Selasa, 25 Maret 2014

Dialog ttg "Perceraian" Katolik

PERLU DIALOG YANG SEGAR TERKAIT UMAT KATOLIK BERCERAI DAN MENIKAH LAGI
Dalam pendekatan terhadap umat Katolik bercerai dan menikah kembali secara sipil, Gereja Katolik perlu menemukan jalan tengah yang tidak merusak atau meninggalkan doktrin, namun menawarkan interpretasi “baru” ajaran Gereja untuk membantu mereka yang telah gagal dalam pernikahan, kata Walter Kardinal Kasper.

“Saya mengusulkan cara yang sedikit longgar dan keringanan hukuman,” kata kardinal Jerman dan teolog itu kepada Radio Vatikan, 10 Maret.

Pendekatan yang menghindari dua ekstrem — “tidak bertentangan dengan moralitas, dan tidak bertentangan dengan doktrin, namun aplikasi doktrin (dimaksudkan) mendukung  situasi saat ini bagi sebagian besar umat dan memberikan kontribusi kepada mereka untuk menciptakan perkawinan bahagia,” katanya,  dalam bahasa Italia.

Kardinal itu merujuk pada ceramahnya  yang panjang saat ia menjelaskan pada sebuah diskusi tentang kehidupan keluarga pada 20-21 Februari, yang digelar Kolese Kardinal. Ceramah berjudul “Injili Keluarga,” akan diterbitkan pada Maret di  Jerman dan Italia oleh penerbitan swasta.

Pada kata pengantar buku itu, yang diterbitkan pada 12 Maret di surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, Kardinal Kasper mengatakan sinode mendatang harus memutuskan apa langkah yang harus diambil untuk membantu keluarga, tapi awam Katolik harus juga dikonsultasikan.

“Kita semua selibat sementara sebagian besar umat beriman hidup berkeluarga, dalam situasi konkret mereka kadang menghadapi kesulitan,” katanya.

Dalam diskusi publik tentang respon Gereja bagi umat Katolik bercerai dan menikah kembali secara sipil, para uskup dan paus harus mengatakan sesuatu, katanya. “Kita jelas tidak bisa menanggapi semua harapan, tetapi jika kita mengulang tanggapan yang sama, hal itu akan menimbulkan kekecewaan yang besar.”

Kardinal Kasper mengatakan kepada Radio Vatikan bahwa tanggapan terhadap kuesioner Vatikan tentang kehidupan keluarga Katolik, yang dibuat dalam persiapan Sinode Para Uskup tentang Keluarga pada Oktober – menunjukkan, ada kesulitan dan kejurangan di antara ajaran Gereja dan situasi aktual dari banyak umat.

“Gereja harus menjembatani jurang ini,” katanya, dalam bahasa Inggris, “tetapi Gereja harus menjelaskan dengan cara baru tentang keluarga dan perkawinan guna membantu umat dan tetap setia pada Injil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar