SANTO YOHANES BAPTISTA ROSSI, PENGAKU IMAN
Yohanes bukanlah seorang pembina
tarekat religius, atau pembaharu tata tertib Gerejawi, atau pun seorang
biarawan. Beliau adalah seorang imam diosesan. Hidupnya sederhana, namun penuh
kasih sayang kepada umatnya. Ia setia mendampingi umatnya yang berada dalam
berbagai kesulitan. Di tempat pengakuan, ia dengan penuh kasih memberkati
setiap peniten yang datang memohon pengampunan Allah atas dosa-dosanya.
Yohanes Baptista di Rossi lahir
di Vortiaggio, dekat Genoa, Italia, pada tahun 1698. Keinginannya untuk menjadi
imam sudah bergejolak dalam batinnya semenjak ia menamatkan studinya di sekolah
dasar. Oleh pamannya, Laurensius Rossi, seorang Kanonik di Roma, ia dipanggil
ke kota abadi itu untuk melanjutkan studinya. Pada usia 23 tahun, yakni pada
tahun 1721, dia ditahbiskan menjadi imam. Tak lama kemudian ia diangkat menjadi
imam kanonik di Gereja, anggota Dewan Imam yang disebut Kapitel. Ia bertugas
merayakan upacara-upacara liturgi secara meriah dan mulia, serta bersama-sama
mendoakan doa offisi suci setiap hari.
Yohanes memulai karya
imamatnya dengan melayani orang-orang miskin dan sakit di Roma. Ia juga
berkarya di antara orang-orang tak berumah. Untuk itu ia mendirikan sebuah
rumah penginapan di bawah perlindungan Santo Aloysius Gonzaga, karena
kesibukan-kesibukannya melayani umat yang sedemikian banyak datang untuk
mengakukan dosanya, Bapa Paus Klemens XII (1730 – 1740) dan Paus Benediktus XIV
(1740 – 1758) membebaskan dia dari kewajiban mendoakan offisi suci agar dia
dapat memusatkan perhatiannya hanya untuk menerima pengakuan dosa umat dan memberi
bimbingan rohani. Atas permohonan Paus Benediktus, Yohanes memulai satu kurban
bimbingan untuk para pegawai penjara dan pegawai pemerintah lainnya. Ia juga
terkenal sebagai seorang imam pengkotbah yang disenangi oleh umat.
Selama 25 tahun Yohanes
bekerja menolong jiwa-jiwa dan menghantar mereka kembali ke pangkuan Yesus. Ia meninggal
dunia pada 23 Mei 1764. Ia digelari ‘kudus’ pada tahun 1881.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 23 Mei:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar