SANTO STEFANUS, RAJA HUNGARIA
Stefanus lahir pada tahun 969. Ketika itu agama Kristen baru
mulai menanamkan pengaruhnya di Hungaria. Ayahnya, Raja Hungaria, dan ibunya
sendiri belum menjadi Kristen. Pada umur 10 tahun, Stefanus baru dipermandikan
bersama kedua orang tuanya. Ketika ayahnya meninggal dunia, ia menggantikannya
sebagai Raja Hungaria. Stefanus yang masih muda ini – didukung oleh
permaisurinya Santa Gisela – ternyata tampil sangat bijaksana dan tegas dalam
memimpin rakyatnya. Ia disenangi rakyatnya karena selalu memperhatikan
kepentingan mereka. Setelah kedudukan dan kuasanya tidak lagi dirongrong oleh
para lawannya, ia mulai memusatkan perhatian pada kemajuan Gereja dan pewartaan
Injil di seluruh wilayah kerajaan. Upacara-upacara kekafiran perlahan-lahan
diganti upacara-upacara iman kristiani. Hari Minggu diumumkan sebagai hari yang
khusus untuk Tuhan. Orang tidak boleh bekerja.
Untuk mendukung usahanya itu, ia berusaha mendirikan banyak
gereja dan biara yang kelak menjadi pusat kebudayaan Hungaria. Ia mengutus
beberapa pembantu dekatnya kepada Paus Silvester II (999 – 1003) untuk meminta
tenaga-tenaga imam dan memohon agar kiranya Paus mengurapinya menjadi Raja
Hungaria. Paus dengan senang hati mengabulkan dua permohonan itu.
Pembentukan Kerajaan Hungaria sebagai suatu Kerajaan Kristen
yang berdaulat dan merdeka merupakan jasa terbesar dari Stefanus. Seluruh
negeri dipersembahkan kepada perlindungan Santa Perawan Maria. Stefanus sendiri
terus memohon kepada Tuhan umur yang panjang dan jangan dulu mati sebelum
seluruh negerinya dikristenkan. Penghormatannya kepada Santa Perawan Maria
diabadikan dengan mendirikan sebuah gereja yang luas dan indah, Gereja Santa
Perawan Maria.
Puteranya, Santo Emerikus, dididiknya dengan sungguh-sungguh
mengikuti tata cara kristiani karena ia berharap bahwa kelak ia dapat
menggantikannya sebagai raja. Namun sayang, maut terlalu cepat datang menjemput
dia. Emerikus mati dalam suatu kecelakaan tak terduga ketika sedang berburu.
Kematian Emerikus menimbulkan penderitaan batin yang luar biasa bagi Stefanus.
Hilanglah segala harapannya. Di antara kaum kerabatnya timbullah percekcokan
tentang siapa yang pantas menggantikannya kelak bila dia meninggal. Sehubungan
dengan itu, Stefanus mendesak para pembantunya agar mereka tetap adil dan jujur
serta taat kepada undang-undang kerajaan dan kepada Paus di Roma. Raja yang
suci ini meninggal dunia pada tanggal 15 Agustus 1038. Bersama puteranya,
Emerikus, Stefanus dihormati Gereja sebagai orang kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar