SANTO PETRUS ALKANTARA, PENGAKU IMAN
Pedro Garavito –
demikian nama kecil Santo Petrus Alkantara, lahir pada tahun 1499 di Alkantara,
Spanyol, dekat perbatasan Portugal. Ayahnya menjabat sebagai gubernur dan ahli
di bidang hukum. Ia cerdas sekali dan semenjak masa mudanya, ia banyak
mengalami karunia-karunia Allah yang istimewa. Ia suka berdoa berjam-jam di
rumah dan di gereja. Pernah suatu hari ibunya mencari-cari dia di berbagai
sudut kota di antara kawan-kawannya, namun tidak menemukannya. Lalu ia pergi ke
gereja dan di sana ia menemukan Pedro sedang dalam keadaan ekstase di hadapan
Sakramen Mahakudus. Ia bukan seorang pemuda pengkhayal. Ia rajin sekali
bekerja. Di sekolah ia dikenal cerdas. Orang tuanya mencita-citakan pangkat
duniawi yang tinggi baginya, namun dia sendiri memprotes. “Terserahlah kepada
Tuhan. Apakah yang dikehendaki-Nya dari padaku!” katanya.
Ketertarikannya pada
cara hidup bakti hanya kepada Tuhan berawal dari pengalamannya di gereja
paroki. Di sana ia melihat dua orang biarawan berpakaian jubah kasar berwarna
coklat tua tanpa mengenakan alas kaki. Mereka itu biarawan-biarawan dari
tarekat Saudara-saudara Dina Fransiskan. Melihat mereka, ia tergugah dan
tergerak untuk berbincang-bincang dengan para biarawan dina itu. Sejak itu,
tanpa sepengetahuan orang tuanya dan tanpa kembali lagi ke rumah, ia
meninggalkan segala-galanya dan secara diam-diam masuk Novisiat Tarekat
Saudara-saudara Dina Fransiskan. Tarekat ini menghayati suatu tata tertib hidup
yang keras. Baginya, hal itu bukanlah masalah karena hidup yang keras itu
justru telah menjadi cita-citanya. Kepadanya dipercayakan tugas berikut:
menjaga pintu biara, menjadi koster dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga biara lainnya. Banyak waktunya dia manfaatkan untuk berdoa. Lama
kelamaan ia semakin berkembang dalam kehidupan rohani.
Mulanya ia tidak mau
ditahbiskan menjadi iman, namun atas desakan atasannya ia akhirnya mau juga
menerima tahbisan imamat itu. Ia kemudian menjadi terang bagi sesamanya dalam
hal kebajikan-kebajikan kristiani. Kesungguhannya di dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai imam serta kesalehan hidupnya membuat dia mampu
membimbing banyak orang kembali ke jalan Tuhan. Pada umurnya 39 tahun, ia
dipilih rekan-rekannya menjadi Provinsial ordonya. Dalam jabatannya ini, ia
mengadakan pembaharuan dalam tarekatnya: para biarawan dibagi-bagi dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga dapat benar-benar secara pribadi menghayati
semangat kesederhaan dan kemiskinan. Mereka tidak bersepatu, pantang daging dan
tidak minum anggur. Kewajiban mereka ialah banyak berdoa dan bersamadi. Ia
sendiri menjadi teladan dalam pelaksanaan cara hidup demikian. Kepada
rekan-rekannya ia berkata, “Kalau kita mau menobatkan orang lain, kita harus
terlebih dahulu bertobat. Susahnya ialah bahwa kita sekalian ingin memperbaiki
orang lain tanpa pernah berusaha memperbaiki diri sendiri.” Petrus mendukung
usaha Santa Theresia dari Avilla dalam usahanya membaharui ordonya. Ia menulis
uraian yang mendalam tentang doa dan meditasi yang mengalami 200 kali cetak
ulang dan masih terus diterjemahkan hingga sekarang. Karena cara hidupnya dan
berbagai karyanya, ia sudah disebut ‘kudus’ oleh Santa Theresia Avilla selagi
ia masih hidup. Ia meninggal dunia pada tahun 1562 dalam usia 63 tahun.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar