GREGORIUS NAZIANZE, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Keluarga Gregorius adalah keluarga yang saleh dan diberkati
oleh Tuhan. Ibunya beserta kedua adiknya: Gorgonia dan Caesarius, juga diakui
Gereja sebagai orang kudus.
Gregorius menjalani pendidikannya di Nazianze, kemudian
berturut-turut ia belajar di Kaesarea – Kapadokia, Kaesarea – Palestina,
Aleksandria dan Athena. Di Athena ia bertemu dengan Basilius, teman kelasnya. Keduanya
bersahabat. Bersama Basilius, Gregorius mengasingkan diri di sebuah pertapaan
di Pontus. Tetapi kemudian karena desakan dari ayahnya, Gregorius kembali ke
daerah asalnya. Di sana ia ditahbiskan menjadi imam dan kemudian ditahbiskan menjadi
uskup. Ketika berumur 50 tahun, ia diangkat menjadi Uskup Agung Konstantinopel.
Di Konstantinopel ia menyaksikan keadaan hidup iman umat yang menyedihkan
karena terpengaruh ajaran sesat Arianisme yang sudah menyebar luas. Tempat ibadat
pun tidak ada.
Gregorius memulai karyanya sebagai uskup dengan membangun
sebuah gereja darurat. Gereja ini disebutnya “anastasis” yang berarti
kebangkitan. Kaum arian yang menentangnya dihadapinya dengan tenang dan sabar. Kepada
umat ia selalu berkata, “Kita harus menghadapi mereka (kaum arian) dengan budi
bahasa yang manis dan kesabaran yang tinggi agar bisa mengalahkan mereka.”
Ia banyak menulis dan mengajar di kota-kota yang menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, untuk membela ajaran iman yang benar. Pertentangan
dengan kaum arian terus meruncing, terlebih-lebih karena semakin banyak umat
yang kembali ke ajaran iman yang benar karena pengaruh Gregorius. Kaum arian
berusaha membunuhnya dengan menyuruh seorang pemuda. Namun usaha ini gagal
pemuda tangguh itu seketika berubah hatinya tatkala berdiri di hadapan Gregorius
yang saleh itu. Ia berlutut dan mengakui niat jahatnya.
Gregorius lebih suka hidup menyendiri dalam kesunyian
pertapaan daripada hidup di tengah keramaian kota dengan segala masalahnya. Oleh karena itu, tak berapa lama setelah ayahnya meninggal, ia kembali ke Nazianze
untuk menggantikan ayahnya. Di sana ia mengajar dan banyak menulis buku-buku
pengajaran iman dan pembelaan agama. Semua tulisannya itu merupakan warisan
berharga bagi Gereja. Dari tulisan-tulisannya kita mengetahui bahwa Gregorius
adalah seorang teolog dan filsuf yang arif.
Gregorius meninggal dunia pada tahun 390. Oleh Gereja beliau
digelari kudus dan dihormati sebagai Pujangga Gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar