AWAS, PASTOR GADUNGAN KURAS HARTA UMAT
PENCURI dimana pun tak mengenal
batas lokasi kejahatan. Tak terkecuali di gereja dan lingkungan sekitarnya.
Kalau di situ bisa mendapatkan korban dengan mudah, maka tak ayal wilayah
‘sakral’ seperti gereja berikut lapangan parkir, gua Maria pun ikut disasar
untuk memperdaya korbannya. Apalagi kalau disertai iming-iming bisa
dengan cepat mampu menggaruk keuntungan hasil kejahatannya dengan sekali
libas, maka jutaan rupiah siap berpindah tangan.
Kejahatan dengan modus operandi ‘baru’
sekaligus ‘jitu’ dengan cara menyamar sebagai romo (pastor) sudah berkali-kali
terjadi di beberapa paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Yang terakhir terjadi di
Gereja Paroki Santa Anna, Duren Sawit, Jakarta Timur, usai misa kedua hari
Minggu (21/4) lalu.
Peristiwa Penipuan
KEJADIANNYA
bermula di depan Gua Maria di areal gereja dimana ibu yang malang itu baru
berdoa khusus, usai mengikuti misa kedua di hari Minggu lalu. Ketika
tengah khusuk berdoa di depan Gua Maria, korban tiba-tiba saja didatangi oleh
seorang penjahat dan mengaku bernama Romo Wahyu.
Hebatnya lagi, penjahat dengan kedok menyaru diri
sebagai “Romo Wahyu” ini mengaitkan dirinya sebagai asisten Romo Loogman MSC
(almarhum). Sebagaimana diketahui masyarakat luas, almarhum Romo Loogman MSC di
Purworejo (Jawa Tengah) memang dikenal luas sebagai pastor dengan keahlian
khusus di dunia supranatural yang lazim disebut ‘radhiestesia’.
Dengan ‘menjual’ nama besar mendiang Romo Loogman
MSC yang sangat terkenal di dunia pengobatan alternatif ini, tak ayal ibu yang
menjadi korban kejahatan ini langsung terkesiap. Apalagi ketika relung isi
hatinya yang mungkin tengah galau bisa ‘dibaca’ oleh penjahat menyaru diri
sebagai romo ini.
Perangkap telah dipasang dan ‘mangsa’ pun
terjerat kena pengaruh ‘daya pikat’ berupa sapaan hangat. Ibu itu mulai
‘dikuasai’ emosinya oleh penjahat yang kemudian menawarkan ‘jurus
mautnya’ yang kedua yakni dengan mendoakan korban agar segera terbebaskan dari
segala kegalauan. Juga memberkatinya lazimnya seorang romo.
Hebatnya lagi, romo gadungan itu kemudian
memperkenalkan korban kepada jaringan komplotannya. Lagi-lagi, seorang romo
lain yang sudah mengambil posisi di areal parkir gereja disodorkan oleh pelaku
kejahatan pertama kepada korban. Kepada korban, lagi-lagi romo gadungan kedua
ini langsung ‘main tembak’ : “Ibu sedang galau ya?”
Kontan saja, ketika isi hatinya “disapa’ dengan
amat-amat ramah oleh kedua pastor gadungan itu, luluhlah seketika sang korban
ketika diajak oleh kedua pastur gadungan itu untuk sebuah sesi pertemuan
pribadi pada kesempatan lain.
Yang pasti, korban sudah masuk perangkap untuk kedua kalinya.
Modus Operandi
TEKNIK penipuan macam ini
biasanya berlanjut di luar areal gereja. Jadi areal Gereja menjadi lahan
pertama untuk menjerat korban. Baru setelah itu, korban akan digarap lebih
lanjut di luar kompleks gereja.
Mari kita kembali membahas kasus penipuan dengan modus
operandi penjahat menyaru diri sebagai pastor gadungan itu.
Ketika jalinan emosional dengan calon korbanya
sudah berhasil dirakit, maka kedua pastor gadungan itu kemudian melancarkan
jurus maut penipuan berikutnya: membuat rencana pertemuan berikutnya, namun di
luar kompleks gereja. Biasanya diadakan di sebuah tempat umum yang ramai. Kali
ini, ibu yang menjadi korban ini dirayu agar mau datang di sebuah kompleks
pertokoan di Buaran Plaza untuk sebuah ‘terapi’.
Lagi-lagi, jurus rohani dimanfaatkan sebagai
‘mantera’ untuk memperdaya korban. Setelah bertemu dan ngobrol sana-sini,
akhirnya si ibu diberkati –lazimnya imam memberkati umat—disertai doa Bapa
Kami dan Salam Maria.
Selama ngobrol-ngobrol itulah, korban ditanyai
apakah punya simpanan emas atau uang di bank atau brankas. Kalau ada, kata
kedua penjahat itu, segera diambil untuk dibawa dalam sesi pertemuan
berikutnya.
Mengapa arah pembicaraan dari yang “rohani”
berubah menjadi “duniawi”? Itu teknik mengelabuhi orang saja. Kata kedua
penjahat itu, barang-barang berharga simpanan itu perlu dibawa untuk
“diberkati”. Dan ini yang paling membuat manusia goyah iman: diimingi-imingi
akan bisa dibuat berlipat ganda jumlahnya.
Singkat kata, akhirnya barang-barang simpanan berharga
itu pun dibawa ke ruang publik dimana ketiga orang itu terlibat dalam sebuah
perbincangan lebih lanjut. Ketika ibu korban dan seorang ‘romo gadungan’ itu
pesan minuman di konter dan membayarnya, maka tak ayal kotak perhiasan dan uang
yang sudah dicairkan secara tak sadar dititipkan kepada pastor gadungan satunya
yang sengaja diam tak bergerak di meja makan.
Menjelang pulang, kembali kotak itu diserahkan
lagi kepada korban dan malamnya barulah sadar ketika dia sudah kehilangan uang
tak kurang Rp 100 juta.
Dua tahun lalu, modus operandi serupa juga
terjadi di Gereja Santo Yosep Matraman, Jakarta Timur. Korbannya juga seorang
perempuan. Korban baru sadar telah dikerjain dua romo gadungan hampir 5
hari pasca kejadian dia didoakan dan diberkati di depan Gua Maria dan
berikutnya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Di Gereja Santa Helena Karawaci –kata Romo Heri
Kartono OSC—juga pernah terjadi kasus tindak pidana yang sama. Korbannya
lagi-lagi kena tipu daya hingga ratusan juta melayang. Ternyata, di Gereja
Santo Yakobus Kelapa Gading, hal serupa juga pernah terjadi.
Mengenali
Pastor Gadungan
MARI kita kenali dulu langkah-langkah
metode tipu daya yang sudah sering dipraktikan para penjahat yang menyaru diri
sebagai pastor gadungan itu.
- Sasaran korban yang ingin dijebak adalah mereka yang tengah galau hatinya. Kalau hati sedang galau atau tidak tenang, biasanya umat dengan gampang akan melakukan ‘ritual’ doa khusus tambahan –usai misa di gereja—dengan mampir sejenak di Gua Maria. Tujuannya untuk menyampaikan doa-doa khusus. Bila demikian, jangan ‘pergi’ berdoa sendirian, melainkan ajak anggota keluarga sebagai ‘tameng’ kalau-kalau datang penjahat yang ingin memperdaya kita;
- Jangan hiraukan sapaan hangat atau tepukan fisik dari orang yang tidak kita kenal. Apalagi kalau kemudian, ‘orang asing’ itu menyapa kita dan mengenalkan dirinya sebagai romo. Agak aneh terdengar kalau ada orang asing dengan gampangnya mengklaim diri sebagai romo dan itu dia lakukan dihadapan umat parokinya sendiri. Mestinya, sudah diandaikan umatnya tahu siapa nama dan tampang pastor parokinya sendiri. Lain halnya kalau calon korban yang menjadi mangsa para penjahat ini datang dari luar paroki;
- Lagi-lagi, ajaklah anggota keluarga kita kalau misalnya saja kita sudah berhasil diperdaya oleh romo palsu itu untuk melakukan sesi pertemuan berikutnya di luar kompleks gereja. Setidaknya, dengan adanya anggota keluarga kita, maka kita mendapat ‘teman’ untuk mengobjektivasi diri (melakukan uji objektif atas tindak atau sikap kita dengan orang lain).
- Jangan sekali-kali mudah mengiyakan apa pun yang diminta dari romo gadungan ini semisal membawa harta simpanan berupa kotak perhiasan, buku tabungan, kartu ATM berikut pin-nya, kartu kredit dan semacamnya;
- Jangan terima apa pun makanan atau minuman dari orang yang tidak kita kenal. Salah-salah makanan-minuman tawaran itu sudah kena kontaminasi anasir-anasir obat bius yang membuat kita dalam sekejap limbung, ngantuk dan tidur pula berkepanjangan.
- Sempatkanlah diri Anda berfoto dengan pastor gadungan itu dengan menggunakan HP kamera Anda. Tujuannya, agar jika memang terjadi tindak pidana, Anda sudah punya bukti wajah pelaku. (admin)
Langkah penting
KALAU sudah ada kejadian umat kita kena
perangkap dan habis-habisan hartanya dikuras oleh penjahat yang menyaru diri
sebagai romo, lalu tindakan apa yang mesti kita lakukan agar jangan sampai
berulang kembali terhadap korban lainnya. Berikut tips sederhana
guna mengurangi risiko kejadian sama bisa berulang kembali.
- Segera lapor kepada pastor paroki agar secara resmi pastor paroki bisa segera mengumumkan di mimbar gereja –misalnya saja katakanlah—sebaiknya umat jangan terlalu mudah percaya kalau ada ‘orang asing’ mengaku-aku sebagai imam. Toh, umat kebanyakan pasti kenal siapa romo parokinya. Bahkan kalau ada romo tamu yang mempersembahkan misa, sudah pasti romo tersebut akan memperkenalkan diri saat misa dan ketika keluar dari sakristi usai misa, jubah pun masih dia kenakanan saat bersilahturami dengan umat selesai misa.
- Laporkan kasus tindak kejahatan ini kepada kepolisian agar segera diproses secara hukum. Tentu kita harus memberikan kronologi secara lengkap dan jelas berikut ciri-ciri fisik para pelakunya. Tidak kalah penting tentu saja, memberikan nomor rekening bank pelaku kalau ‘pemerasan’ itu dilakukan dengan cara transfer.
- Kita harus sadar bahwa kegalauan hati tidak serta-merta bisa langsung “sembuh” oleh sapaan hangat, pendarasan doa-doa dan berkat pemberian ‘romo gadungan’ ini. Kegalauan hati harus kita sembuhkan mulai dari kita sendiri yang berupaya “menyembuhkannya”.
Sebuah Catatan Kritis (admin)
ADA beberapa
catatan kritis yang perlu kita perhatikan bersama:
1. Ingat
pesan Bang Napi, “Kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya, melainkan
juga karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah!!!!” Pesan ini mau
mengingatkan kita agar senantiasa berjaga-jaga, sama seperti nasehat Yesus, “berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." (Mat 25: 13).
2.
Jangan
mudah terkecoh dengan penampilan lahiriah, karena bisa saja penampilan itu menipu.
Yesus pernah bersabda, "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang...” (Mrk 12: 38). St Paulus juga pernah
menasehati umat di Kolese, “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu
dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan
roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” (Kol 2: 8)
3.
Bahaya
bukan hanya datang dari pastor gadungan, melainkan juga dari pastor beneran.
Karena ada juga pastor beneran yang “menipu” umatnya agar mendapatkan kekayaan
untuk dirinya dan keluarganya. Ada pastor yang dengan kelihaiannya, dengan
mengatasnamakan pelayanan, menguras harta umat dan juga harta gereja (paroki,
keuskupan atau biara). Terhadap mereka juga kita perlu waspada dan hati-hati. Untuk
itu sangat menarik kalau kita perhatikan nasehat Yesus, “Jikalau suatu pohon kamu
katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak
baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Mat 12: 33).
by: adrian, diolah dari Sesawi.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar