mudanya
ia tinggal di sebuah tempat sunyi sebagai petapa. Rezeki hariannya diperoleh
dengan mengayam tikar. Namun ia sadar bahwa tanpa bimbingan tidak mungkin ia
dapat mencapai kesempurnaan hidup kristiani. Karena itu ia masuk tarekat
Saudara-saudara Dina Fransiskan sebagai bruder di biara Arrizafa.
Ia tidak mau menjadi imam meskipun terus menerus ditawarkan
jabatan klerus itu kepadanya, sehingga sampai saat kematiannya ia tetap seorang
bruder. Bruder Didakus rajin dan saksama dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Di sela-sela
kesibukannya, ia tetap menyiapkan waktu untuk berdoa. Ia berharap bahwa
pekerjaan-pekerjaannya itu berkenan di hati Tuhan. Pengetahuannya tentang
soal-soal rohani yang didapatnya dengan berdoa dan bermeditasi sangat dalam
sehingga para ahli teologi pun datang kepadanya untuk meminta pendapatnya
mengenai soal-soal yang sulit. Perhatiannya terhadap para pengemis dan orang
sakit mengagumkan. Didakus pernah bekerja selama beberapa tahun di kepulauan
Kanari. Ia meninggal dunia pada tahun 1463 di Alkala, Spanyol. Konon menjelang
ajalnya, ia berulang-ulang mengucapkan ayat-ayat “Dulce Lignum” dari perayaan
hari Jumat Suci: “Kayu lezat, paku nikmat, sedap pula bebannya.”
sumber: Iman Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar