Renungan
Hari Selasa Biasa XIX, Thn B/I
Bac
I Ul 31: 1 – 8; Injil Mat 18: 1 – 5, 10, 12 – 14;
Sabda Tuhan hari ini memiliki tema tentang kepemimpinan yang rendah hati. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Ulangan, kerendahan hati seorang pemimpin terlihat pada sosok Nabi Musa. Sekalipun dia sudah berkarya cukup lama membawa Bangsa Israel keluar dari Mesir, namun ia tidak dapat menikmati indahnya tanah terjanji yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. Musa tahu diri. Karena itu, dengan rendah hati Musa menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Yosua (ay. 7 – 8). Musa tidak menunjukkan ambisi yang berlebihan untuk mempertahankan kekuasaan hingga waktunya.
Sikap tidak berambisi yang
berlebihan ditunjukkan Yesus dalam Injil lewat sosok anak kecil. Injil
menceritakan perdebatan di antara para murid mengenai siapa yang terbesar.
Tuhan Yesus mengambil sosok anak kecil dalam pelajaran, sekaligus menjawab
perdebatan para murid. Bagi Tuhan Yesus, anak kecil adalah simbol kerendahan
hati dan sikap tidak berambisi banyak. Karena itu, siapa yang ingin menjadi
besar, ia harus “menjadi seperti anak kecil.” (ay. 3). Di sini Tuhan Yesus hendak mengajari para murid, jika ingin menjadi pemimpin, mereka harus bersikap rendah hati.
Dewasa kini jamak kita
jumpai orang yang begitu serakah dengan jabatan. Tak puas hanya satu, orang
mencari jabatan lain lagi. Di mata banyak orang, tak terkecuali pada imam,
jabatan adalah kekuasaan, karena darinya ia akan mendapat privilese, uang dan
lainnya. Karena itu, orang akan berusaha untuk mempertahankan jabatan itu. Hari
ini, secara umum, sabda Tuhan menghendaki kita untuk bersikap rendah hati satu
sama lain. Salah satu wujud sikap rendah hati adalah mau mendahulukan orang
lain atau kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Sikap rendah hati, khusus
para pemimpin, dapat dilihat dari sikap tidak serakah akan jabatan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar