Sabtu, 13 April 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (17)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

50. (Hubungan antara Gereja di dunia dan gereja di sorga)
Gereja kaum musafir menyadari sepenuhnya persekutuan dalam Tubuh mistik Kristus itu. Sejak masa pertama agama kristiani Gereja dengan sangat khidmat merayakan kenangan mereka yang telah meninggal.[153] Dan karena “inilah suatu pikiran yang murshid dan saleh: mendoakan mereka yang meninggal supaya dilepaskan dari dosa-dosa mereka” (2Mak 12:46), maka Gereja juga mempersembahkan korban-korban silih bagi mereka. Adapun Gereja selalu percaya bahwa Rasul-Rasul dan para martir Kristus, yang dengan menumpahkan darah memberi kesaksian iman dan cinta kasih yang amat luhur dalam Kristus berhubungan lebih erat dengan kita. Dengan bakti yang istimewa Gereja menghormati mereka bersama dengan Santa Perawan Maria dan para Malaikat kudus,[154] serta dengan khidmat memohon bantuan perantaraan mereka. Pada golongan mereka segera bergabunglah orang-orang lain, yang lebih dari dekat meneladan keperawanan dan kemiskinan Kristus[155]; lalu akhirnya kelompok lain lagi, yang – karena mereka dengan cemerlang mengamalkan keutuamaan-keutamaan kristiani[156] serta menampilkan kurnia-kurnia ilahi – mengundang kaum beriman untuk berbakti dengan takzim dan meneladan mereka.[157]

Sebab sementara merenungkan hidup mereka yang dengan setia mengikuti Kristus, kita mendapat dorongan baru untuk mencari kota yang akan datang (lih. Ibr 13:14 dan 11:10). Sekaligus kita ditunjukkan jalan yang sangat aman, untuk di tengah situasi dunia yang silih berganti sesuai dengan kedudukan dan kondisi masing-masing dan dapat mencapai persatuan yang sempurna dengan Kristus atau kesucian.[158] Dalam hidup mereka yang sama-sama manusia seperti kita, tetapi secara lebih sempurna diubah menjadi serupa dengan citra Kristus (lih. 2Kor 3:18), Allah secara hidup-hidup menampakkan kehadiran serta wajah-Nya. Dalam diri mereka Ia menyapa kita dan menyampaikan kepada kita tanda Kerajaan-Nya.[159] Kita yang mempunyai banyak saksi ibarat awan yang meliputi kita (lih. Ibr 12:1) dan yang menghadapi kesaksian sejelas itu tentang kebenaran Injil, kuat-kuat tertarik kepadanya.

Namun kita merayakan kenangan para penghuni sorga bukan hanya karena teladan mereka, melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Roh diteguhkan dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan (lih. Ef 4:1-6). Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pula untuk keikutsertaan dengan para Kudus menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala mengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri.[160] Jadi memang sungguh sepantasnya bahwa kita mengasihi para sahabat serta sesama ahli waris Yesus Kristus itu serta-merta saudara-saudara dan penderma-penderma kita yang ulung. Sudah selayaknya pula kita bersyukur kepada Allah atas mereka.[161] Sepantasnya juga “kita dengan rendah hati berseru kepada mereka dan mempercayakan diri kepada doa-doa, bantuan serta pertolongan mereka untuk memperoleh kurnia-kurnia Allah dengan perantaraan Putera-Nya Yesus Kristus Tuhan kita, satu-satunya Penebus dan Penyelamat kita”.[162] Sebab segala kesaksian cinta kasih kita yang sejati terhadap para penghuni sorga pada hakekatnya tertujukan kepada Kristus dan bermuara pada Dia, “mahkota semua para Kudus”,[163] serta dengan perantaraan-Nya mencapai Allah, yang mengagumkan dalam para Kudus-Nya dan diagungkan dalam diri mereka.[164]

Akan tetapi terutama dalam Liturgi suci secara paling luhur persatuan kita dengan Gereja di sorga diwujudkan dengan nyata. Di situlah kekuatan Roh Kudus melalui perlambangan sakramen berkarya pada diri kita. Dalam Liturgi kita bersama bergembira merayakan dan memuji keagungan Allah.[165] Kita semua, yang dalam darah Kristus ditebus dari setiap suku dan bahasa dan kaum bangsa (lih. Why 5:9), serta dihimpun ke dalam satu Gereja, dengan satu madah pujian meluhurkan Allah Tritunggal. Jadi sambil merayakan korban Ekaristi kita seerat mungkin digabungkan dengan ibadat Gereja di sorga, sementara kita berada dalam satu persekutuan dan merayakan kenangan terutama S. Maria yang mulia dan tetap Perawan, pun pula S. Josef, para Rasul serta para martir yang suci dan semua para Kudus.[166]

51. (Beberapa pedoman pastoral)
Itulah iman yang layak kita hormati, pusaka para leluhur kita: iman akan persekutuan hidup dengan para saudara yang sudah mulai di sorga atau sesudah meninggal masih mengalami pentahiran. Konsili suci ini penuh khidmat menerima iman itu dan menyajikan lagi ketetapan-ketetapan Konsili-konsili suci Nicea II[167], Florensia[168] dan Trente.[169] Namun sekaligus Konsili dalam keprihatinan pastoralnya mendorong semua pihak yang bersangkutan supaya di sana-sini bila terjadi penyalahgunaan, penyelewengan atau penyimpangan, mereka berusaha menyangkal atau membetulkannya dan membaharui segalanya demi pujian yang lebih penuh kepada Kristus dan Allah. Maka hendaklah mereka mengajarkan kepada Umat beriman bahwa ibadat yang sejati kepada para kudus bukan pertama-tama diwujudkan dalam banyaknya perbuatan lahiriah, melainkan terutama dalam besarnya cinta kasih kita yang disertai tindakan nyata. Demikianlah, supaya kita dan Gereja bertambah sejahtera, kita mencari “teladan melalui pergaulan dengan para Kudus, kebahagiaan yang sama melalui persekutuan dengan mereka dan bantuan melalui pengantaraan mereka”.[170] Di lain pihak hendaklah mereka ajarkan kepada kaum beriman bahwa hubungan kita dengan penghuni sorga itu – asal ditinjau dalam terang iman yang lebih penuh – sama sekali tidak melemahkan ibadat sujud, yang dalam Roh kita persembahkan kepada Allah Bapa melalui Kristus, melainkan justru memperkaya secara limpah.[171]

Sebab kita semua anak-anak Allah dan merupakan satu keluarga dalam Kristus (lih. Ibr 3:6). Sementara kita saling mencintai dan serentak memuji Tritunggal Mahakudus dan dengan demikian berhubungan seorang dengan yang lain, kita memenuhi panggilan Gereja yang terdalam dan sekarang pun sudah mulai menikmati Liturgi dalam kemuliaan yang sempurna.[172] Bila Kristus kelak menampakkan Diri dan mereka yang mati akan bangkit mulia, kemuliaan Allah akan menyinari Kota Surgawi dan Anak Dombalah lampunya (lih. Why 21:24). Pada saat itulah seluruh Gereja para Kudus dalam kebahagiaan cinta kasih yang terluhur akan bersujud menyembah Allah dan “Anak Domba yang telah disembelih” (Why 5:12). Mereka akan serentak berseru: “Bagi Dia yang duduk di takhta dan bagi Anak Domba: puji-pujian, dan hormat, dan kemuliaan, dan kuasa sampai selama-lamanya” (Why 5:13-14).


[153] Lih. banyak tulisan dalam katakombe-katakombe di roma.
[154] Lih. GELASIUS I, Surat ketetapan tentang kitab-kitab yang harus diterima, 3: PL 59,160, DENZ. 165 (353).
[155] Lih. S. METODIUS, Symposium, VII,3: GCS (Bonwetsch), hlm. 74.
[156] Lih. BENEDIKTUS XV, Dekrit pengakuan Keutamaan-keutamaan dalam proses beatifikasi dan kanonisasi
hamba Allah Yohanes Nepomusesnus Neumann: AAS 14 (1922) hlm. 23. Berbagai amanat PIUS XI tentang
para Kudus: “Inviti all eroismo: Dis corsi …” jilid I-III, Roma 1941-1942, di pelbagai temapat, PIUS XII,
Discorsi e Radiomessaggi (amanat-amanat dan pidato-pidato radio), jilid X, 1949, hlm. 37-43.
[157] Lih. PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei: AAS 39 (1947) hlm. 581.
[158] Lih. Ibr 13:7; Pkh 44-50; Ibr 11:3-40; Lih. juga PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei: AAS 39 (1947), hlm. 582-583.
[159] Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi tentang Iman Katolik, bab 3: DENZ. 1794 (3013).
[160] Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 216.
[161] Tentang rasa terima kasih terhadap para Kudus sendiri, lih. E. DIEHL, Inscriptiones latinae christianae veteres (tulisan-tulisan latin kristiani kuno) I, 1925, no. 2008, 2382, dan ditempat-tempat lain.
[162] KONSILI TRENTE, Sidang 25: Tentang doa kepada para Kudus: DENZ. 984 (1821).
[163] Brevir Romawi, antifon pembukaan pada hari raya Semua Orang Kudus.
[164] Lih. misalnya 2Tes 1:10.
[165] KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, bab 5, art. 104.
[166] Doa Syukur Agung Misa Romawi.
[167] KONSILI NISEA II, Actio VII: DENZ. 302 (600).
[168] KONSILI FLORENSIA, Dekrit untuk umat Yunani: DENZ. 693 (1304).
[169] KONSILI TRENTE, Sidang 25, tentang seruan dan penghormatan terhadap para Kudus, relikwi-relikwi
(peninggalan) mereka, dan tentang patung-patung suci: DENZ. 984-988 (1821-1824); Sidang 25, Dekrit tantang
Api Penyucian: DENZ. 983 (1820); Sidang 6, Dekrit tentang Pembenaran pendosa, kanon 30: DENZ. 840
(1580).
[170] Misal Romawi, dari Prefasi para Kudus yang diizinkan untuk keuskupan-keuskupan di Perancis.
[171] Lih. S. PETRUS KANISIUS, Catechismus Maior seu Summa Doctrinae christianae (Katekismus Besar atau
Rangkuman Ajaran Kristiani), bab III (terb. Kristis F. Streicher), bagian I, hlm. 15-16, no. 44, dan hlm. 100-101,
no. 49.
[172] Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, bab 1, art. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar