KETIKA HOSTI MENJADI DAGING
Setiap hari Minggu, umat Katolik senantiasa melakukan apa yang pernah
diminta Tuhan Yesus dengan mengadakan perayaan ekaristi. "Lakukanlah ini
sebagai kenangan akan Aku." demikian pinta-Nya. Dan hosti yang dibagikan
itu adalah benar-benar tubuh Kristus. Sebelum ekaristi hosti itu memang
hanyalah sebuah roti tak beragi. Namun, setelah diberkati imam dalam Doa Syukur
Agung, tepatnya saat konsekrasi, hosti itu menjadi tubuh Kristus. Hanya
mata iman yang bisa melihatnya. Persis syair lagu Allah yang Tersamar
(Puji Syukur 557): "Allah yang tersamar, Dikau kusembah// Sungguh
tersembunyi, roti wujudnya//..."
Berikut ini akan dikisahkan beberapa kisah mukjizat ekaristi. Kami
tidak tahu apakah ini dapat menghapus keraguan banyak orang. Bukan maksud kami
untuk membuat Anda percaya. Karena soal percaya atau tidak adalah hak Anda.
Kami hanya mau berbagi cerita. Berkaitan dengan percaya atau tidak, kami
mengikuti apa yang pernah dikatakan Yesus, "Berbahagialah mereka yang
tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20: 29).
SANTAREM, tahun 1247
Seorang wanita yang suaminya
tidak setia, meminta nasehat dari seorang wanita tenung. Wanita sihir itu
berjanji akan mengubah perilaku suaminya jika si wanita membawakan baginya
sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Ia juga menasehati si wanita untuk
berpura-pura sakit agar dapat menerima Komuni Kudus dalam minggu itu dan segera
memberikan Hosti kepadanya. Si wanita tahu bahwa hal itu dosa. Ia pergi
menerima Komuni, tetapi tidak menyantap Tubuh Kristus.
Ia meninggalkan Misa dan dalam perjalanan menuju tempat wanita tenung, Hosti mulai mengeluarkan darah. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut menyangka bahwa ia mengalami pendarahan. Rasa takut menguasai dirinya dan ia pulang ke rumah, menempatkan Hosti dalam sebuah peti, membungkusnya dengan saputangan, lalu menutupinya dengan linen yang bersih.
Ia meninggalkan Misa dan dalam perjalanan menuju tempat wanita tenung, Hosti mulai mengeluarkan darah. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut menyangka bahwa ia mengalami pendarahan. Rasa takut menguasai dirinya dan ia pulang ke rumah, menempatkan Hosti dalam sebuah peti, membungkusnya dengan saputangan, lalu menutupinya dengan linen yang bersih.
Tengah malam, ia dan
suaminya terbangun oleh suatu sinar cemerlang yang berasal dari peti, yang
menjadikan ruangan mereka terang-benderang. Para malaikat telah membuka peti
dan membebaskan Tuhan. Wanita itu menceritakan kepada suaminya apa yang telah
terjadi dan bahwa dalam peti terdapat sekeping Hosti yang telah
dikonsekrasikan. Berdua mereka melewatkan sepanjang malam dengan berlutut dalam
sembah sujud. Seorang imam dipanggil. Imam membawa Hosti Kudus kembali ke
gereja dan menyegelnya dalam sebuah segel lilin.
Sembilan belas tahun
kemudian, seorang imam membuka tabernakel dan memperhatikan bahwa segel telah
terbuka sementara Hosti tersimpan dalam sebuah piksis kristal. Mukjizat ini,
750 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1997, diperingati dengan berbagai perayaan
meriah di Santarem.
Kita mungkin bertanya
mengapa Tuhan mengadakan mukizat-mukjizat ini bagi kita. Mungkin untuk
menyatakan betapa Ia sungguh hadir dalam Ekaristi dan betapa Ia sungguh
mengasihi kita. Ia menghendaki agar kita semua, termasuk juga domba-domba yang
hilang, bergabung kembali dalam kawanan. Ia mengasihi kita, bagaimana pun
berdosanya kita. Ia adalah Allah Kasih dan Belas Kasihan. Dan Ia menghendaki
agar kita membagikan Kasih dan Belas Kasihan itu kepada sesama.
ORVIETO dan BOLSENA, tahun 1263
Mukjizat ini terjadi pada
masa suatu ajaran sesat yang disebut Berengarianisme merajalela di Eropa.
Bidaah ini menyangkal Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Pada tahun 1263,
seorang imam bernama Petrus dari Prague sedang dalam perjalanan ziarah ke Roma
untuk berdoa di makam pelindungnya, St Petrus, sebab ia menghadapi masalah yang
amat serius. Ia merasakan kebimbangan yang besar mengenai Kehadiran Nyata Yesus
dalam Ekaristi Kudus. Ia berdoa agar santo pelindungnya memohonkan rahmat
baginya guna menyelamatkan imannya yang goyah. Dalam perjalanan, ia singgah
untuk bermalam di suatu kota kecil bernama Bolsena, sekitar 70 mil sebelah
utara Roma.
Keesokan harinya, Pastor
Petrus merayakan Misa Kudus di Gereja St Kristina. Sementara ia mengucapkan
kata-kata konsekrasi, “Inilah TubuhKu,” roti di tangannya berubah rupa menjadi
Daging dan mulai mencucurkan darah dengan derasnya. Darah jatuh menetes ke
korporal. Pastor Petrus amat terperanjat; ia tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya. Maka, ia membungkus Hosti Kudus dalam Korporal lalu pergi
meninggalkan altar. Sementara ia berjalan pergi, tetesan-tetesan Darah jatuh ke
atas lantai pualam di altar.
Paus Urbanus IV sedang
berada di kota Orvieto, yang tak jauh dari sana. Pastor Petrus segera menemui
paus guna menceritakan apa yang telah terjadi. Paus segera mengutus seorang
uskup ke Gereja St Kristina guna menyelidiki peristiwa tersebut dan mengambil
Korporal.
Segera sesudah paus menerima
Korporal dari Uskup, ia pergi ke balkon Istana Kepausan dan dengan hormat
mempertontonkan mukjizat Korporal kepada orang banyak. Bapa Suci menyatakan bahwa
mukjizat Ekaristi telah terjadi guna mengusir bidaah Berengarianisme. Pada saat
yang sama, seorang pengikut St. Yuliana dari Liege menghubungi paus untuk
sekali lagi memohon demi ditetapkannya Hari Raya Corpus Christi. Setahun
kemudian, pada tahun 1264, Paus Urbanus IV memaklumkan Hari Raya agung ini
kepada seluruh Gereja. (Mukjizat Korporal disimpan hingga kini di Katedral
Orvieto. Lantai pualam bernoda Darah disimpan di Gereja St Kristina di
Bolsena).
Jakarta, 6 Mei 2014
by: adrian, dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar