Senin, 08 Oktober 2018

MENJADI AYAH KRISTIANI


Setelah menikah, seorang pria langsung mendapat status suami. Selain itu, dia juga bakal mendapat status lain, yaitu sebagai ayah. Ini terjadi ketika dikaruniai anak, baik secara natural (hamil dan melahirkan) maupun secara non natural (adopsi). Sangat jelas bahwa status sebagai ayah berbeda dengan status sebagai suami, meski kedua status tersebut sering tak terpisahkan. Seorang ayah adalah sekaligus juga seorang suami, meski tidak selamanya seorang suami adalah juga seorang ayah.
Orang kristiani dipanggil untuk menghayati nilai-nilai kristiani. Demikian pula terkait status sebagai ayah. Seorang suami dipanggil untuk menghayati panggilan sebagai ayah kristiani. Di sini kita dibantu dengan bercermin pada teladan Santo Yosef, suami Bunda Maria, yang dapat digali dalam Matius 1: 24 – 25 dan Lukas 2: 1 – 6. Sangat dianjurkan agar kedua teks tersebut dibaca terlebih dahulu.
Matius 1: 24 – 25 menampilkan tiga teladan St. Yosef sebagai ayah kristiani. (1) Menghindari hal negatif di saat isteri sedang hamil. Hal negatif ini bisa fisik, seperti merokok di hadapan isteri, atau non fisik, seperti marah-marah. (2) Mendengarkan dan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Hal ini dapat diterapkan sebagai berikut: apa yang baik dan berguna bagi kehidupan isteri dan keutuhan keluarga, tak peduli dari mana sumbernya, harus diterapkan dalam kehidupan. (3) Menghormati pasangan. Hormat pada pasangan, terlebih di saat hamil, dapat dilakukan seperti meringankan tugas isteri (mencuci, membuat kopi, dll), memberi perhatian dan kasih sayang, dll.
Lukas 2: 1 – 6 menampilkan tiga teladan St. Yosef sebagai ayah kristiani. (1) Selalu ada bersama. Di saat hamil bahkan hingga kelahiran, sangat diharapkan seorang suami selalu ada bersama dengan istri dan anaknya. Setiap masalah harus dihadapi bersama. (2) Setia menjaga dan melayani. Kesetiaan ini dituntut baik di saat isteri hamil maupun sudah melahirkan. Seorang calon ayah harus menjaga janin dalam rahim isterinya dengan menjauhkan kebiasaan buruk, dan menanamkan kebiasaan baik seperti melayani isteri. (3) Mendahulukan pasangan. Ketika isteri hamil, seorang calon ayah hendaknya lebih mengutamakan isterinya ketimbang dirinya sendiri.
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar