Renungan Hari Senin
Biasa XXV, Thn A/II
Bac I Ams 3: 27 – 34; Injil Luk 8: 16 – 18;
Sabda Tuhan hari ini mau mengajarkan kita untuk senantiasa
berbuat baik kepada sesama dan menghindari hal jahat. Dalam bacaan pertama yang
diambil dari Kitab Amsal, dengan tegas penulis mengajak pembacanya untuk tidak
menunda perbuatan baik yang dapat dilakukan. Bagi penulis, kebaikan yang ada
pada kita merupakan hak bagi orang lain. Artinya, kebaikan kita itu musti
diberikan kepada mereka yang berhak mendapatkannya. Di sini penulis Kitab Amsal
hendak menegaskan bahwa kita menjadi berarti ketika kita bermakna bagi orang
lain.
Nasehat Kitab Amsal kembali diulangi Yesus dalam Injil hari
ini. Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menggunakan perbandingan, yaitu soal
pelita. Semua orang tentu tahu apa itu pelita dan apa fungsinya. Karena itu,
akan terasa aneh jika pelita yang dinyalakan disembunyikan di bawah tempat
tidur atau di dalam tempayan. Tindakan itu akan menghilangkan fungsi pelita
itu. Di sini Tuhan Yesus menyamakan pelita dengan kebaikan yang ada pada setiap
orang. Dengan perbandingan ini, Yesus mau mengajak pendengar-Nya untuk
senantiasa membagikan kebaikan yang ada padanya kepada orang lain. Kebaikan itu
bersifat sosial.
Manusia, selain dikenal sebagai makhluk individu, adalah juga
makhluk sosial. Kesosialan itu melekat dengan seluruh hidup dan pribadinya. Karena
itu, apa yang melekat dengan diri manusia memiliki dimensi sosial. Salah satunya
adalah kebaikan. Tentulah setiap kita mempunyai kebaikan, karena pada dasarnya
manusia itu adalah baik. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita selalu
membagikan kebaikan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkannya. Tuhan
tidak mau kita bertindak egois, menikmati sendiri kebaikan itu.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar