Senin, 12 Agustus 2019

JANGAN MENGAKU BERIMAN JIKA MASIH SUKA MEMAKSAKAN KEHENDAK


Blog budak-bangka 5 tahun lalu, persisnya 12 Agustus 2014, menampilkan sebuah tulisan dengan judul “Beriman Sesuai Kehendak Allah”. Dalam blog itu tulisan tersebut masuk dalam kategori pencerahan. Tampak jelas kalau tulisan tersebut hendak memberi pencerahan kepada para pembaca terkait dengan iman. Dengan kata lain, tulisan 5 tahun lalu itu menjadi semacam cermin bagi pembaca untuk melihat bagaimana sikapnya dalam beriman.
Iman biasanya diidentikkan dengan agama. Orang beriman adalh juga orang beragama (apapun agamanya). Akan tetapi, tidak setiap orang beragama itu otomatis beriman. Ada banyak kita temukan dalam kehidupan ini orang yang mengaku punya agama, akan tetapi tidak memiliki iman. Atau seandainya pun mengaku beriman, iman itu hanya sebatas ungkapan bibir saja atau dalam budi.
Tulisan lima tahun lalu ini hendak membuka wawasan pembaca, apapun agamanya, bahwa beriman itu tidak harus mengikuti selera pribadi. Pusat iman itu adalah Allah (karena itu, seorang ateis tak bisa dikatakan beriman). Penulis Surat kepada Orang Ibrani mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapankan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11: 1).
Dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan sederhana sehingga pembaca mana pun dapat dengan mudah membaca dan menikmatinya. Di samping itu, pembaca tak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk membaca tulisan tersebut, karena tulisannya terbilang singkat, padat dan bernas. Penulis tidak mengurai gagasan ulang dengan bertele-tele. Lebih lanjut mengenai isi tulisan tersebut, langsung saja klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar