Santo Maximillian Kolbe, martir
Maximillian Kolbe lahir di Zdunska-Wola, dekat Lodz Polandia,
pada tanggal 7 Januari 1894. Ia kemudian dipermandikan dengan nama Raymond. Setelah
dewasa, ia masuk biara Fransiskan dan mengambil nama Maximillianus. Kaul kebiaraannya
yang pertama diucapkannya pada tahun 1911. Sebagai seorang biarawan Fransiskan,
Maximillian dikenal sebagai seorang yang saleh. Pada tahun 1917, ia mendirikan
Militia Maria Immaculata di Roma untuk memajukan kebaktian kepada Bunda Maria
yang dikandung tanpa noda. Pada tahun 1918, Maximillian ditahbiskan menjadi
imam dan kemudian kembali ke Polandia untuk berkarya di sana. Di Polandia, ia
menyebarkan berbagai tulisan tentang Bunda Maria dalam bulletin ‘Militia Maria
Immaculata’. Selain itu ia mendirikan biara di Niepokalanov pada tahun 1927 untuk
member tempat bagi 800 biarawan. Biara yang sama didirkannya di Jepang dan
India. Di kemudian hari, ia menjadi superiornya sendiri. Itulah sekilas
kebesaran dan karya Maximillian.
Tuhan mencobai Maximillian yang saleh dan setia ini melebihi
orang-orang lain. Kiranya benar juga bahwa semakin kuat dan besar iman
seseorang, semakin berat juga cobaan yang harus dialami, demi memurnikan
imannya dan mempertinggi kesuciannya. Pada tahun 1939 Gestapo Jerman yang keji
itu memasuki wilayah Polandia. Dictator Jerman itu yakin bahwa untuk mematahkan
semangat orang Polandia perlulah menahan, memenjarakan dan membunuh para
pemimpinnya, baik pimpinan politik maupun pimpinan keagamaan dan para ahlinya. Lebih-lebih
jajaran pers Polandia harus dihancurkan.
Maximillian Kolbe dikenal sebagai seorang penulis dan editor
majalah. Maka ia ditangkap oleh Gestapo dan diasingkan ke Lamsdorf, Jerman, dan
dimasukkan ke dalam Kamp Konsentrasi Amstitz. Pernah ia dilepaskan, tetapi
kemudian ditangkap lagi pada tahun 1941, dan dipenjarakan di Pawiak, lalu
dipindahkan ke Kamp Konsentrasi Auscwitz. Di kam konsentrasi ini, Maximillian
dengan diam-diam menjalankan tugasnya sebagai imam bagi para tahanan yang ada
di sana. Dengan kondisi tubuh yang kurus kering, Maximillian turut serta dalam
kerja paksa. Penyakit TBC yang dideritanya semakin menjadi parah karena kerja
paksa itu.
Pada suatu hari seorang sersan bernama Gajowniczek dijatuhi
hukuman mati. Karena sangat takut, ia berteriak-teriak menyebut anak-anaknya
dan isterinya. Mendengar teriakan sersan itu, Maximillian Kolbe maju dengan
tegap untuk meminta menggantikan sersan malang itu. “Daripada sersan yang beranak-isteri ini mati, lebih baiklah saya yang
mati. Karena toh saya tidak beranak-isteri,” kata Maximillian. Bersama dengan
para sandera lainnya, Maximillian tidak diberi makan dan minum. Namun ia bisa bertahan
sebagai korban terakhir dan baru mati setelah disuntik dengan carbolic acid.
sumber: Orang
Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar