Jumat, 02 Oktober 2020

AL-QUR’AN HANYALAH REKAYASA MUHAMMAD

Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi kata-kata Allah SWT. Umat islam biasa menyebutnya Kalam Allah. Kata-kata atau wahyu Allah ini diberikan kepada nabi Muhammad SAW secara langsung. Prosesnya kurang lebih seperti ini: Allah bersabda kepada nabi Muhammad, lalu nabi meminta orang untuk menulisnya (karena Muhammad tidak bisa baca tulis). Setiap wahyu Allah kepada nabi Muhammad, langsung ditulis. Dan setelah dikumpulkan, jadilah Al-Qur’an.
Inilah keyakinan umat islam, yaitu bahwa Al-Qur’an sungguh merupakan perkataan Allah SWT. Karena Allah SWT itu adalah suci, maka Al-qur’an juga adalah suci sehingga harus diperlakukan dengan penuh hormat. Melecehkan atau menghina Al-Qur’an sama saja dengan melecehkan Allah SWT, dan orang yang melakukan itu harus dihukum. Hukumannya, menurut Al-Qur’an, adalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara silang (QS al-Maidah: 33).
Keyakinan umat islam ini memang harus dihargai. Namun sering terjadi bahwa banyak keyakinan dalam hidup tidak ditunjang dengan ulasan rasional. Artinya, keyakinan itu tidak mempunyai dasar rasional sehingga ia menjadi keyakinan buta. Malah jika keyakinan itu ditelaah atau dikritisi dengan akal budi, maka keyakinan itu bisa luntur. Demikian pula halnya dengan keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an adalah asli wahyu Allah. Orang yang memiliki nalar dan mengkritisi Al-Qur’an dengan akal sehat tentu meragukan hal itu dan bisa sampai pada kesimpulan bahwa nabi Muhammad ada di balik Al-Qur’an itu. Dengan kata lain, Al-Qur’an merupakan rekayasa nabi Muhammad.
Bagaimana hal itu bisa dibuktikan? Sebelum sampai pada pembuktian itu, terlebih dahulu harus disatukan pemahaman kita. Pastilah semua kita sepakat bahwa Allah itu adalah Mahabenar, Mahatahu dan Maha Sempurna. Karena itu, haruslah diterima bahwa Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah mestilah tanpa kesalahan, tidak ada kekurangan, harus lengkap dan benar. Apakah Al-Qur'an memenuhi standar itu? Telaah atas Al-Qur’an membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak memenuhi standar tersebut. Berikut ini beberapa contohnya:
1.    Teori geosentris

Al-Qur’an mengatakan bahwa matahari berputar atau beredar pada orbitnya (QS 36: 38, 40; QS 14: 33; QS 21: 33; QS 55: 5; QS 10: 5). Padahal ilmu pengetahuan, yang sudah teruji membuktikan bahwa matahari tetap pada tempatnya, alias tidak beredar atau berputar. Ketika dikonfrontasikan dengan ilmu pengetahuan, maka bisa dikatakan bahwa Al-Qur’an tidak benar atau salah. Nah, bagaimana mungkin Allah yang mahabenar ternyata tidak benar; bagaimana Allah yang mahatahu ternyata tidak tahu; bagaimana mungkin Allah memberikan informasi yang tidak benar? Semua ini menunjukkan Dia tidak sempurna. Jika tetap berpegang pada asumsi dasar bahwa Allah itu mahabenar, mahatahu dan maha sempurna maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an bukan wahyu Allah, tetapi perkataan Muhammad. Keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad mengatakan matahari berputar. Dan memang dulu manusia melihat matahari berputar mengelilingi bumi (teori geosentris); muncul di ufuk Timur dan terbenam di ufuk Barat. Baru pada masa Nicolas Copernikus, yang kemudian didukung Galileo Galilei, terjadi perubahan pandangan: bukan bumi pusat tata surya tetapi matahari. Konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa matahari tinggal tetap, tidak bergerak. Jadi, pernyataan bahwa matahari beredar menurut orbitnya, bukan wahyu Allah tetapi perkataan Muhammad. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa Muhammad.
2.    Proses terbentuknya manusia
Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia terjadi dari campuran tanah dan setetes mani yang ditempatkan dalam rahim (QS 40: 67; QS 35: 11; QS 23: 12 – 14; QS 22: 5). Padahal ilmu pengetahuan, yang sudah teruji membuktikan bahwa manusia terbentuk dari pertemuan sel sperma dan sel ovum yang kemudian menetap dalam rahim. Ketika dikonfrontasikan dengan ilmu pengetahuan, maka bisa dikatakan bahwa Al-Qur’an tidak benar atau salah. Pengetahuan mengatakan bahwa manusia terbentuk dari pertemuan sel sperma dan sel ovum (sama sekali tidak ada unsure tanah). Nah, bagaimana mungkin Allah yang mahabenar dan maha mengetahui salah atau memberikan informasi yang tidak benar? Jika tetap berpegang pada asumsi dasar bahwa Allah itu mahabenar, mahatahu dan maha sempurna, maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an bukan wahyu Allah, tetapi perkataan Muhammad. Keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad mencampur-adukkan informasi kisah Adam dan terjadinya manusia pada umumnya sehingga muncullah campuran tanah dan air mani. Bahan tanah adalah pengetahuan yang didapat Muhammad dari kisah penciptaan Adam, sedangkan air mani adalah pengetahuan yang didapat sehari-hari (setiap kali melakukan hubungan seks, dia selalu mengeluarkan cairan putih kental, yang disebut mani). Selain itu, keterbatasan pengetahuan Muhammad membuat dia mengatakan air mani, padahal ada perbedaan antara air mani dan sel sperma. Memang sel sperma ada di dalam air mani, namun yang membuahi sel ovum bukan air mani tetapi sel sperma. Jadi, pernyataan bahwa manusia terbentuk dari campuran tanah dan setetes mani, bukan wahyu Allah tetapi perkataan Muhammad. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa Muhammad.
3.    Kematian Yesus/Isa Almasih
Al-Qur’an mengatakan bahwa yang mati di kayu salib itu bukan Yesus/Isa Almasih, tetapi orang lain yang mirip dengannya (QS 4: 157). Padahal catatan sejarah, bukan hanya dari orang Kristen tetapi juga orang non Kristen seperti Yahudi dan Romawi, mengatakan bahwa yang mati di kayu salib itu adalah sungguh Yesus. Sejarah mencatat peristiwa penyaliban itu terjadi pada tahun 33 Masehi, sementara tulisan Kristen dan sejarawan Romawi, Siria dan Yahudi yang menyampaikan kisah itu berada dalam abad pertama (antara tahun 50 – 100 Masehi); sedangkan sejarawan Yunani menulis pada tahun 165 Masehi. Semuanya sepakat bahwa yang mati di kayu salib adalah Yesus. Ketika dikonfrontasikan dengan catatan sejarah, maka bisa dikatakan bahwa Al-Qur’an tidak benar atau salah. Nah, bagaimana mungkin Allah yang mahabenar ternyata salah; bagaimana Allah yang mahatahu ternyata tidak tahu; bagaimana mungkin Allah memberikan informasi yang salah? Ini menunjukkan Allah itu tidak sempurna. Jika tetap berpegang pada asumsi dasar bahwa Allah itu mahabenar, mahatahu dan maha sempurna maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an bukan wahyu Allah, tetapi perkataan Muhammad. Mungkin ada pertimbangan Muhammad sehingga ia mengatakan bahwa yang mati itu orang yang diserupakan dengan Yesus. Karena itulah, ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa Muhammad.
4.    Bulan bercahaya
Al-Qur’an mengatakan bahwa bulan bercahaya (QS 10: 5; QS 25: 61). Seolah-olah bulan mempunyai cahaya. Padahal ilmu pengetahuan, yang sudah teruji membuktikan bahwa bulan sama sekali tidak memiliki cahaya. Bulan hanya memantulkan cahaya dari matahari. Inilah yang dilihat manusia dengan mata telanjang. Ketika dikonfrontasikan dengan ilmu pengetahuan, maka bisa dikatakan bahwa Al-Qur’an tidak benar atau salah. Nah, bagaimana mungkin Allah yang mahabenar dan maha mengetahui memberikan informasi yang salah? Jika tetap berpegang pada asumsi dasar bahwa Allah itu mahabenar, maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an bukan wahyu Allah, tetapi perkataan Muhammad. Keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad mengatakan bulan bercahaya. Ini merupakan pengetahuan manusia pada saat itu. Artinya, waktu itu orang memang berpikir bahwa bulan bercahaya. Akan tetapi, dengan kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya terbukti bahwa bulan sama sekali tidak bercahaya. Seharusnya, jika memang benar Allah itu mahabenar dan maha mengetahui, Dia seharus menyampaikan kebenaran bahkan sebelum pengetahuan menemukan kebenaran itu. Jadi, pernyataan bahwa bulan bercahaya bukan wahyu Allah tetapi perkataan Muhammad. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa Muhammad.
5.    Asal hujan
Al-Qur’an mengatakan bahwa hujan turun dari langit (QS 2: 22; QS 14: 32; QS 15: 22; QS 16: 65; QS 23: 18). Padahal ilmu pengetahuan, yang sudah teruji membuktikan bahwa air hujan berasal dari awan. Tanpa awan tak ada hujan. Ketika dikonfrontasikan dengan ilmu pengetahuan, maka bisa dikatakan bahwa Al-Qur’an tidak benar atau salah. Nah, bagaimana mungkin Allah yang mahabenar dan mahatahu ternyata salah dan tidak tahu sehingga memberikan informasi yang tidak benar? Jika tetap berpegang pada asumsi dasar bahwa Allah itu mahabenar, mahatahu dan maha sempurna, maka haruslah dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an bukan wahyu Allah, tetapi perkataan Muhammad. Keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad mengatakan bahwa hujan turun dari langit. Yang menarik, pada bagian lain dari Al-Qur’an dikatakan bahwa hujan turun dari awan (QS 60: 48), sebuah pernyataan yang sejalan dengan ilmu pengetahuan. Jika ini benar dari Allah, bagaimana mungkin Allah itu suka berubah-ubah? Hanya karena keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad lupa sehingga terjadilah informasi yang berbeda sekaligus bertentangan. Jadi, pernyataan bahwa hujan turun dari langit (demikian pula pernyataan hujan turun dari awan) bukan wahyu Allah tetapi perkataan Muhammad. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa Muhammad.
DEMIKIANLAH 5 poin yang membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak memenuhi standar yang mendukung bahwa Allah itu adalah Mahabenar, Mahatahu dan Maha Sempurna. Jika Allah itu adalah Mahabenar, Mahatahu dan Maha Sempurna maka Al-qur’an itu haruslah tanpa kesalahan, tidak ada kekurangan, harus lengkap dan benar. Namun dari uraian di atas akhirnya terbukti bahwa dalam Al-Qur’an ada kesalahan, ada kekurangan atau tidak lengkap. Semua hal ini membuktikan bahwa Al-Qur;an bukan wahyu Allah tetapi rekayasa Muhammad.
Selain 5 poin di atas, kita masih bisa menunjukkan bukti lain. Pertama-tama kita harus sepakat bahwa Allah itu kekal, tidak berubah-ubah, baik dalam sikap, perbuatan, perkataan dan hal lainnya. Hal ini harus terlihat dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, telaah atas Al-Qur’an membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak memenuhi standar tersebut. Berikut ini beberapa contohnya:
a)   Sorga kekal
Dalam banyak surah dikatakan bahwa penghuni sorga itu kekal. Artinya, mereka akan bahagia selamanya. Akan tetapi, Al-Qur’an juga menceritakan bahwa setan, Adam dan Hawa yang sebelumnya berada di sorga diusir keluar. Hal ini membuktikan kekekalan yang dimaksudkan sebelumnya salah. Jika memang benar Al-Qur’an itu berasal dari Allah, maka Allah itu tidak konsisten. Bagaimana mungkin Allah yang maha luar biasa bisa jadi ngawur dalam memberikan informasi. Kesimpulan sederhana adalah Al-Qur’an merupakan hasil rekayasa Muhammad. Informasi tentang kisah Adam dan Hawa didapat dari tradisi Kristen dan Yahudi, namun tidak sepenuhnya didapat sehingga dikatakan bahwa Adam, Hawa dan setan/iblis ada di sorga, lalu kemudian diusir keluar dari sana. Ketika mengatakan Adam, Hawa dan setan diusir dari sorga, Muhammad lupa kalau dia pernah mengatakan bahwa penghuni sorga itu kekal.
b)   Kisah penciptaan
Dalam QS 50: 38 dikatakan bahwa penciptaan berlangsung dalam 6 hari. Namun dalam QS 41: 9 – 12 dikatakan bahwa penciptaan berlangsung dalam 9 hari. Jika memang benar Al-Qur’an itu wahyu Allah, maka Allah itu tidak konsisten. Bagaimana mungkin Allah yang maha sempurna bisa berbeda-beda dalam memberikan informasi. Kesimpulan sederhana adalah Al-Qur’an merupakan hasil rekayasa Muhammad. Keterbatasan manusiawinya membuat Muhammad lupa kalau ia pernah mengatakan kisah penciptaan berlangsung dalam 6 hari, ketika ia mengatakan kisah penciptaan berlangsung dalam 9 hari (atau sebaliknya).
c)   Kata ganti Allah
Setidaknya ada 4 kata ganti untuk Allah, yaitu Kami, Aku, Dia dan Allah. Keempat kata ganti ini tersebar di seluruh Al-Qur’an. Bahkan dalam 2 ayat berurutan bisa terdapat kata ganti yang berbeda. Telaah linguistik atas kata ganti Allah dalam Al-Qur’an ini membuktikan dua hal, yaitu Allah ada dua, atau jika Allah itu satu maka Allah yang satu itu suka berubah-ubah. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa nabi Muhammad ada di baliknya. Keterbatasan manusiawi Muhammad membuat dia terkadang lupa kalau beberapa hari lalu Allah berbicara menggunakan kata ganti Kami, sementara sekarang dipakai kata ganti Dia, dan beberapa hari kemudian Allah menggunakan kata ganti Aku. Karena itu, terlihat jelas kalau Al-Qur’an merupakan rekayasa nabi Muhammad.
MASIH banyak contoh lain yang menunjukkan ketidak-konsistenan dalam Al-Qur’an. Ketidak-konsistenan ini menunjukkan bahwa hal tersebut bukanlah berasal dari Allah. Bagaimana mungkin Allah yang kekal suka berubah-ubah. Bagaimana mungkin hari ini Allah bicara “anu”, besok-besok berubah lagi jadi “ani”, lalu berubah lagi menjadi “ana”, kemudian kembali lagi ke “anu”.. Ketidak-konsistenan ini hanya bisa terjadi pada manusia, karena manusia mempunyai keterbatasan, khususnya dalam hal daya ingat. Karena itu, ketidak-konsistenan dalam Al-Qur’an membuktikan bahwa kitab ini bukan berasal dari Allah, melainkan hasil rekayasa Muhammad.
Selain itu ada beberapa wahyu yang bertujuan untuk membela nabi Muhammad, sehingga ia bisa lepas dari situasi problematik dan dilematik. Artinya, nabi Muhammad pernah menghadapi masalah, yang bisa menjatuhkan pamornya. Sepertinya nabi sudah kehilangan akal untuk mencari solusi. Maka, “diciptakanlah” wahyu, yang dikatakan dari Allah, dimana wahyu ini bertujuan untuk membela Muhammad sekaligus membantunya keluar dari permasalahan yang dihadapi. Misalnya, ketika Muhammad menghadapi masalah hendak menikahi Zainab, yang adalah menantunya sendiri. Muhammad, ketika melihat aurat Zainab, langsung tinggi syahwatnya. Mau langsung menyalurkan, tak bisa karena jatuh dalam dosa perzinahan. Mau menikahinya juga tak etis, karena Zainab adalah menantunya. Menghadapi situasi pelik ini, “diturunkanlah” wahyu Allah (QS al-Ahzab: 36 – 40) sehingga Muhammad bisa menikahi Zainab dan menyalurkan gairah seksualnya tanpa menimbulkan gejolak di tengah umat. Contoh lain adalah ketika Muhammad menghadapi kasus perselingkuhannya dengan Mariah Kuptiah, yang adalah budaknya. Tentu orang akan bertanya, bagaimana mungkin sang nabi yang sudah punya istri banyak masih juga selingkuh. Untuk meredam gejolak ini, “diciptakanlah” wahyu Allah (QS at-Tahrim: 1 – 3) sehingga Muhammad terbebas dari masalah. Kita bisa menambah beberapa contoh wahyu Allah yang terkesan “diciptakan” untuk membantu Muhammad keluar dari masalah. Dari wahyu-wahyu tersebut terlihat bahwa semua itu hanyalah rekayasa Muhammad agar dia terbebas dari masalah dan tidak menimbulkan gejolak di tengah umat.
Semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa Al-Qur’an bukanlah wahyu Allah. Jika bukan wahyu Allah, maka siapa yang berperan di balik wahyu-wahyu itu. Manusia ini tak lain adalah Muhammad. Nabi Muhammad-lah yang menciptakan wahyu-wahyu yang ada dalam Al-Qur’an, dan kemudian dikatakan bahwa Allah-lah yang bersabda.
Menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa umat islam, baik yang dulu maupun sekarang tetap yakin bahwa Al-Qur’an adalah sungguh wahyu Allah. Pertama-tama harus dipahami bahwa umat islam, baik yang dulu maupun sekarang sudah meyakini bahwa Muhammad adalah nabi dan teladan tingkah laku yang sempurna. Keyakinan ini membuat umat islam percaya 100% pada apa saja yang dikatakan oleh Muhammad. Dan ini juga yang menjadi ciri umat islam, yaitu percaya karena sudah dikatakan demikian. Tidak ada penalaran dengan akal budi atau tinjauan kritis. Misalnya, umat islam percaya kalau Hj. Irene itu seorang kristolog, karena demikianlah yang dikatakan Irene.
Umat islam dulu percaya Muhammad sebagai nabi, bukan saja lantaran Muhammad mengatakan demikian tetapi juga karena mereka tidak punya nabi. Orang Yahudi dan Kristen dulu menolak kenabian Muhammad karena Muhammad tidak memenuhi standar kenabian yang sudah ada dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Karena menolak kenabian Muhammad, mereka juga menolak wartanya (Al-Qur’an). Orang Yahudi dan Kristen dulu sudah yakin kalau wahyu-wahyu yang diperkenalkan Muhammad hanyalah karangan Muhammad. Mereka sudah punya standar. Misalnya soal kisah penciptaan, Adam dan Hawa, Musa, Abraham, Nuh, dll, yang banyak perbedaannya dengan warta Muhammad. Sementara orang Arab dulu, yang umumnya buta huruf, tidak tahu soal kisah-kisah tersebut, menerima saja apa yang dikatakan oleh Muhammad. Dasarnya, karena mereka sudah menerimanya sebagai nabi. Dan mereka juga percaya ketika Muhammad mengatakan bahwa kisah mereka-lah yang benar sedangkan kisah orang Yahudi dan Kristen palsu. Mungkin di baliknya ada semangat membangun rasa bangga sebagai orang Arab.
Umat islam sekarang percaya Muhammad sebagai nabi dan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah karena sejak kecil sudah ditanamkan demikian oleh orangtua. Sejak balita, sudah ditanamkan bahwa Muhammad adalah nabi yang agung, teladan luhur, mulia, dan sebagainya. Karena itu, ketika ada suara yang menampilkan kejelekan Muhammad, spontan mereka menolak dan mengatakan hal itu tidak benar (sekalipun sungguh benar). Demikian pula dengan Al-Qur’an. Sejak balita sudah ditanamkan bahwa Al-Qur’an itu sungguh wahyu Allah secara langsung. Umat islam harus menaruh hormat. Tidak boleh mengkritisinya, karena hal itu melecehkan atau menghina Allah. Indoktrinasi ini benar-benar berhasil sehingga jarang ada umat islam yang berusaha untuk menalari atau mempertanyakan Al-Qur’an.
Setelah pengindoktrinasian itu, umat islam yang dulu dan sekarang, dicekoki dengan ancaman sanksi bila berusaha mempertanyakan atau meragukan kenabian Muhammad dan keaslian Al-Qur’an. Artinya, setelah umat islam “terikat” oleh keyakinan-keyakinan tadi, mereka dihadapkan pada ancaman bila meragukan keyakinan tersebut. Sanksinya tak tanggung-tanggung, yaitu nyawa melayang. Umat islam sekarang, sejak kecil sudah ditanamkan dalam otaknya kalau berusaha mempertanyakan kenabian Muhammad atau meragukan keaslian Al-Qur’an mereka bisa dibunuh. Umat islam diancam, kalau meninggalkan iman islamnya, mereka akan dibunuh. Ketakutan-ketakutan inilah yang akhirnya membuat umat islam, baik dulu maupun sekarang, tidak berani mengutak-atik Muhammad dan Al-Qur’an. Mereka tetap yakin bahwa Al-Qur’an adalah sungguh wahyu Allah, bukan rekayasa Muhammad.
Sungguh malang!!!
Lingga, 01 Sept 2020
by: adrian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar