Jumat, 15 Februari 2013

(Sharing Iman) Devosi Hati Yesus


DEVOSI KEPADA HATI YESUS MAHAKUDUS
oleh: Romo William P. Saunders

Dalam kunjungan ke gereja paroki saya baru-baru ini, seorang teman Protestan tertarik pada devosi kita kepada Hati Yesus Yang Mahakudus dan makna di balik devosi. Saya mengatakan kepadanya bahwa Hati Yesus Yang Mahakudus merupakan tanda cinta Yesus bagi kita. Adakah hal lain yang perlu saya tambahkan? Bagaimana dengan asal-mula devosi ini?
~ seorang pembaca di Alexandria

Sebenarnya, jawaban Anda sungguh tepat. Katekismus Gereja Katolik, dengan mengutip Ensiklik Paus Pius XII yang indah “Haurietis Aquas” (1956) menyatakan, “Ia [Yesus] mencintai kita dengan hati seorang manusia. Atas dasar itu, maka hati Yesus tersuci, yang ditembus oleh dosa kita dan demi keselamatan kita dilihat sebagai tanda pengenal paling ampuh dan sebagai lambang cinta, yang dengannya Penebus ilahi tetap mencintai Bapa abadi dan semua manusia.” (No. 478).

Guna memahami kekayaan makna lambang hati, patutlah kita ingat bahwa dalam adat-istiadat Yahudi, kata 'hati' mewakili pribadi seseorang. Hati merupakan organ tubuh yang utama, di samping itu hati juga dianggap sebagai pusat dari segala kegiatan rohani. Hati adalah pusat segala emosi, terutama cinta kasih. Seperti dinyatakan dalam Mazmur, Tuhan berbicara kepada manusia melalui hatinya dan Ia memeriksa serta menguji hati. Gambaran hati menjadi jelas ketika kita membaca Kitab Ulangan 6:5-6, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau per-hati-kan.”

Hati bahkan memiliki makna yang lebih dalam ketika direnungkan dalam terang inkarnasi. Kita percaya bahwa Yesus Kristus, pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, bersatu dalam Bapa, masuk ke dalam dunia ini dengan mengambil rupa manusia - sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia. Sementara hati Yesus secara nyata melaksanakan fungsi fisiologisnya, secara rohani hati kudus-Nya juga mewakili kasih: kasih ilahi antara Kristus bersama dengan Bapa dan Roh Kudus dalam Trinitas; kasih ilahi yang sempurna yang dicurahkan Allah bagi kita; dan kasih manusia sejati yang dimiliki Kristus dalam kodrat-Nya sebagai manusia. Menurut saya, salah satu ayat terindah dalam Injil adalah Sabda Kristus yang mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Mat 11:28-30). Oleh sebab itu, sementara kita merenungkan Hati Yesus Yang Mahakudus, kita dipanggil untuk saling berbagi dalam kasih Kristus dan berjuang untuk menyatakan kasih sejati kita bagi Tuhan, bagi diri kita sendiri, dan bagi sesama.

Sepanjang Injil, kita melihat kasih yang melimpah dari hati-Nya, baik dalam kisah-kisah mukjizat, pengampunan orang-orang berdosa, ataupun dalam belas kasihan-Nya kepada mereka yang menderita. Bahkan dalam peristiwa salib, Kristus mencurahkan kasih-Nya sehabis-habisnya bagi kita: lambung-Nya ditikam dengan tombak dan segera mengalirlah keluar darah dan air (Yoh 19:34). St. Bonaventura mengatakan bahwa Gereja dilahirkan dari lambung Kristus yang terluka dengan darah dan air yang melambangkan Sakramen Ekaristi Kudus dan Sakramen Baptis. Paham ini diberi penekanan dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, teristimewa dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja: “Permulaan dan pertumbuhan [Gereja] itulah yang ditandakan dengan darah dan air, yang mengalir dari lambung Yesus yang terluka di kayu salib (lih Yoh 19:34). Itulah pula yang diwartakan sebelumnya ketika Tuhan bersabda tentang wafat-Nya disalib: 'Dan apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.' (Yoh 12:32 yun). Setiap kali di altar dirayakan korban salib, tempat 'Anak Domba Paska kita, yakni Kristus, telah dikorbankan' (1 Kor 5:7), dilaksanakanlah karya penebusan kita” (No. 3).

Para Bapa Gereja perdana secara nyata menyatakan hormat mereka akan makna Hati Yesus Yang Mahakudus. St. Yustinus Martir (wafat 165), dalam Dialogus cum Tryphone Judæo mengatakan, “Kami, orang-orang Kristen, adalah Israel sejati yang muncul dari Kristus, oleh sebab kita diukir dari hati-Nya bagai dari batu karang.” Demikian juga St. Ireneus dari Lyon (wafat 202) mengatakan, “Gereja adalah sumber air hidup yang mengalir bagi kita dari Hati Kristus” (Adversus Haereses). Paulinus dari Nola (wafat 431) menambahkan, “Yohanes, yang menyandarkan kepalanya dengan bahagia di dada Kristus, dirasuki oleh Roh Kudus, dari Hati sumber segala Kebijaksanaan ia meneguk pengertian yang melampui pengertian segala makhluk.” Meskipun pernyataan-pernyataan di atas hanyalah sedikit contoh dari masa Gereja perdana, kita mendapati penghormatan mendalam kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sebagai bejana kasih-Nya yang melahirkan Gereja dan terus-menerus memelihara para anggotanya.

Devosi ini terus berkembang sepanjang abad pertengahan dan pada tahun 1353 Paus Inosensius VI menetapkan suatu Perayaan Misa khusus guna menghormati misteri Hati Yesus Yang Mahakudus. Pada masa gerakan Protestan, devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus gencar dilakukan dengan harapan memulihkan perdamaian dunia yang terpecah-belah akibat penganiayaan politik maupun agama.

Segera sesudahnya, devosi ini berkembang pesat sehubungan dengan adanya penampakan Kristus kepada St. Margareta Maria Alacoque (1647-90). Sebagai contoh, pada tanggal 27 Desember 1673, Kristus mengatakan, “Hati Ilahi-Ku terbakar dahsyat oleh kasih… hingga, tak mampu lagi menahan dalam diri-Nya kobaran api kasih-Nya, Hati-Ku harus memancarkannya melalui engkau, dan menyatakan diri dalam diri manusia, agar manusia diperkaya dengan harta pusaka-Nya yang berharga yang Aku nyatakan kepadamu, dan yang di dalamnya terkandung rahmat pengudusan dan rahmat-rahmat berguna yang dibutuhkan manusia agar mereka diselamatkan dari jurang-jurang kebinasaan.” Keempat penampakan Yesus kepada St. Margareta Maria Alacoque menawarkan sarana guna menyebarluaskan devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus, yaitu: suatu perayaan khusus guna menghormati Hati Yesus Yang Mahakudus dan janji Kristus akan rahmat keselamatan dan persahabatan bagi mereka yang ikut ambil bagian dalam Perayaan Misa serta menerima Komuni Kudus selama sembilan kali berturut-turut pada hari Jumat pertama dalam bulan.

Pada tahun 1899, Paus Leo XIII mempersembahkan dunia kepada Hati Yesus Yang Mahakudus. Sejak itu, para penerusnya senantiasa mendorong umat beriman untuk berpaling kepada Hati Yesus Yang Mahakudus dan mempersembahkan diri secara pribadi. Mereka juga meminta dengan sangat agar kaum beriman menyampaikan doa-doa dan silih kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sebagai silih atas dosa dunia yang begitu banyak. Seratus tahun kemudian, pada tahun 1999, Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada peringatan Seabad Penyerahan Umat Manusia kepada Hati Yesus Yang Mahakudus menyatakan, “Saya telah seringkali mendorong umat beriman agar bertekun dalam devosi ini, yang mengandung pesan yang sungguh amat tepat dalam jaman kita ini, sebab musim semi kehidupan yang tanpa akhir, yang membangkitkan harapan bagi setiap orang, telah memancar tepat dari Hati Putra Allah yang wafat di kayu salib. Dari Hati Yesus yang tersalib lahirlah umat manusia baru yang telah ditebus dari dosa. Umat manusia tahun 2000 membutuhkan Hati Yesus untuk mengenal Tuhan dan mengenal dirinya sendiri; ia membutuhkannya untuk membangun peradaban kasih.”

Mengingat masa dan jaman kita sekarang ini, pencobaan-pencobaan dan dosa-dosa dunia, berkembangnya sikap apatis dan sekularime, serta skandal memalukan yang terus-menerus menghantui Gereja, kita juga sepatutnya berpaling kembali untuk mencintai devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus serta mohon pada-Nya untuk melimpahkan rahmat-Nya. Kita wajib berjuang menjadikan hati kita serupa Hati-Nya, sebab Ia mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8). Semoga senantiasa tertanam dalam benak kita kata-kata Prefasi Misa dalam perayaan menghormati Hati Yesus Yang Mahakudus: “Ditinggikan di atas Salib, Kristus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, begitu besar kasih-Nya kepada kita. Dari lambung-Nya yang terluka mengalirlah darah dan air, sumber kehidupan sakramen Gereja. Kepada hati-Nya yang terbuka, Juruselamat mengundang segenap umat manusia untuk menimba dengan sukacita dari sumber air keselamatan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar