SANTO PETRUS DARI VERONA, MARTIR
Petrus
lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah
katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk
dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang Mahabaik. Bumi dan segala
isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan ALLAH.
Ajaran
Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman katolik yang diperoleh
Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul
(Credo) yang antara lain berbunyi, “Aku
percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.” Ajaran iman
katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada keluarganya ia berkata, “Pengetahuanku
tentang rahasia-rahasia iman katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku
akan kebenaran-kebanaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih
merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka.”
Setelah
menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Di sana ia menerima pakaian
biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup
membiara, ia ditahbiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkotbah
di seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini
menimbulkan kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran
sesat itu menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu.
Tanpa
menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam
kotbah-kotbahnya, para pembesar masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman
itu, Petrus tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkotbah dan terus
berdoa meminta kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana
telah diteladankan Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia,
termasuk dirinya. Ia selalu berkata, “Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas
diriku sesuai rencana mereka. Aku tetap bergembira dan bersemangat karena
dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang.”
Doa-doanya
untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang
Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru
kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah
peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk
biara Dominikan.
sumber: Iman Katolik
Baca
juga riwayat orang kudus 29 April:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar