ABAIKAN ORANGTUA,
TINDAKAN SESAT DAN SAKIT
Paus
Fransiskus mengecam masyarakat modern yang sering mencampakkan orangtua dan
manusia lanjut usia (lansia). Menurut Bapa Suci, peradaban yang memandang
orangtua dan lansia hanya sebagai beban adalah ‘sesat’ dan sakit.
“Dosa
beratlah orang yang mencampakkan orangtua dan para lansia. Lansia bukanlah
makhluk aneh. Mereka bukan alien. Kita ada karena mereka. Dalam waktu singkat
atau lama kita secara pasti ada karena mereka, meskipun di mata kita mereka tak
berguna lagi,” kata Paus dalam audensi umum di Lapangan Santo Petrus awal Maret
lalu.
“Sebuah
masyarakat di mana lansia disingkirkan akan menyebarkan virus kematian,”
katanya. “Jika kita tidak belajar memperhatikan serta menghormati orangtua dan
lansia, niscaya suatu saat nanti kita akan diperlakukan dengan cara yang sama,”
Bapa Suci mengingatkan.
Paus
berusia 78 tahun mengisahkan ketika beberapa tahun lalu, di suatu bulan
Agustus, ia mengunjungi panti jompo sewaktu masih sebagai Uskup Agung Bueros
Aires, Argentina. Bapa Suci ingat betul, selama kunjungan itu ia berhenti di
depan salah seorang wanita lansia dan bertanya bagaimana anak-anaknya
memperlakukan dia.
Wanita
lansia itu bingung untuk menjawab ketika Paus Fransiskus bertanya kapan mereka
terakhir datang menemuinya. Wanita itu menjawab bahwa terakhir kali
anak-anaknya datang saat Natal. Setelah itu hingga bulan Agustus mereka belum
datang. “Bayangkan! Delapan bulan tanpa kunjungan dari anak-anaknya – ini dosa
berat,” Paus menceritakan.
“Ini
semua terjadi karena masyarakat modern diracuni budaya konsumtif. Budaya yang
menganggap orangtua dan lansia sebagai beban berat karena tidak berguna,” Bapa
Suci menjelaskan. Di zaman ini, menurut Paus, banyak orangtua dan lansia hidup
dalam ketakutan, tak berdaya dan ditinggalkan. “Mari kita sama-sama menyadari
bahwa masyarakat tanpa kepedulian adalah masyarakat yang sesat,” ungkap Paus.
Paus
mengamati pada zaman sekarang orang cenderung berumur panjang berkat kemajuan
di bidang kedokteran, tapi ia mengingatkan bahwa suasana hati manusia belum
tentu memperpanjang umur manusia. “Seringkali masyarakat kita tidak memberikan
ruang bagi lansia, tapi bahkan mengangap mereka beban,” katanya.
Karena
kerentanan dan kebutuhan khusus mereka, terutama mereka yang sakit atau
sendirian, para lansia membutuhkan perhatian dan perawatan. “Mereka bukan
beban. Sebaliknya, mereka justru adalah ‘gudang kebijaksanaan’ seperti yang
disebut dalam Alkitab,” kata Paus, dan menunjuk bagaimana tradisi Gereja selalu
menempatkan nilai besar pada lansia dan mendapat perhatian khusus selama sisa
hidup mereka. “Untuk itu mentalitas acuh tak acuh dan bahkan menghina lansia
tidak dapat ditoleransi,” Paus menegaskan.
Paus
Fransiskus mendorong umat yang hadir dalam audensi untuk mengingat dengan baik
bahwa “manakala lansia tidak dihormati, orang muda tidak memiliki masa depan”.
Paus mendorong agar ada solidaritas besar antara generasi.
Ini
bukan kali pertama Paus Fransiskus mengingatkan pentingnya menghormati orangtua
dan lansia. Di bulan Oktober 2014 lalu, misalnya, Bapa Suci juga menyayangkan
perbuatan masyarakat yang telah ‘membuang’ kakek-neneknya di panti-panti jompo.
Paus menyebut ini sebagai euthanasia tersembunyi.
Paus
menekankan pentingnya merawat lansia dengan benar dan memperingatkan bahwa
budaya ‘membuang’ lansia di panti jompo merupakan budaya ‘beracun’. “Jangan
membuang orangtua di rumah perawatan,” katanya.
Paus
mengatakan bahwa para lansia mungkin akan menderita dan kesepian di panti
jompo. “Berapa kali kita membuang orangtua dan lansia dengan sikap yang mirip
dengan bentuk tersembunyi euthanasia,” Paus menambahkan.
Paus
mengakui bahwa panti jompo diperlukan bagi lansia yang sudah tidak memiliki
keluarga. Sejalan dengan itu, Paus Fransiskus menghimbau agar panti jompo harus
benar-benar menjadi rumah bagi para lansia, bukan penjara. Pihak panti jompo
harus melayani dengan baik kepentingan dan kebutuhan para lansia. “Jangan
pernah ada orangtua dan lansia yang dilupakan, disembunyikan atau diabaikan,”
katanya.
Paus
Fransiskus menggambarkan usia tua sebagai waktu yang penuh rahmat. Dari
merekalah sumber segala kebijaksanaan. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar
mereka diperlakukan dengan baik supaya kebijaksanaan tersebut dapat diwariskan
ke genarasi berikutnya. “Berbahagialah keluarga yang memiliki kakek-nenek di
dekatnya,” ungkap Bapa Suci.
Paus
Fransiskus sendiri sangat menghormati orangtua dan neneknya. Semasa kecil ia
tinggal bersama nenek. Sekarang pun ia selalu menaruh hormat kepada orang yang
lebih tua ia memberikan tempat istimewa bagi pendahulunya, Paus Emeritus
Benediktus XVI di Vatikan. Dalam beberapa kesempatan ia mengunjungi Paus asal
Jerman itu serta mengekspresikan kekagumannya terhadap pendahulunya itu dengan
mengatakan bahwa ia sangat senang dapat memilikinya di Vatikan. “Seperti
memiliki kakek tua yang bijak di rumah,” kata Paus Fransiskus.
Paus
Fransiskus juga mengakui bahwa ia terus meminta nasehat dari Paus Benediktus.
Dalam perjalanan kembali dari kunjungannya di Korea Selatan, pada Agustus lalu,
Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan, “Kami memperhatikan satu sama lain.
Saya menemuinya sebelum perjalanan ini. Dia menulis kepada saya dua minggu lalu
menanyakan pendapat saya tentang tulisannya. Dia selalu mendorong dan
menyemangati saya,” kata Paus Fransiskus.
diambil
dari Chatolic Life
Tidak ada komentar:
Posting Komentar