MARTIR-MARTIR KOREA
Gereja Korea mempunyai sejarah awal yang khas. Agama Katolik
masuk ke bumi Korea bukan oleh para misionaris asing, tetapi oleh kaum Korea sendiri.
Pada zaman dahulu, para Raja Korea harus membayar upeti ke Peking. Di Peking
para utusan itu berkenalan dengan imam-imam misionaris, antara lain Mateo
Ricci. Bagi mereka, agama yang disebarkan oleh misionaris asing itu tidak jauh
berbeda dengan ajaran leluhur mereka. Maka mereka tertarik untuk mempelajari
agama itu seterusnya. Mereka membawa beberapa buku pelajaran agama untuk
dibaca. Tertarik pada ajaran agama baru itu, mereka mulai menyebarkannya di
antara pendduk sekitar. Mulailah tubuh benih iman kristiani di tanah Korea.
Benih iman itu terus berkembang hingga menghasilkan suatu
jumlah umat yang relatif banyak dalam waktu singkat beserta imam pribuminya
sendiri. Semakin jelas bahwa agama baru itu berhasil menarik banyak penduduk
Korea. Menyaksikan perkembangan pesat agama baru itu, Raja Korea mulai
melancarkan aksi penganiayaan terhadap para penganutnya. Dalam kurun waktu 1839
– 1846, para imam pribumi dan misionaris asing bersama 8000 orang beriman
dianiaya dan dibunuh. Tetapi warta Injil tetap disebarluaskan ke seluruh negeri
itu. Di antara mereka, 78 dinyatakan kudus pada tahun 1925. Mereka itu antara
lain Laurensius Yosef Maria Imbert (1797 – 1839), Peter Maubant, Yakobus
Chustan dan imam pribumi Korea yang pertama Andreas Kim Tae Gon bersama dengan
puluhan guru agama, pria dan wanita awam serta orang-orang muda. Penganiayaan itu
semakin menjadikan umat bertambah kokoh imannya. Setelah Rusia menduduki Korea
Utara (1945), banyak orang beriman, imam pribumi dan misionaris disekap dalam
penjara dan dibunuh oleh kaum komunis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar