Selasa, 21 Oktober 2014

(Refleksi) Tobat dan Kendali Hawa Nafsu

MATIKANLAH HAWA NAFSUMU
Pengantar

Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Dalam kehidupan Gereja, wawancara batin adalah suatu gejala mistik. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan karunia dalam wujud pesan yang disampaikan Allah kepada kita supaya dilaksanakan dengan bantuan-Nya.

Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.

Wawancara batin antara Bunda Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1981, namun nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Pesan Bunda Maria ini, secara khusus ditujukan kepada para imam, akan tetapi peruntukkannya bisa juga untuk umat katolik dan umat manusia pada umumnya. Jadi, dalam pesan Bunda Maria yang disampaikan masa lalu, terdapat butir-butir pencerahan untuk masa sekarang.

Semuanya tergantung sejauh mana kita mencerap dan menerimanya.

Bunda Maria Berpesan
“Putra-putraku terkasih, terimalah undangan pertobatan yang ditawarkan Gereja kepadamu, khususnya pada masa prapaskah ini. Pada masa ini Bunda surgawimu meminta agar kamu mengupayakan karya-karya sesal dan pertobatan. Doa-doamu hendaklah selalu disertai matiraga batin yang penuh buah.

Matikanlah hawa nafsumu, sehingga kamu dapat menguasai dirimu dan mengendalikan nafsu-nafsumu yang tidak teratur. Hendaklah matamu sungguh menjadi cermin jiwamu; bukalah matamu untuk menerima dan memberikan terang keutamaan serta rahmat, dan tutuplah terhadap setiap kejahatan serta pengaruh jahat.

Hendaklah lidahmu bebas untuk menyuarakan kata-kata kebaikan, kata-kata kasih dan kebenaran, dan karena itu hendaklah kamu merangkul setiap kata dalam keheningan yang khusyuk di sekitarmu.

Hendaklah pikiranmu terbuka hanya untuk gagasan-gagasan damai dan kerahiman, pengetahuan dan keselamatan, dan jangan pernah dinodai oleh penghakiman serta kritik, apalagi oleh kebencian dan penghukuman.

Hendaklah hatimu tertutup rapat terhadap setiap kelekatan yang tak teratur kepada diri sendiri, kepada makhluk ciptaan, dan kepada dunia tempat kamu hidup; dengan demikian hatimu akan terbuka hanya kepada kepenuhan kasih akan Allah dan kasih akan sesama.

Belum pernah seperti saat sekarang ini begitu banyak putraku yang telah jatuh sangat membutuhkan kasihmu yang murni dan adikodrati, untuk diselamatkan. Dalam Hatiku yang Tak Bernoda, aku akan membentuk kamu sehingga kamu memiliki kasih yang murni. Inilah penyesalan yang aku minta darimu; inilah matiraga yang harus kamu laksanakan guna mempersiapkan dirimu untuk tugas yang menantikan kamu; hindarilah jerat-jerat berbahaya yang dipasang musuhku bagimu.

Dalam kemurnian, keheningan dan kepercayaan, setiap hari ikutilah Bunda surgawimu, yang menuntun kamu di jalan yang sama yang pernah dilalui Yesus yang tersalib. Itulah jalan penyangkalan diri dan kepatuhan penuh, jalan penderitaan dan pengorbanan. Itulah jalan ke Kalvari yang harus juga kamu tapaki sambil memanggul salibmu setiap hari dan mengikuti Yesus menuju kesempurnaan Paskah. Dengan demikian kamu juga akan beroleh bantuan berkat kekuatan pengantaraanku yang mujarab; dengan ini aku mampu membuka gerbang emas Hati Puteraku dan mencurahkan kepenuhan kerahiman-Nya.”
25 Maret 1981
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 493 – 495)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar