BUNDA YANG BERDUKACITA
Pengantar
Pesan Bunda Maria ini
diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria.
Wawancara batin adalah suatu gejala mistik yang ada dalam kehidupan Gereja. Ia
bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar
dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa
disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan anugerah dalam bentuk pesan yang
disampaikan Allah kepada kita supaya dilaksanakan dengan bantuan-Nya.
Dalam wawancara batin di
sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya,
ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak
mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur
pesan.
Wawancara batin antara Bunda
Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan
yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1981,
namun nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Pesan Bunda Maria ini,
secara khusus ditujukan kepada para imam, akan tetapi peruntukkannya bisa juga
untuk umat katolik dan umat manusia pada umumnya. Jadi, dalam pesan Bunda Maria
yang disampaikan masa lalu, terdapat butir-butir pencerahan untuk masa
sekarang.
Semuanya tergantung sejauh
mana keterbukaan mata hati kita membacanya.
Bunda Maria
Berpesan
"Aku ini Bundamu yang
berdukacita. Milikkulah semua dukacitamu. Juga bagimu, pada masa ini
penderitaan dan penindasan semakin bertambah. Sebab kamu hidup di masa hati
manusia telah menjadi beku, tertutup oleh egoisme yang picik.
Umat manusia terus bergegas
di jalan penolakan keras kepala terhadap Allah, kendati segala nasehat
keibuanku dan tanda-tandaku terus dilimpahkan oleh Kerahiman Tuhan. Demikianlah
wabah dosa, kebencian dan kekerasan semakin merajalela. Dan kurban yang paling
rentan adalah anak-anakku, yang tidak punya pembela dan mereka yang tidak
memiliki perlindungan.
Saat ini betapa banyak orang
miskin, yang tidak punya apa-apa, dan yang hidup dalam keadaan yang
memprihatinkan dan tidak manusiawi, tanpa pekerjaan yang tetap, tanpa sarana
hidup yang layak. Dan betapa banyak orang yang menyimpang jauh dari Allah serta
Hukum Kasih-Nya, yang direngut oleh pasukan tangguh orang-orang yang
mengajarkan ateisme.
Umat manusia hidup di padang
gurun, yang tandus dan dingin; belum pernah seperti sekarang mereka begitu
terancam. Penderitaan umat manusia terangkum di dalam Hatiku yang Tak Bernoda.
Saat ini, lebih dari kapan pun, aku adalah Bunda yang berdukacita, dan air mata
berjatuhan dari mataku yang rahim. Dengarkanlah Ibumu dan jangan menjauh dari
kasih Bundamu yang berdukacita, yang ingin menuntun kamu semua kepada
keselamatan.
Putra-putraku terkasih, pada
saat ini kamu harus menjadi tanda dukacitaku yang mendalam. Di dalam hatimu,
bersamaku tanggunglah penderitaan dunia dan Gereja, yang sedang menghadapi
sakratulmaut dan sengsaranya yang menyelamatkan. Kiranya hanya dari penderitaan
kita inilah suatu era damai yang baru akan bersemi bagi semua orang.”
Ponta Grossa, 15 September
1981
diedit dari: Marian
Centre Indonesia, Kepada Para Imam:
Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 511 – 512)
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar