Renungan Hari Selasa
Biasa XXXI, Thn A/II
Bac I Flp 2: 5 – 11; Injil Luk 14: 15 – 24;
Injil hari ini merupakan kelanjutan dari Injil kemarin,
dimana Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran tentang mengundang orang ke pesta. Menanggapi
pengajaran Yesus, seseorang berkata bahwa berbahagialah orang yang dijamu dalam
Kerajaan Allah. Akan tetapi Tuhan Yesus mengemukakan pendapat yang berbeda. Tuhan
Yesus mengungkapkan bahwa mereka yang sudah diundang, tapi tidak mau datang. Justru
mereka yang tidak diundang yang menikmati perjamuan pesta. Mereka inilah yang
layak disebut berbahagia. Dan mereka yang menikmati hidangan pesta adalah
mereka yang miskin, cacat, buta dan lumpuh, sementara orang-orang yang diundang
tidak menikmatinya. Di sini mau dikatakan bahwa kesombongan telah menghalangi
orang untuk menikmati jamuan Tuhan.
Apa yang disampaikan Yesus dalam Injil, kembali ditekankan Paulus
dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengajak
umat untuk tidak sombong, tetapi membangun sikap rendah hati. Untuk membenarkan
ajarannya ini Paulus mengambil contoh pada sosok Tuhan Yesus. Bagi Paulus Tuhan
Yesus, yang sekalipun memiliki kesetaraan dengan Allah, tapi tidak mau
menyombongkan diri. Malahan Tuhan Yesus mengosongkan diri dan mengambil rupa
seperti manusia. karena kerendahan hati Tuhan Yesus inilah, maka Allah meninggikan
Dia, sama seperti Tuan Pesta yang “meninggikan” kaum miskin, cacat, buta dan
lumpuh.
Pengajaran Tuhan Yesus memang ditujukan kepada umat Israel,
karena kepada mereka terutama undangan Allah ditujukan. Akan tetapi, mereka
menolaknya, sehingga undangan Allah diarahkan kepada orang lain. Saat ini
undangan Allah itu ditujukan kepada kita, umat Kristen. Menjadi persoalan,
apakah kita sudah menanggapi undangan Tuhan ini, atau kita memiliki kesibuan
lain sebagai bentuk halus menolaknya? Jangan sampai hidangan keselamatan yang
disiapkan Allah pada akhirnya diberikan kepada umat lain. Sabda Tuhan
memperingati kita untuk sadar bahwa diri kita sudah punya undangan. Tinggal bagaimana
kita menanggapinya. Jangan sampai kesombongan kita menghalangi kita untuk dapat
menikmati jamuan Tuhan, sehingga orang lain yang menikmatinya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar