Sabtu, 03 September 2016

APAKAH YESUS ITU ALLAH ATAU ANAK ALLAH?

Seseorang pernah mengajukan pertanyaan apakah Yesus itu Allah atau Anak Allah. Dalam pertanyaan ini terkandung kebingungan untuk melihat pribadi Yesus. Allah dan Anak Allah merupakan dua entitas yang berbeda dan terpisah. Ada pemahaman, kalau Yesus itu Allah, bagaimana mungkin Dia adalah Anak Allah. Demikian pula sebaliknya.
Pertama-tama harus dibedakan penulisan kata “Anak” dalam frase Anak Allah. Ada perbedaan antara Anak (huruf A kapital) Allah dengan anak Allah (huruf a kecil). Anak Allah (dengan huruf A kapital) hanya ditujukan kepada Yesus, sedangkan yang huruf kecil ditujukan kepada umat manusia (bdk. Mat 5: 9).
Pertanyaan di atas muncul mungkin dilatar-belakangi informasi yang diterima. Ada informasi yang mengatakan bahwa Yesus itu Allah. Sudah lazim diketahui bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Hal ini dikenal dengan istilah inkarnasi. Akan tetapi ada juga informasi yang bilang bahwa Yesus itu Anak Allah, misalnya pernyataan iblis ketika mencobai Yesus (Mat 4: 1 – 11) atau pengakuan kepala pasukan (Mrk 15: 39). Terhadap dua informasi inilah kemudian muncul kebingungan sehingga memunculkan pertanyaan tersebut.
Perlu diketahui bahwa dua informasi itu benar. Yesus adalah Allah; dan Yesus adalah Anak Allah. Tentulah hal ini tidak langsung menyelesaikan persoalan. Jawaban ini masih menyisahkan kebingungan. Bagaimana menjelaskan bahwa Yesus itu Allah dan juga Anak Allah?
Sebelum saya menjelaskannya, saya mau memberikan satu fondasi berpikir kita. Agama Katolik kaya akan misteri. Jeremy Tailor pernah berkata, “Agama yang tanpa misteri adalah agama tanpa Allah.” Misteri ini menyangkut iman. Mgr Suharyo mengatakan, “Kalau semuanya jelas, itu pasti bukan Allah dan bukan iman.” Secara sederhana, misteri membuat kita tidak dapat memahami segala sesuatu terkait Yang Ilahi, namun kita percaya. Lebih lanjut tentang agama dan misteri ini baca di sini.
Jadi, Allah dan Anak Allah merupakan misteri iman. Otak atau akal budi manusia tidak dapat menangkap segala-galanya, karena akal budi manusia terbatas. Yang Ilahi itu mahakuasa, maha agung dan maha lainnya.
Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa Yesus adalah Allah dan Anak Allah. Keallahan Yesus itu dapat dibaca dalam prolog Injil Yohanes (Yoh 1: 1, 14). Kita mengenal bahwa Yesus adalah Sabda Allah, dan Sabda itu adalah Allah. Karena itulah, dalam Syahadat Para Rasul dikatakan bahwa Yesus itu sehakikat dengan Allah (Bapa). Harus dipahami bahwa keallahan Yesus sudah ada sejak awal, bukan ketika kebangkitan-Nya. Jadi, selama hidup-Nya, Yesus menampilkan wajah Allah; Allah beserta kita (Immanuel). Dia adalah Allah sekaligus manusia.
Bagaimana dengan Anak Allah? Yohanes 1: 14 mengatakan Sabda sudah menjadi manusia. Itulah peristiwa natal. Itulah Yesus. Jadi, Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Ireneus dari Lyon, seorang Bapa Gereja abad II, pernah berkata bahwa Allah menjadi manusia agar manusia menjadi seperti Allah. Di sini terlihat salah satu peran Yesus adalah memperkenankan Allah.
Sudah dikatakan bahwa Yesus itu adalah Allah. Memperkenalkan Allah kepada umat berarti sama artinya memperkenalkan diri-Nya sendiri. Padahal konsep umat waktu ini (dan juga sekarang) Allah itu ada “di atas”, terpisah dari manusia. Jadi, agak “aneh” memperkenalkan Allah dalam diri Yesus sendiri, karena konsep itu belum dipahami oleh umat. Karena itu, Yesus membuat pembedaan. Konsekuensi pembedaan adalah adanya kesan pemisahan. Maka ketika menyebut Allah, Yesus menyapa-Nya: Bapa, sementara Yesus memposisikan diri-Nya sebagai Anak Allah.
Di sini terlihat bahwa adanya pembedaan membuat orang berpikir adanya juga pemisahan secara real. Padahal sekalipun berbeda (Anak Allah dan Allah), sebenarnya tidak terjadi pemisahan. Kedua entitas itu sama-sama merujuk kepada pribadi yang sama, yaitu Yesus.
Dengan memposisikan diri sebagai Anak Allah, Yesus sekaligus juga memberikan teladan kepada umat, yang adalah anak-anak Allah. Umat dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dalam relasi mereka dengan Allah ketika melihat Yesus. Jadi, sama seperti Yesus yang taat kepada kehendak Allah, hendaknya juga manusia, yang adalah anak-anak Allah, harus taat.
Batam, 18 Agustus 2016
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar