INJIL THOMAS
Yakub Tri Handoko, Th. M.
Manuskrip Injil
Thomas dalam bahasa Coptic merupakan salah satu dari penemuan di Nag Hammadi,
Mesir, pada tahun 1945. Manuskrip ini merupakan teks lengkap dari Injil Thomas.
Sejak penerbitan edisi fotografis pertama tahun 1959, manuskrip ini dibagi
menjadi 114 logia/perkataan. Injil Thomas baru tersedia untuk konsumsi publik
pada tahun 1975. Berdasarkan usia manuskrip, Injil Thomas bahasa Coptic ditulis
tahun 340 M.
Selain penemuan
di atas, manuskrip Injil Thomas dalam bahasa Yunani sebelumnya telah ditemukan
pada tahun 1898 di Oxyrhynchus, Mesir, namun manuskrip Yunani ini tidak
selengkap manuskrip Coptic. Tiga manuskrip Yunani ini selanjutnya diberi nama
POxy 1 (logia §26-33), POxy 654 (logia §1-7, §30), POxy 655 (logia §24, §36-39,
§77). Ketiga manuskrip ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 200 M.
Mayoritas
sarjana berpendapat bahwa versi asli Injil Thomas ditulis dalam bahasa Yunani.
Dengan kata lain, Injil Thomas yang ditemukan di Nag Hammadi hanyalah merupakan
terjemahan kuno dari versi asli Injil Thomas. Pendapat umum ini masih
dipersoalkan oleh beberapa sarjana, karena mereka menganggap versi Coptic yang
ada tidak identik dengan versi Yunani.
Nama
“Injil Thomas”
Nama “Injil
Thomas” kemungkinan besar didasarkan pada kalimat pertama kitab ini yang berbunyi
“Inilah perkataan-perkataan rahasia yang diucapkan oleh Yesus yang hidup dan
yang dituliskan oleh Didymus Yudas Thomas”. Dalam bagian konklusi versi Yunani
juga terdapat sebuah subscript dengan tulisan euangelion kata Qomas (“kabar
baik/injil menurut Thomas). Berdasarkan nama ini para sarjana menduga kitab
tersebut berasal dari bagian timur Siria, tempat legenda tentang Thomas
disirkulasikan.
Kita perlu
mengetahui bahwa nama Thomas tidak hanya disangkut-pautkan dengan kitab ini
saja. Ada beberapa kitab lain yang dihubungkan dengan Thomas, misalnya Acts
of Thomas, Infancy Gospel of Thomas maupun The Book of Thomas the
Contender. Fenomena ini membuat para sarjana berdebat tentang rujukan
“Injil Thomas” dalam tulisan bapa-bapa gereja abad ke-3 (Hippolytus dan Origen)
dan ke-4 (Cyril dari Yerusalem) yang menyatakan kitab ini sebagai kitab gnostik
yang sesat. Apakah yang dimaksud Hippolytus dalam bukunya Refutation of All
Heresies 5.7.20 adalah Injil Thomas logia §4 atau kitab lain yang memakai
nama Thomas? Apakah larangan di Cathechesis V untuk membaca “Injil
Thomas” yang dianggap Cyril sebagai tulisan pengikut ajaran sesat Manicheanisme
ditujukan pada Injil Thomas atau kitab lain? Solusi paling masuk akal adalah
menerima sebutan dua bapa gereja ini apa adanya. Fakta bahwa yang dikutip oleh
mereka tidak identik dengan Injil Thomas yang ditemukan mungkin harus dipahami
sebagai indikasi adanya beragam tradisi/versi (bukan hanya terjemahan) Injil
Thomas (Ralph P. Martin & Peter H. David, “The Gospel of Thomas” in Dictionary
of the Later New Testament and Its Developments). Dugaan ini juga bisa
menjelaskan kemiripan dan perbedaan yang ada antara Injil Thomas Coptic dan
Injil Thomas Yunani.
Pengaruh
penemuan Injil Thomas
Sama seperti
kitab-kitab injil non-kanonik lainnya, penemuan Injil Thomas turut memicu perdebatan
para sarjana sehubungan dengan isu tentang tradisi awal kekristenan. Para
sarjana liberal menganggap apa yang tertulis dalam Injil Thomas merupakan salah
satu versi kekristenan yang kemudian didesak dan dimusnahkan oleh kekristenan
ortodoks yang dominan. Khusus berkaitan dengan Injil Thomas, perdebatan menjadi
lebih ramai karena sebagian sarjana liberal – terutama John Dominic Crossan -
berpendapat bahwa Injil Thomas ditulis lebih dahulu daripada kitab injil
kanonik (sekitar tahun 50 M).
Berdasarkan
dugaan pentarikhan seperti di atas, mereka menganggap Injil Thomas lebih otoritatif
daripada keempat Injil kanonik. Injil Thomas juga dapat menjadi sumber utama
dalam menyelidiki Yesus Sejarah (Historical
Jesus). Sikap ini paling jelas terlihat dalam pandangan penganut Jesus
Seminar, yaitu kumpulan sarjana dan orang awam yang berusaha menentukan apakah
ucapan dan tindakan Yesus di dalam Alkitab benar-benar berasal dari Yesus atau
hanya sekedar penafsiran para penulis Alkitab. Dalam mengambil keputusan
terhadap suatu teks, penganut Jesus Seminar memberikan otoritas yang lebih
kepada Injil Thomas. Hasil penelitian mereka dipublikasikan dengan judul The
Five Gospels: What Did Jesus Really Say?, di mana yang dimaksud dengan
injil kelima adalah Injil Thomas.
Ada beberapa
argumen yang mereka paparkan untuk mendukung pentarikhan Injil Thomas yang
lebih awal. Pertama, Injil Thomas
berisi banyak tradisi yang tidak terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik.
Urutan dalam Injil Thomas pun tidak sama dengan kitab injil kanonik (Earl
Doherty). Menurut estimasi mereka, sekitar separuh dari Injil Thomas tidak ada
kesamaannya dengan catatan Perjanjian Baru. Hal ini dianggap mereka sebagai
bukti bahwa apa yang tertulis dalam Injil Thomas kemungkinan besar berasal dari
tradisi lisan secara langsung. Mereka juga menambahkan bahwa karena tradisi
lisan mulai kurang berperan paruh kedua abad ke-1 M, maka Injil Thomas
kemungkinan ditulis sekitar pertengahan abad ke-1 M.
Kedua, Injil Thomas memuat sebagian perkataan
yang ada di dalam Q, yaitu sumber tertulis hipotetikal yang dipakai oleh Matius
dan Lukas. Mereka selanjutnya membagi Q menjadi 3 tingkat sesuai perkembangan
dari dokumen ini: Q1, Q2 dan Q3. Berdasarkan penyelidikan mereka, 37 perkataan
dalam Injil Thomas sesuai dengan Q1 dan Q2, sementara tidak ada satu pun yang
sesuai dengan Q3. Karena Q merupakan dokumen kuno yang dipakai oleh para
penulis kitab injil kanonik dan Injil Thomas memuat bahan yang sama dengan Q
pada tahap-tahap awal, maka Injil Thomas pasti ditulis jauh lebih dahulu
daripada kitab injil kanonik, terutama Matius dan Lukas.
Ketiga, Injil Thomas memuat beberapa hal yang
bertentangan dengan Injil Yohanes. Menurut Elaine Pagels dalam bukunya Beyond
Belief (2003), beberapa teks dalam Injil Yohanes hanya dapat dipahami dalam
terang Injil Thomas. Menurut dia, Injil Yohanes ditulis untuk menyerang
keberadaan “komunitas Thomas” yang memegang konsep teologi seperti tercermin
dalam Injil Thomas. Ia memberikan contoh dari figur Thomas di Injil Yohanes
yang negatif (11:16; 14:5 dan - terutama – 20:24-29). Kisah tentang Thomas yang
mencucukkan tangannya ke tubuh Yesus dianggap sebagai serangan penulis Injil
Yohanes terhadap konsep doketisme (ajaran yang menganggap Yesus tidak
sungguh-sungguh memiliki tubuh manusiawi) yang dianut oleh “komunitas Thomas”
yang cenderung gnostik. Karena Injil Yohanes ditulis untuk menyerang “komunitas
Thomas”, maka Injil Thomas pasti ditulis jauh sebelum Injil Yohanes.
Keempat, Injil Thomas memiliki beberapa
kesamaan dengan tulisan Paulus awal – terutama 1Korintus, Galatia dan Filipi -
yang tidak terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik. Hal ini dianggap sebagai
dukungan bagi pentarikhan Injil Thomas yang lebih awal, karena tulisan-tulisan
Paulus tersebut ditulis sebelum empat kitab injil kanonik. Menurut mereka,
Paulus mendapatkan perkataan Yesus dari tradisi yang lebih tua, sama seperti
Injil Thomas.
Kelima, Injil Thomas tidak berisi
konsep-konsep Gnostisisme abad ke-2 M. Injil Thomas mengajarkan konsep yang
berbeda dengan tulisan-tulisan lain dari Nag Hammadi yang menyiratkan warna
Gnostisisme yang sudah berkembang. Beberapa kosa kata yang tipikal gnostik abad
ke-2 M tidak muncul dalam Injil Thomas, misalnya demiurgh. Selain itu,
seandainya Injil Thomas memang bernuansa gnostik dan ditulis setelah kitab
injil kanonik maka penulisnya pasti akan mengutip ayat-ayat tertentu yang bisa
mendukung pandangan gnostik, misalnya Yohanes 8:58 “Sebelum Abraham ada, Aku
selalu ada”.
Keenam, penemuan Injil Thomas bersamaan dengan
kitab-kitab Nah Hammadi lain yang bernuansa gnostik tidak boleh ditafsirkan
bahwa Injil Thomas juga bernuansa gnostik, apalagi Gnostisisme abad ke-2 M.
Beberapa tulisan kuno lain yang non-gnostik juga ditemukan di Nag Hammadi,
misalnya tulisan Plato yang berjudul Republic.
Apakah semua
argumen di atas cukup untuk membuktikan bahwa Injil Thomas ditulis lebih dahulu
daripada kitab injil kanonik? Seandainya iya, apakah itu berarti bahwa Injil
Thomas lebih berotoritas daripada kitab injil kanonik?
Evaluasi
kritis terhadap Injil Thomas
Isu Pentarikhan
Sebelum membahas
tentang isu pentarikhan Injil Thomas, kita perlu bertanya lebih dahulu:
“seandainya Injil Thomas memang ditulis sebelum kitab injil kanonik, apakah itu
berarti bahwa Injil Thomas lebih berotoritas?” Terhadap pertanyaan ini kita
pertama-tama harus mengetahui bahwa pada saat penulisan kitab injil kanonik,
beberapa orang sudah mencoba menuliskan tradisi tentang Yesus. Lukas 1:1-4
secara eksplisit mengindikasikan keberadaan beberapa tulisan lain tentang Yesus
sebelum penulisan Injil Lukas. Penyelidikan para sarjana pun mengarah pada
keberadaan sumber-sumber tertulis tertentu yang dipakai oleh para penulis kitab
injil kanonik. Sebagai contoh, Matius dan Lukas memakai Injil Markus dan Q. Di
luar kitab injil kanonik, kita juga melihat penulis surat Yudas yang mengutip
kitab non-kanonik Assumption of Moses (Yud 1:9) dan 1Enoch (Yud
1:14-15). Pemakaian sumber lain di luar Alkitab oleh para penulis Alkitab tidak
membuktikan bahwa sumber-sumber itu lebih berotoritas daripada tulisan Alkitab.
Seandainya para
penulis kitab injil kanonik memakai Injil Thomas tetapi waktu penulisannya tetap
dalam periode pertengahan abad ke-1 M, maka hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap
otoritas kitab injil kanonik, karena pada saat kitab-kitab itu ditulis para
saksi mata kehidupan Yesus masih hidup sehingga mereka bisa mengecek kebenaran
dari yang ditulis.
Persoalan akan
menjadi lain seandainya kitab-kitab injil kanonik dianggap ditulis pada abad ke-2,
sehingga sangat jauh dari peristiwa kehidupan Yesus dan para saksi mata sudah
tidak ada lagi. Interval waktu yang jauh juga berpotensi mengubah cerita,
karena menurut hukum transmisi tradisi, sebuah cerita memang cenderung
berkembang, apalagi jika semakin jauh dari peristiwa aslinya. Pentarikhan kitab
injil kanonik pada abad ke-2 M juga berarti kitab-kitab itu tidak ditulis oleh
para rasul, sehingga kitab-kitab itu akan kehilangan wibawa apostolik, padahal
kriteria ini sangat penting dalam proses pengakuan suatu kitab sebagai firman
Allah (kanonisasi).
Walaupun
kemungkinan pemakaian Injil Thomas oleh para penulis kitab injil kanonik tidak membahayakan
otoritas Alkitab (sejauh kitab-kitab itu tetap ditulis pada pertengahan abad ke-1
M), penyelidikan yang teliti dan objektif justru mengarah pada suatu konklusi:
penulis Injil Thomas menggunakan, mengubah dan menggabungkan tradisi tentang
Yesus yang terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik.
Hal pertama yang
perlu kita ketahui adalah bagian-bagian Injil Thomas yang memiliki kemiripan
dengan separuh lebih kitab-kitab Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas, Yohanes,
Kisah Rasul, Roma, 1-2 Korintus, Galatia, Efesus, Kolose, 1Tesalonika,
1Timotius, Ibrani, 1Yohanes, Wahyu). Fenomena ini memang bisa ditafsirkan
sebagai dukungan bahwa semua penulis kitab tersebut memakai Injil Thomas
sebagai sumber, namun lebih mudah dan logis kalau kita berpikir sebaliknya,
yaitu Injil Thomas ditulis setelah dan memakai kitab-kitab tersebut. Hal ini
akan menjadi semakin jelas apabila dikaitkan dengan nuansa gnostik dalam Injil
Thomas yang menunjukkan bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-2 M.
Kedua, beberapa
bagian Injil Thomas memiliki kemiripan dengan peredaksian Matius dan Lukas atas
sumbernya (Craig Blomberg, Craig Evans). Seperti sudah disinggung sebelumnya, Matius
dan Lukas memakai sumber tertulis, yaitu Injil Markus dan Q. Kedua penulis
tidak hanya memakai sumber itu apa adanya, tetapi mereka juga mengadakan
peredaksian sesuai dengan tujuan kitab masing-masing. Perbandingan dengan Injil
Thomas menunjukkan adanya kesamaan antara beberapa logia dengan hasil
peredaksian tersebut. Fenomena ini – sekali lagi – memang bisa dilihat sebagai
bukti bahwa Matius dan Lukas memakai Injil Thomas pada bagian-bagian yang mirip
tersebut, namun lebih masuk akal apabila kita memandang sebaliknya.
Ketiga, beberapa
bagian Injil Thomas juga memiliki kesamaan dengan sumber khusus yang dipakai
Matius atau Lukas (Craig Evans). Sumber khusus yang ada di Injil Matius atau
Injil Lukas itu dikenal dengan sebutan M (untuk Matius) dan L (untuk Lukas).
Sumber khusus ini adalah sumber lokal yang dimiliki oleh Matius atau Lukas.
Lebih mudah untuk melihat kemiripan antara sumber khusus ini dengan Injil
Thomas sebagai bukti bahwa penulis Injil Thomas mendapatkan sumber khusus ini
setelah sumber-sumber itu dipakai dalam Injil Matius dan Injil Lukas daripada
berpikir sebaliknya.
Keempat,
beberapa tema umum yang penting dalam masa kekristenan abad ke-1 M tidak muncul
dalam Injil Thomas. Salah satu yang menonjol adalah konsep apokaliptis
(kedatangan Tuhan pada akhir jaman). Pemikiran apokaliptis sudah menjadi wacana
umum bagi orang Yahudi sejak abad ke-2 SM, yang ditandai dengan beredarnya
berbagai tulisan apokaliptis Yahudi. Tren ini juga dianut oleh orang Kristen
mula-mula, walaupun konsep mereka tentang akhir jaman berbeda dengan orang
Yahudi lainnya. Konsep apokaliptis Kristiani muncul di tulisan awal kekristenan
(1Tes 4:13-18) maupun kitab-kitab injil kanonik yang ditulis setelahnya (Matius
24:44; 25:31; Mar 13:26; Luk 12:40; 21:27). Berdasarkan hal ini, sulit dimengerti
mengapa Injil Thomas tidak menyinggung masalah ini sama sekali (seandainya memang
kitab ini ditulis pada abad ke-1 M). Lebih mudah kita melihat absennya konsep apokaliptis
dalam Injil Thomas sebagai bukti bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-2 M atau ke-3
M ketika konsep apokaliptis tidak lagi menjadi tren di kalangan orang Kristen.
Kelima, Injil
Thomas mengajarkan konsep gnostik yang kental sebagaimana ditemukan dalam
kitab-kitab gnostik lain pada akhir abad ke-2 M atau sesudahnya. Begitu
kentalnya nuansa gnostik dalam kitab ini sampai-sampai Graham Stanton dalam bukunya
The Gospels and Jesus mengatakan “pengambilan lapisan gnostik [dari
kitab ini] tidak akan pernah mudah [dilakukan]” (p. 129). Berikut ini adalah
beberapa contoh konsep gnostik yang ditemukan dalam Injil Thomas:
* Penekanan pada
wahyu rahasia (kalimat pengantar, §13)
* Keutamaan
dibandingkan “Semua” (§2; §77)
* Kritik
terhadap dunia sebagai “kemabukan” (§28) dan “kemiskinan” (§3, §29)
* Penolakan
terhadap dunia materi (§110)
* Perendahan
terhadap wanita (logia §114)
Keenam, dalam
banyak kasus terlihat jelas bahwa penulis Injil Thomas memodifikasi teks-teks kitab
Injil kanonik dengan ungkapan-ungkapan yang bernuansa gnostik. Contoh: Injil Thomas
73 paralel dengan Matius 9:37-38 dan Lukas 10:2, tetapi Injil Thomas 74-75 memiliki
tambahan yang sangat gnostik, terutama ayat 75 “Yesus berkata ‘banyak orang berdiri
di depan pintu, tetapi orang yang menyendiri (solitary) yang akan memasuki
kamar pengantin (bridal chamber)”. Ungkapan “menyendiri” dan “kamar pengantin”
merupakan ungkapan khas gnostik.
Yesus Menurut Injil Thomas
Dalam Injil
Thomas Yesus ditampilkan terutama sebagai pewahyu surgawi dan pengejawantahan
hikmat yang hanya bisa dipahami oleh beberapa orang saja. Kalimat pertama dalam
kitab ini adalah “inilah perkataan-perkataan rahasia...”. Mereka yang menerima
wahyu khusus ini akan menjadi terkemuka dan mengalahkan orang banyak. Logia §2
“biarlah dia yang mencari tidak berhenti mencari sampai dia menemukan dan
apabila dia sudah menemukan, dia akan terganggu. Ketika dia telah terganggu,
dia akan heran dan memerintah atas semua”. Dalam logia §13 diceritakan
keunggulan pengetahuan rohani Thomas dibandingkan Petrus dan Matius, sehingga
Yesus pun mengatakan kepada Thomas “Aku bukanlah gurumu, karena engkau telah meminum
dan mabuk dari mata air yang sama yang aku ambil”.
Yesus dalam
Injil Thomas bukan hanya memberikan wahyu khusus dan membuat penerima wahyu
menjadi terkemuka, tetapi Yesus juga menjanjikan konsep penyatuan ilahi-insani.
Logia §108 menjanjikan “barangsiapa minum dari mulutku akan menjadi seperti
aku; Aku sendiri akan menjadi orang itu dan hal-hal yang tersembunyi akan
dinyatakan kepadanya”. Penyatuan ini bahkan mencakup hal-hal yang tidak
berpirbadi (benda). Logia §77 “Aku adalah terang yang menyinari segala sesuatu.
Aku ada di setiap tempat. Dari aku semua keluar, kepada aku semua kembali.
Potonglah sebuah kayu dan di sana aku ada. Angkatlah sebuah batu dan kamu akan
menemukan aku di sana”.
Yesus juga
ditampilkan sebagai penyelamat, namun konsepnya sangat berbeda dengan ajaran kitab-kitab
injil kanonik. Keselamatan dalam Injil Thomas didasarkan pada usaha sendiri melalui
introspeksi spiritual. Logia §70 “Jika engkau mengeluarkan apa yang ada di dalammu,
apa yang engkau miliki akan menyelamatkan engkau. Jika engkau tidak mengeluarkannya,
apa yang tidak engkau miliki di dalammu akan membunuh engkau”.
Kredibilitas Historis Injil Thomas
Pembahasan dalam
bagian “Isu Pentarikhan” telah membuktikan bahwa Injil Thomas ditulis pada abab
ke-2 M (kemungkinan pada akhir abad ke-2 M). Pentarikhan ini bukan hanya menyangkal
wibawa apostolik dalam Injil Thomas, tetapi juga menunjukkan bahwa kitab ini ditulis
jauh setelah kehidupan Yesus. Dari peredaksian kitab ini terlihat bahwa
Injil Thomas merupakan karya seorang penulis yang tidak dikenal yang berusaha
mengubah dan mengumpulkan tradisi tentang Yesus dalam kitab-kitab kanonik
sehingga menghasilkan sebuah kitab yang sangat bernuansa gnostik.
Jenis literatur
Injil Thomas yang hanya berisi perkatan-perkataan tanpa rujukan tempat dan waktu
yang spesifik menunjukkan bahwa penulisnya tidak serius dengan historisitas.
Selain itu, sifat pembicaraan yang rahasia semakin meneguhkan ketidakseriusan
tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan kitab-kitab injil kanonik yang cenderung
memberikan keterangan tempat, waktu maupun saksi mata.
Rendahnya
kredibilitas historis Injil Thomas juga dapat dilihat dari beberapa logia yang
tidak mungkin berasal dari ajaran Yesus pada awal abad ke-1 M. Contoh: Logia
§53 mencatat tentang perkataan Yesus yang menyiratkan ketidakmutlakan sunat
secara lahiriah. Ucapan ini sangat mungkin tidak berasal dari Yesus, karena
pada jaman Yesus hidup belum banyak petobat dari kalangan non-Yahudi, sehingga
sunat atau tidak bersunat belum menjadi isu pelik. Bahkan kitab-kitab injil
kanonik yang ditulis tahun 60-an (setelah injil diterima berbagai bangsa) pun
tidak menyinggung ucapan Yesus tentang sunat sama sekali, walaupun pada tahun
60-an sunat sudah menjadi isu (band. Kis 15:1; Gal 5:6, 11; 6:12, 15).
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar