Suster-suster ursulin dari valenciennes, martir
Pada tahun-tahun awal Revolusi Perancis, suster-suster
Ursulin di biara Valenciennes, Perancis, diancam dengan berbagai macam hukuman.
Tercatat sebelas orang suster di biara itu. Karena situasi semakin gawat mereka
mengungsi ke Mons, Belgia, untuk mencari perlindungan di sana. Pada tahun 1793
mereka kembali lagi ke Valenciennes ketika orang-orang Austria menjarahi biara
mereka. Di sanalah mereka ditangkap oleh tentara-tentara Perancis dan
dipenjarakan pada bulan September 1794.
Pada tanggal 22 Oktober tahun itu sebelas suster Ursulin itu
termasuk pimpinannya, Ibu Pailot, dipaksa bersumpah taat pada Undang-undang
Revolusi dan dipaksa menyangkali ajaran iman katolik. Tetapi suster-suster itu
dengan tegas menolak mengangkat sumpah yang bertentangan dengan hati nurani
mereka. Mereka juga dengan tegas menolak menghilangkan ciri kekristenan dalam
dunia pendidikan terutama pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, mereka diadili
dan dijatuhi hukuman mati. Pada hari pelaksanaan hukuman mati itu, mereka maju
ke tempat pembantaian yang sudah disediakan sambil memadahkan lagu “Magnificat” dan “Te
Deum”. Mereka dibunuh oleh kaki tangan pemerintah yang anti Gereja di
Valenciennes, Perancis.
Pada tahun 1920, Paus Benediktus XV (1914 – 1922) menggelari
kesebelas suster itu sebagai ‘beata’ dengan julukan bersama “Sebelas Martir
Ursulin.”
sumber: Orang
Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar