Beberapa
jam sebelum meninggalkan Bangladesh untuk kembali ke Vatikan pada 2 Desember,
Paus Fransiskus mengajak sekitar 10.000 orang muda untuk lebih memberi
perhatian kepada orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Berbicara di
depan sekelompok mahasiswa kristen dan muslim di Universitas Notre Dame di
Dhaka, Paus Fransiskus memperingatkan bahaya “budaya yang membuat janji-janji
palsu.”
Dia
mengatakan sikap seperti itu hanya bisa mengarah pada “keterpusatan diri yang
memenuhi hati dengan kegelapan dan kepahitan.” Pernyataan tersebut diserukan
Paus Fransiskus sehari setelah dia bertemu dengan 16 pengungsi Rohingya yang
melarikan diri dari penganiayaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Para
pengungsi tersebut, termasuk seorang anak dan dua orang muda, mengatakan kepada
UCANNEWS dalam sebuah wawancara bahwa Paus Fransiskus berjanji untuk membantu
menceritakan kisah Rohingya kepada dunia.
“Jangan
menghabiskan sepanjang hari bermain dengan telepon genggam Anda dan mengabaikan
dunia di sekitar Anda,” demikian seruan Paus Fransiskus kepada orang-orang muda
beberapa jam sebelum dia terbang kembali ke Vatikan.
“Sungguh
menyedihkan ketika kita mulai menutup diri di dunia kecil kita dan melihat
batin sendiri .... dan kita menjadi terjebak, tertutup sendiri,” katanya pada
akhir perjalanan enam hari ke Myanmar dan Bangladdesh. Tema yang terus diulang
dalam pernyataannya di Bangladesh, Paus Fransiskus mengulangi lagi ajakan
tentang dialog dan harmoni.
“Saya
senang bahwa, bersama dengan umat katolik, kami juga memiliki banyak teman anak
muda muslim dan orang-orang dari latar belakang agama lainnya,” ujarnya di
acara universitas Notre Dame. Paus Fransiskus memuji apa yang dia katakan
sebagai tekad kaum muda negeri ini “untuk menumbuhkan lingkungan harmoni,
merangkul orang lain, terlepas dari perbedaan agama Anda.”
Paus
mengatakan bahwa dia selalu menemukan “sesuatu yang unik” tentang orang muda,
terutama dalam antusianisme mereka, dan menambahkan bahwa hal itu membuat dia
merasa menjadi muda kembali.
Paus
mengaitkan”antusiasme muda” dengan semangat petualangan yang menurutnya membuat
generasi baru “selalu siap bergeraak maju” dan mengambil resiko.
“Saya
mendiring Anda untuk terus bergerak dengan antusiasme ini di saat-saat
menyenangkan dan masa-masa sulit,” Paus Fransiskus. Dia mengingatkan para
pendengarnya agar memastikan untuk memilih jalan yang benar dengan tidak
“berkeliaran tanpa tujuan” dalam perjalanan mereka.
“Hidup
bukan tanpa arah, (dan) kita memiliki tujuan yang diberikan kepada kita oleh
Tuhan,” ujarnya. “Dia membimbing dan mengarahkan kita dengan anugerahnya,”
tambah Paus Fransiskus.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa seolah-olah Tuhan menempatkan setiap perangkat
lunak komputer yang membantu kita “untuk membedakan program ilahi-Nya.” Dia
mengatakan setiap individu memiliki kebebasan untuk menanggapi rancangan Tuhan,
“Tapi seperti semua perangkat lunak, juga perlu terus diperbaharui.”
“Terus
perbaharui program Anda dengan mendengarkan Tuhan,” katanya, menambahkan bahwa
“kebijaksanaan Tuhan” membantu orang untuk mengetahui bagaimana menerima orang
lain.
Dia
mengatakan hikmat Tuhan “membantu kita melihat melampaui diri kita untuk
melihat kebaikan dalam warisan budaya kita.” Dia mencatat budaya Bangladesh dan
Asia untuk menghormati orangtua yang “membawa serta kenangan dan kebijaksanaan
pengalaman, yang membantu kita menghindari pengulangan kesalahan masa lalu.”
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa orangtua memiliki “karisma untuk menjembatani
kesenjangan” dan memastikan bahwa nilai penting diturunkan ke gerenari
berikutnya.
Sesaat
sebelum perpisahan, Paus Fransiskus mencatat bahwa ketika sebuah bangsa, agama
atau masyarakat “berubah menjadi ‘dunia kecil’, mereka kehilangan yang terbaik
yang mereka moilik dan terjun ke dalam mentalitas cinta diri.”
Dia
mengingatkan orang muda bahwa hikkmat Tuhan “membuka kita kepada orang lain”
dan “membantu kita untuk melihat melampaui kenyamanan prinadi kita dan
kenyamanan palsu.”
sumber: UCAN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar