SANTO NILUS SINAI, RAHIB & PENGAKU IMAN
Nilus hidup pada pertengahan abad IV di Konstantinopel. Pegawai
tinggi kaisar ini telah berumah tangga dan diberkati Allah dengan dua orang
anak. Tetapi lama kelamaan timbullah dalam hatinya hasrat untuk menjalani hidup
sebagai rahib di tempat yang sunyi demi pengabdian yang total kepada Allah. Isterinya
menyetujui perceraian mereka dengan syarat putera sulung mereka tetap tinggal
mendampinginya. Demikianlah Nilus bersama Teodulus, anaknya yang bungsu,
berangkat ke padang gurun Sinai, dan menetap di sana sebagai rahib. Rencana hidupnya
dapat diringkas sebagai berikut: memuji Allah dengan perkataan, mengabdi
kepada-Nya dengan perbuatan, dan berbakti kepada-Nya dengan pikiran.
Hidupnya yang suci serta aman-tenteram itu pada suatu hari
diganggu oleh serangan gerombolan penjahat orang-orang Arab. Banyak rahib
dibunuh. Nilus dapat menyelamatkan dirinya, akan tetapi puteranya ditangkap dan
ditawan sebagai budak.
Sesudah menguburkan jenazah teman-temannya, Nilus pun
berusaha mencari Teodulus. Namun ia tidak berhasil menemukannya. Pada suatu
hari, secara kebetulan, ia mendengar bahwa anaknya itu menjadi budak belian di
Eleusa, sebuah kota dekat Birseba. Ia pun berangkat ke sana tanpa mengantongi
uang sesen pun sebagai penebus Teodulus. Tidaklah mungkin ia dapat menebus
anaknya itu. Baginya hanya tinggal satu kemungkinan, yaitu menghadap Uskup
Eleusa, dan menceritakan kepadanya segala sesuatu yang telah terjadi atas
dirinya. Atas bantuan uskup itu, Teodulus dapat ditebus. Kemudian karena
kepandaian serta kesalehan Nilus dan Teodulus, mereka ditahbiskan menjadi imam.
Mereka kemudian pulang ke Sinai untuk kembali menjalani hidup tapa mereka di
sana. Nilus meninggal dunia pada tahun 430 di Gunung Sinai.
sumber: Iman Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar